• 15 October 2024

Makin Manisnya Buah Kurma

uploads/news/2019/12/makin-manisnya-buah-kurma-858285b36b2bd89.jpg

Buah kurma yang selalu identik dengan oleh-oleh dari pergi haji atau umroh ini sekarang menjadi warisan UNESCO.

Keberadaan pohon kurma semakin istimewa. Setelah didominasikan oleh 14 negara, pohon kurma kini resmi menjadi warisan United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO). Menurut organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Food and Agriculture Organization (FAO), kurma bisa jadi merupakan pohon paling tua yang ditanam di dunia, karena dipercaya sudah ditaman sejak 4.000 sebelum masehi.

Apalagi, kurma bukan hanya sebagai sumber makanan, tapi juga kehidupan. Di situs resmi UNESCO, ada 14 negara yang menominasikan pohon kurma ke dalam daftar “Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan yang Tak Berwujud”. Negara-negara tersebut yaitu Bahrain, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Arab Saudi, Sudan, Tunisia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yaman.

“Keberadaan pohon kurma menjadi pemandu manusia yang bermukim di gurun, karena tumbuhnya pepohonan menandakan adanya irigasi,” tulis dokumen tersebut seperti melansir Detik.

Baca juga: Legenda Durian "Si Gundul"

Selain itu, pohon kurma juga diakui membantu perkembangan peradaban 14 negara tersebut. Selain buah yang manis, pohon kurma juga dapat menghasilkan produk-produk kerajinan tangan, tikar, tali, dan furnitur rumah. Demi mempromosikan warisan dan produk-produk yang berasal dari pohon kurma, beberapa negara sering mengadakan festival tahunan, seperti Festival Kurma Liwa di UEA dan Festival Kurma di Al-Qassim, Arab Saudi. Kedua negara tersebut juga termasuk pengekspor buah kurma terbaik, menurut International Trade Center yang berbasis di Jenewa.

Sejak Zaman Nabi Adam AS

Pohon kurma dipercaya sudah ada sebelum Nabi Adam AS. Ia pernah mendapati jika bumi sudah dihuni oleh berbagai macam tumbuhan, salah satunya pohon kurma. Pohon kurma juga diyakini berasal dari Teluk Persia, yang sudah dibudidayakan sejak 4.000 tahun sebelum masehi.

Di kuburan Mesir Kuno juga pernah ditemukan mumi yang ditutupi oleh tikar yang terbuat dari pelepah kurma. Ada juga yang menemukan pohon kurma utuh di kuburan kuno di daerah Sakra dan kuburan itu sudah ada sejak 3.200 tahun sebelum masehi. Di daerah yang menjadi ibu kota Al-Wadi Al-Jadidi di Mesir juga ditemukan sisa-sisa pohon kurma dari zaman batu.

Untuk bisa tumbuh subur, pohon kurma harus ditanam di daerah yang kering, panas, dan juga pada tanah yang mengandung pasir. Itu karena pohon kurma termasuk jenis palem dan itu sebabnya pohon kurma banyak ditemukan di Afrika dan Timur Tengah, seperti di Arab Saudi, Mesir, dan Irak.

Baca juga: Mengenal "Bunga dari Surga"

Orang-orang Mesir Kuno selalu menggunakan seluruh bagian dari pohon kurma, mulai dari batangnya yang digunakan sebagai pondasi rumah. Pelepah kurma yang digunakan sebagai atap rumah, juga sebagai bahan tikar. Sedangkan buahnya dijadikan sebagai makanan yang bisa disimpan sepanjang tahun untuk menunjang kebutuhan makanan pokok mereka.

Meski demikian asal-usul pohon kurma ini masih dipertanyakan. Menurut pakar tumbuhan asal Italia, Erdowardo Bakari, yang dikutip oleh Dr. Ahmad Syauki Ibrahim, dalam bukunya ‘Mausu’ah Al I’jaz Al-Ilmi Fil Hadits An-Nabawi’ menjelaskan, ada beberapa jenis kurma yang tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali di daerah sub-tropis yang memiliki curah hujan sangat jarang dan akar-akar pohon jenis tersebut membutuhkan air yang cukup, sehingga akan berjuang melawan kadar air asin.

