• 22 November 2024

Misteri Asal-Usul Ayam Cemani

uploads/news/2019/12/misteri-asal-usul-ayam-cemani-43782e45336c47c.jpg

Ayam cemani menjadi misteri karena asal-usul sejarahnya yang tidak diketahui.

JAKARTA - Warna hitam yang menutupi seluruh badan, termasuk mata, kuku, tulang, daging, jengger, bahkan lidahnya, membuat ayam kedu atau ayam cemani, atau disebut juga ayam selasih (Gallus gallus domesticus) sangat unik. Meskipun hampir seluruh organ dan fisiknya berwarna hitam, namun darahnya tetap berwarna merah hingga merah tua.

Ayam cemani yang dalam bahasa sansekerta berarti ayam hitam, konon merupakan ayam hutan hijau dan ayam kampung biasa yang bermutasi gen. Ayam ini mudah ditemukan di Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, dan di Desa Kalikuto, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sebenarnya, tidak semua ayam kedu berwarna hitam. Setidaknya ada empat jenis, pertama, ayam kedu hitam yang seluruh tubuhnya hitam, tapi jengger dan kloaka (posterior) berwarna kemerahan. Kedua ayam cemani, yang seluruh tubuhnya hitam legam termasuk kuku, posterior, jengger. Ketiga, ayam kedu putih, yang seperti ayam kampung tapi warna bulutnya putih, dan keempat, ayam kedu merah, berbulu hitam namun berjengger merah.

Menurut para peneliti, kondisi ayam cemani yang seluruh tubuh hingga organnya berwarna hitam disebut fibromelanosis atau mutasi yang terjadi pada ayam domestik. Andersson mengungkapkan, jika jejak mutasi dari ayam cemani tersebut berasal dari seekor burung yang mungkin hidup ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu.

“Kami memiliki bukti jika itu adalah penataan ulang yang rumit dalam genom. Mutasi yang mendasari fibromelanosis sangat aneh, jadi kami yakin itu hanya terjadi sekali,” kata ahli genetika dari Uppsala University, Swedia, Leif Andersson, yang mempelajari genetika hewan domestik, seperti mengutip Kompas.

Baca juga: Silkie, Ayam Bernilai Jutaan Rupiah!

 

Kebanyakan, vertebrata memiliki gen yang dikenal sebagai endothelin 3 atau EDN3 yang mengontrol warna kulit. Saat ayam yang lainnya berkembang, sel-sel tertentu yang terdapat di bagian tubuh, seperti kulit atau bulu, mendorong munculnya EDN3. Hal tersebut memicu adanya perpindahan melanoblas atau sel-sel yang terus menciptakan warna. Sementara pada ayam cemani, hampir semua sel tubuh ayam memunculkan EDN3. Pada akhirnya, mutasi ini menciptakan 10 kali lipat melanoblas hingga ke organ ayam.

“Jika EDN3 muncul terlalu banyak dan di tempat yang salah, maka sel-sel pigmen bermigrasi ke tempat yang tidak sesuai pula,” tambahnya.

Untungnya, mutasi yang terjadi pada ayam cemani tidak memiliki efek buruk. Sebalinya, warna gelap mereka justru membuat ayam ini lebih berharga di mata para peternak atau pemilik. Meski para peneliti mulai memahami apa yang menjadi penyebab ayam cemani berwarna hitam, namun sejarah mengenai ras ini masih menjadi misteri.

Ada yang berpendapat jika referensi pertama munculnya ayam bertulang hitam ini berasal dari Maco Polo. Pada 1928, dirinya bepergian ke Asia dan menulis mengenai jenis ayam yang berwarna hitam. Dari situ, Andersson juga berhipotesis jika jenis ayam hitam kemungkinan besar ke seluruh dunia karena dibawa oleh para pelaut. Salah satu ras ayam berwarna hitam yang ditemukan di belahan Bumi lain yaitu Svarthöna di Swedia.

Selain di Swedia, ayam jenis ini juga dapat ditemukan di India dan dikenal sebagai ayam kadanath atau ayam kalimasi. Berbeda dengan ayam cemani, ayam kadanath dikonsumsi oleh para penikmat kuliner di India karena kandungan proteinnya tinggi dan lemak serta kolesterolnya rendah. Para peneliti mengatakan, daging kadanath unik dan kayar rasa.

Ayam Cemani juga ditemukan bahkan dibudidayakan di Florida, Amerika Serikat, tepatnya di Greenfire Farm. Harga ayam cemani di AS berkisar USD199 hingga USD400 atau sekitar Rp2,78 juta hingga Rp5,5 juta per ekor. Sama dengan di india, ayam ini juga sering dihidangkan karena keunikan rasanya. Walau dibudidayakan, jumlah ayam cemani di seluruh dunia (kecuali Indonesia) diketahui hanya sekitar 3.500 ekor. Jumlah ini tidak bisa bertambah, karena ayam cemani hanya bisa bertelur sekitar 60-80 butir per tahun. Sedangkan ayam kampung lainnya mampu hingga 230 butir per tahun.

Bersifat Mistis

Konon, ayam cemani pertama kali dikembangbiakan oleh Ki Ageng Mangkuhan pada masa Kerajaan Majapahit. Alasan Ki Ageng membudidayakan ayam ini karena dianggap manjur sebagai obat daya tahan tubuh dan sebagai pelengkap ritual. Masyarakat sendiri membagi ayam cemani menjadi tiga fungsi mistis yaitu cemani widitra, cemani warastratama, dan cemani kaikayi, yaitu untuk penolak bala, sihir, hingga untuk upacara adat.

Jika bulan baik seperti musim nikah atau khitan datang, banyak orang yang mencari ayam cemani. Jika tidak bulan baik, ada saja orang mencari ayam ini sebagai pelengkap ritual seperti upacara untuk menghindari santet, agar dagangan bisa laris atau jualannya sukses.

Baca juga: Gurihnya Beternak Ayam Joper

 

Meski demikian, harga ayam cemani jauh lebih tinggi dibanding ayam kampung biasa karena ayam ini sulit diperoleh. Sepasang anakan ayam cemani harganya mencapai Rp500.000-Rp750.000, sedangkan sepasang indukan cemani harganya antara satu juta hingga belasan juta rupiah. Harga ini tidak terlalu mahal dibanding pada 1997 hingga 2010. Saat itu harga indukan mencapai Rp25-40 juta dan anakan mencapai Rp125.000-Rp550.000. Sedangkan telurnya dihargai Rp80.000-100.000 per butir.

Walau begitu, masih banyak orang yang mencari dan membelinya demi kepentingan mereka. Harga tersebut memang mengikuti ketersediaan populasi ayam cemani di masyarakat. Pada akhir 1985, jumlah ayam cemani di Temanggung dan Magelang berkisar 8.500 ekor. Saat 1997-2009, populasinya melorot dan hanya berkisar 2.000.

Namun, sejak 2010 hingga sekarang populasi ayam ini cenderung normal, walau masih berkisar antara 8.000 ekor. Saat ini, sekitar 130 usaha rumahan milik warga Kedu dan Kalikuto berhasil mengembangbiakan ayam ini sehingga populasinya kembali meningkat seperti pada 1985 dan harganya tak sampai melonjak di luar nalar.

Related News