Populasi macaca sp. khususnya di Sumatera Utara semakin hari semakin tidak terkendali sehingga sering menyebabkan terjadinya konflik dengan masyarakat. Macaca sejenis monyet dari famili Cercopithecidae (monyet dunia lama) dengan ciri fisik berbadan tegap, bagian tubuh berwarna merah dan berekor panjang.
DI dunia, Macaca terbagi dalam 23 spesies yang terdiri dari kelompok M. Sylvanus, M. Nemestrina, M. Fascicularis, M. Sinica dan M. Mulatta. Namun populasi dari Macaca di seluruh negara mulai menurun, upaya penanganan dan pengendalian secara terintegrasi terus dilakukan seperti yang kerjakan oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara.
Kondisi ini kemudian menjadi perhatian khusus dari salah satu lembaga swadaya masyarakat yang terpanggil untuk melakukan upaya penanganan dan pengendalian tersebut. Adalah Yayasan Scorpion Indonesia (YSI) yang mencoba menginisiasinya. Yayasan yang bergerak dibidang perlindungan satwa liar dan berbasis di Sumatera Utara ini, merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu pemerintah dalam upaya pencegahan kepunahan satwa dilindungi serta menghindari berbagai tindakan kekejaman terhadap satwa.
Gayung pun bersambut, niat baik tersebut direspon positif oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Serangkaian pertemuan dan pembahasan dalam rangka penjajakan untuk Perjanjian Kerja Sama dilakukan secara intens. Dan proses ini kemudian dilaporkan kepada Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) untuk mendapatkan persetujuan. Sambil menunggu persetujuan dan menunjukkan kesungguhannya, Yayasan Scorpion Indonesia membangun Pusat Penyelamatan Macaca sp. yang disebut juga dengan “Macaque Rescue Center Yayasan Scorpion Indonesia” di Dusun Pulo Lubang, Desa Hapesong Baru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan telah diresmikan pada Kamis, 22 September 2022 yang lalu.
Ali Bangun Gea, S.Kom., M.Si., selaku Direktur Pelaksana Yayasan Scorpion Indonesia, memaparkan bahwa pembangunan Pusat Penyelamatan Macaca sp. bertujuan untuk menyediakan fasilitas lokasi penyelamatan, penampungan dan tempat merehabilitasi macaca sp. yang diselamatkan dari konflik di lapangan, juga sebagai tempat karantina untuk menyaring penyakit sekaligus mengintegrasikan macaca sp. yang dievakuasi menjadi kelompok sosial, sebagai tempat rehabilitasi bagi macaca sp. agar dapat dan layak untuk dilepasliarkan kembali, serta untuk meminimalisir permasalahan konflik antara macaca sp. dengan manusia.
Beberapa fasilitas sudah dibangun di lokasi, seperti : kandang rehabilitasi, shelter karantina, kandang isolasi dan klinik. Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara diwakili Kepala Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan, menyambut baik pembangunan Pusat Penyelamatan Macaca sp. ini dan berharap keberadaannya akan memberi manfaat terutama dalam membantu mengatasi dan menangani konflik yang terjadi antara masyarakat dengan macaca sp.
Peresmian selain dihadiri Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, juga turut dihadiri : Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok, perwakikan BSI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, perwakilan KPH VI Sipirok, Camat Batang Toru, perwakilan PT. Agincourt Resources, lembaga mitra kerjasama Balai Besar KSDA Sumatera Utara Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Center (YOSL-OIC), perwakilan LSLI, Kepala Desa Hapesong dan tokoh masyarakat Desa Hapesong.