• 22 November 2024

Pasta Bawang Menembus Arab Saudi

uploads/news/2019/12/pasta-bawang-menembus-arab-624674a3d7fc9cf.jpg

Harga bawang merah yang fluktuatif membuat para petani bawang merah memutar otak dan muncullah inovasi pasta bawang merah.

JAKARTA - Harga bawang merah yang fluktuatif atau naik turun membuat kelompok tani Sido Makmur, kelompok petani bawang merah yang terdiri dari 40 petani dari Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, mencari cara untuk mensiasati masalah tersebut. Lalu timbullah inovasi untuk mengolah bawang merah menjadi bumbu pasta.

Ketua kelompok Tani Sido Makmur menjelaskan, inovasi membuat bumbu bawang berbentuk pasta ini berawal dari keprihatinan para petani yang selalu merugi akibat fluktuasi harga. Apalagi, beberapa tahun belakangan ini, harga bawang selalu anjlok dan tidak mampu menutupi biaya produksi.

“Terus terang merasa prihatin melihat harga bawang anjlok. Atas dasar inilah kelompok tani Sido Makmur membuat pengolahan bawang menjadi pasta,” kata Juwari seperti melansir Detik belum lama ini.

Baca juga: Ambisi OKU Timur Saingi Brebes

Sebelum membuat olahan pasta, awalnya muncul ide untuk membuat bawang goreng. Namun, karena jumlah produsen bawang merah saat ini sudah menjamur, mereka akhirnya sepakat mengolah bawang menjadi pasta. Pertimbangan membuat pasta juga dikarenakan dapat digunakan untuk memasak segala jenis makanan. Selain itu, tidak perlu repot mengiris atau mengulek bawang merah.

“Saya kira (pasta bawang) ini berbeda dengan bawang goreng yang hanya dipakai sebagai taburan pelengkap nasi atau bakso. Kalau pasta, bisa dipakai buat masak berbagai jenis makanan. Sehingga, banyak diminati oleh ibu-ibu rumah tangga dan pedagang makanan seperti mie dan restoran,” imbuhnya.

Kelebihan lain dari pasta bawang merah ini yaitu dapat disimpan lebih lama. Jika habis dipakai, sisanya dapat disimpan dalam lemari pendingin dan bisa bertahan selama sebulan. Bahkan, bila kemasan masih utuh dan belum dibuka bisa bertahan hingga satu tahun.

Juwari yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) berharap, pengolahan bawang merah menjadi pasta ini dapat membantu petani yang akan menjual bawang hasil panen dengan harga lebih tinggi dibanding harga di pasaran. Terutama pada saat harga anjlok, paling tidak bisa menekan jumlah kerugian petani.

“Kami beli bawang kualitas sedang Rp11.000 per kilogram. Padahal, di pasaran harganya Rp8.000 sampai Rp10.000, bahkan ada yang Rp6.000. Memang belum begitu besar dampaknya, tapi paling tidak bisa membantu supaya petani tidak rugi banyak,” tutur Juwari.

Juwari juga menyebut, saat ini kapasitas bawang pasta berkisar lima kwintal hingga satu ton. Sedangkan, kebutuhan bahan baku bawang merah rata-rata tiap bulan sekitar 20 ton dan bahan baku tersebut dibeli langsung dari petani. Pembuatan pasta bawang ini cukup mudah. Bawang yang telah dibersihkan lalu diolah dengan mesin hingga menjadi pasta. Proses ini membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama. Sejauh ini, produksi pasta bawang ini sudah dipasarkan ke pabrik dan warung-warung. Nantinya, Juwari mengungkapkan, tengah menyiapkan pemasaran pasta bawang ke Arab Saudi.

“Kebetulan sudah ada permintaan dari Arab Saudi. Kita sedang mempelajari agar produk ini bisa masuk ke sana,” tambahnya.

Baca juga: Jadi Jutawan Berkat Bawang Merah

Untuk saat ini, pasta bawang dijual seharga Rp25.000 per kilogram. Sedangkan dalam kemasan eceran, harganya jualnya Rp9.000 untuk tiap kemasan 300 gram. Pengolahan bawang merah menjadi pasta sebenarnya digagas oleh Bank Indonesia perwakilan Tegal. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Tegal, M. Taufik Amrozy, program ini merupakan hilirisasi produk bawang untuk menstabilkan harga di petani.