Menurut Syauki Ibrahim, penjelasan Erdowardo tersebut menunjukkan jika asal mula pohon kurma dari daerah teluk Arab, karena karakteristik daerah tersebut hanya terletak di daerah sepanjang pesisir teluk Arab dan selatan India yang beriklim serupa seperti lembah di antara Sungai Tigris dan lembah Sungai Nil.

Tumbuh di Indonesia

Walau pohon kurma identik dengan Timur Tengah, namun ternyata juga bisa tumbuh di Indonesia. Walaupun pada awalnya, para ilmuwan banyak yang ragu mengenai kemampuan pohon kurma tumbuh di Indonesia. Zaman dahulu, orang Indonesia banyak yang pergi haji atau umroh dan selalu membawa oleh-oleh kurma, bijinya pun dibuang sembarangan atau disebar secara tidak sengaja.

Mereka mengira, biji kurma tersebut tidak akan tumbuh, lagi pula walaupun tumbuh juga tidak akan berbuah. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin, biji kurma yang sering dibuang tersebut ternyata dapat tumbuh di Indonesia. Sejarah tumbuhnya kurma di Indonesia sendiri dimulai pada 2004 di Surabaya. Pohon kurma yang tumbuh kokoh terlihat di kebun belakang Pondok Pesantren Darussalam, Jalan Nginden II/7 Surabaya.

Pohon kurma tersebut tumbuh dari biji-biji kurma yang dibuang oleh pengasuh pondok pesantren secara tidak sengaja. Hingga kini banyak petani kurma yang mulai bermunculan seperti Soeparlan (67), warga Desa Truneng, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Di lahan seluas 1,2 hektare miliknya, lulusan sekolah pertanian Yogyakarta tahun 1970 itu memutuskan untuk menanam 270 pohon kurma.

“Tertariknya dari YouTube, di mana petani di Thailand itu bisa menghasilkan Rp1,4 miliar dari lahan satu hektare, setelah (menanam) pohon kurma sebanyak 150 pohon berusia lima hingga enam tahun,” katanya seperti dilansir dari Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: Demi Mencegah Kebakaran Hutan

Selain menanam bibit yang ia beli dari Inggris dengan sistem pengembangan kultur jaringan, Soeparlan juga menanam pohon kurma hasil dari pembibitan yang dilakukannya sendiri dengan cara menyemai. Bibit kurma yang ia beli dari Inggris pada awal 2019 terlihat mulai berbunga.

Hal tersebut cukup mengejutkan, mengingat pohon kurma biasanya mulai berbunga pada usia empat hingga lima tahun. Namun, dua pohon kurma milik Soeparlan sudah berbuah pada umur dua tahun. Sejumlah peneliti kurma dari Jawa Barat hingga Kalimantan Selatan bahkan, sampai melakukan penelitian terkait kurma yang telah berbuah di usia dua tahun tersebut.

“Ada pengusaha kebun kurma dari Arab Saudi juga mau ke sini karena tidak percaya kurma di sini bisa berbuah di usia segitu. Mau lihat langsung,” cetusnya.

Soeparlan sendiri belum bisa memastikan, apa yang menyebabkan kurma yang ditanamnya berbuah di usia dua tahun. Saat ini, ada sekitar delapan pohon kurma yang ditanam di lahannya yang berbuah di usia dua tahun, bahkan beberapa diantaranya belum mencapai usia dua tahun.

Ia baru bisa menduga, jika kondisi tanah di kaki Gunung Lawu menjadi salah satu penyebab kurmanya dapat berbuah lebih awal. Faktor lainnya, yaitu pemupukan yang dilakukan sebelum musim hujan dan pasca musim hujan, serta perlakuan pemotongan sepertiga bagian biji saat disemai disinyalir menjadi penyebab cepatnya kurma berbuah.

