Beras Analog dari Bonggol Pisang
Bonggol pisang mampu mencegah penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan obesitas. Bagaimana kalau bonggol pisang dijadikan beras?
SOLO - Sahabat tani mungkin ada yang belum tahu, kalau bonggol pisang rupanya mampu mencegah berbagai macam penyakit degeneratif, diantaranya penyakit diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan obesitas. Melihat potensi tersebut, memungkinkan jika bonggol pisang dapat didiversifikasikan menjadi beras analog dengan indeks glikemik rendah sebagai suplemen makanan pokok bagi penderita penyakit degeneratif.
Bonggol pisang tersebut merupakan hasil penelitian tiga mahasiswa yang terdiri dari Hana Puspita, Yunita Merlin Tamara, dan Muhamad Rivky Arsito dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Adapun dosen pembimbing mereka yaitu Esti Widowati SSi, MP. Hana mengatakan, bonggol pisang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan beras analog. Tepung bonggol pisang dapat dijadikan beras analog menggunakan metode ekstruksi dan hasilnya diteliti karakteristik, meliputi fisik, kimia dan sensori. Beras analog berbahan baku bonggol pisang diharapkan mampu menjadi suplemen bagi penderita diabetes melitus.
Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari bahan baku selain beras dan terigu. Beras analog yaitu beras yang dibuat dari non padi dengan kandungan karbohidrat mendekati atau melebihi beras, dengan bentuk menyerupai beras dan dapat berasal dari kombinasi tepung lokal atau padi.
“Pembuatan beras analog menggunakan alat ekstruder, yaitu alat untuk memproses suatu bahan menggunakan teknologi ekstrusi. Pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah bonggol pisang, “ kata dia.
Alasannya, menurut penelitian sebelumnya, bonggol pisang memiliki kandungan atau komposisi yang terdiri dari 76% pati, 20% air, karbohidrat 66,2%, protein, dan mineral-mineral penting. Kelebihan lain dari bonggol pisang kering, diuraiakan dia, memiliki kandungan kalori yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kalori beras (363 kal). Sedangkan kandungan karbohidrat, lemak, dan protein pada bonggol pisang kering, justru tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan karbohidrat beras padi.
“Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan kimia yang terdapat dalam beras analog bonggol pisang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beras padi yang dapat memicu penyakit degeneratif, ” terangnya.
Selain itu, kata dia, kadar serat di dalam beras analog berbasis bonggol pisang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras padi, sehingga akan memberikan serat pangan, vitamin, dan mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. (AS)