“Selain itu, untuk mendorong UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) agar mampu memiliki daya saing di pasaran, termasuk di pasar internasional,” terang Taufik.

Ia pun berharap, dalam waktu dekat pasta bawang ini mampu menembus pasar ekspor yang bisa mendatangkan devisa bagi negara. Saat ini, katanya, sudah ada beberapa negara yang melirik produk bawang pasta termasuk Arab Saudi.

Ekspor ke Arab Saudi

Impian Juwari pun terwujud. Untuk pertama kalinya, pasta bawang, produk inovasi kelompok tani bawang merah Sido Makmur, diekspor ke Arab Saudi. Launching Ekspor perdana pasta tersebut dilakukan pada Rabu (18/12) sore di Desa Sidamulya. Sebelum melakukan ekspor, mereka membuat badan usaha bernama PT. Sinergi Brebes Inovatif (SBI) terlebih dahulu. Badan usaha ini merupakan klaster binaan dari Bank Indonesia perwakilan Tegal.

“Proses produksi pasta bawang ini semuanya dilakukan oleh anggota kelompok tani Sido Makmur. Awalnya coba coba memproduksi olahan bawang merah. Kemudian dipasarkan ke rumah makan dan warung warung mie. Selain itu kami juga mengenalkan produk melalui media sosial. Kemudian atas binaan Bank Indonesia, kami bisa berkembang dan mendapatkan pasar ekspor” kata Juwari yang kini menjabat sebagai Direktur PT SBI kepada Media Indonesia, Kamis (19/12) kemarin.

Baca juga: Bibit Biji, Solusi Produksi Bawang

Juwari menyebut, ekspor kali ini merupakan pertama kalinya untuk komoditas olahan bawang merah Brebes dengan kontrak ekspor yang didapat yaitu 56 ton hingga Maret 2020 mendatang untuk tujuan Arab Saudi. Dari jumlah tersebut, nilai ekspor yang disepakati mencapai Rp1 miliar lebih.

“Mekanisme pembayaran yaitu DP (down payment) 30%, kemudian setelah pengiriman 30% lagi. Baru setelah barang sampai tujuan, pelunasan yang 40% nya,” kata Juwari usai soft launching ekspor perdana pasta bawang merah di area pabrik PT SBI di Desa Sidamulya.

Dengan adanya pabrik pasta bawang merah tersebut, ia mengaku kini mampu menyerap banyak tenaga kerja. Untuk pekerja di dalam pabrik dengan kapasitas 500-600 kilogram per hari, dirinya mengaku membutuhkan 12 orang pekerja. Namun, di bagian hilir produksi, pihaknya mempekerjakan ratusan ibu rumah tangga untuk memotong dan menyortir bawang hasil panen petani.

“Kami sudah melakukan pengiriman ke Surabaya dua kali, masing-masing lima ton. Kali ini satu ton, jadi sudah 11 ton yang kami kirim. Nanti setelah terkumpul, 14 ton sesuai kapasitas kontainer, baru diberangkatkan dari Surabaya ke Arab Saudi,” jelasnya.

Kepala Perwakilan Wilayah BI Jawa Tengah, Soekowardojo mengatakan, lewat ekspor ini diharapkan semakin dapat menciptakan nilai tambah ekonomi bagi petani dan masyarakat sekitar. Baik dalam hal peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, hingga meningkatkan pendapatan daerah dari produk bawang merah.

“Adanya ekspor bawang merah, maka akan ikut berperan dalam stabilisasi harga. Yaitu pada saat panen raya, harga bawang merah di tingkat petani menjadi anjlok. Sehingga nantinya bisa diserap dalam jumlah besar dan disimpan dalam gudang guna pemenuhan ekspor,” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Brebes, Idza Priyanti menyatakan, ketersediaan komoditas bawang merah di Brebes sangat berlimpah, sehingga cukup untuk digunakan sebagai komoditas ekspor. Idza juga menyebut, produksi bawang merah di Brebes tiap tahunnya mencapai 290.813 ton dengan luas lahan 24.783 hektare. Dari jumlah itu, bawang merah dari Brebes menjadi penyangga kebutuhan bawang merah nasional sebesar 30% dan untuk penyangga Jawa Tengah sebesar 60%.

“Untuk konsumsi domestik, yaitu di Brebes sendiri hanya sekitar 32.000 ton. Masih ada surplus, sehingga tidak ada kendala untuk pemenuhan kebutuhan ekspor bawang merah,” pungkasnya.

Related News