“Kami belum tahu pasti, tapi kemungkinan karena Magetan ini lokasinya yang bagus untuk bertanam kurma. Kita masih membuat percobaan,” sebutnya.

Sayangnya, buah kurma yang sudah mulai memasuki tahap masak tersebut mulai rontok karena faktor intensitas hujan yang tinggi. Untuk mencegah pembusukan, ia pun akhirnya memutuskan memanen buah kurmanya meskipun belum masak sempurna.

“Rasanya sudah manis, tapi tahapannya baru mengkal. Orang Arab enggak jadi ke sini karena belum matang sempurna, belum sampai warna cokelat,” ujarnya.

Soeparlan mengaku jika ia akan mengembangkan kebun pembibitan kurma yang mampu berbuah lebih cepat di lahan kebunnya. Hal itu berkaca pada Thailand yang sukses mengembangkan kebun kurma, ia juga berharap Indonesia akan mengikuti jejak Thailand.

“Dengan tersedianya bibit yang bagus saya yakin Indonesia akan menjadi negara pengekspor kurma ke Arab, karena peluang pasarnya cukup besar,” pungkasnya.

Kurma Ajwa dan Manfaatnya

Manisnya kurma membuat Nabi Muhammad SAW jatuh cinta terhadap buah berwarna cokelat gelap ini dan memutuskan untuk menanam kurma ajwa yang lokasinya berada di tanah sebelah Masjid Quba, Madinah. Itulah mengapa kurma ajwa identik dengan nama kurma nabi. Nabi Muhammad SAW juga memiliki kebiasaan berbuka puasa dengan memakan kurma ajwa. Nama Ajwa sendiri berasal dari nama Salman Alfarisi, seorang mualaf yang dulunya Nasrani lalu menjadi seorang Muslim. Salman pun memutuskan untuk mewakafkan lahan kurmanya untuk perjuangan Islam.

Dalam Al Quran dan hadis Nabi disebutkan mengenai manfaat makan kurma. Nabi Muhammad SAW menganjurkan bagi para istri yang mengandung untuk makan buah kurma. Alasannya, agar anak yang akan dilahirkan kelak menjadi anak yang penyabar, memiliki sopan santun, serta cerdas. Dahulu diceritakan, makanan Siti Maryam saat ingin melahirkan Nabi Isa AS yaitu buah kurma ajwa. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan untuk mengkonsumsi tujuh buah kurma ajwa setiap pagi. Sebab, Nabi Muhammad SAW sendiri merasakan manfaat mengkonsumsi kurma ajwa secara rutin.

Baca juga: Menuju Swasembada Minyak Kayu Putih

Dalam ilmu kedokteran juga menyebut buah kurma memiliki unsur zat besi dan kalsium, yang merupakan unsur yang sangat berguna untuk membentuk dan menambah kandungan air susu ibu. Selain itu, buah kurma juga dapat membantu pertumbuhan anak-anak dan sumsum tulangnya akan berkembang dengan baik.

Kurma ajwa sendiri memiliki tekstur daging buah yang lembut. Kurma kegemaran Nabi ini mengandung protein, karbohidrat, serat, dan lemak baik. Selain itu, di dalam kurma ajwa juga terdapat vitamin A, B6, C, E, dan K. Ada juga mineral seperti kalsium, potasium, magnesium, fosfor, sodium, zat besi, zink, tembaga, mangan, dan selenium.

Selain itu, kurma ajwa juga memiliki berbagai manfaat, seperti dapat membantu membersihkan pencernaan, sehingga usus besar bekerja dengan baik. Lalu, serat kurma juga dapat menjaga kesehatan jantung. Sedangkan magnesium yang terkandung di dalamnya dapat membantu menurunkan tekanan darah. Penelitan juga menunjukkan jika vitamin B6 yang melimpah dan ada di dalam kurma dapat membantu kerja otak. Mineral yang ada di dalam kurma ajwa juga bisa menguatkan tulang dan melawan rasa sakit akibat osteoporosis.

Related News