• 23 November 2024

Mengubah Tempat Sampah jadi Kebun

Ini ketiga kalinya kita panen, jarang sekali hal yang seperti ini, cari saja di kecamatan lain, pasti jarang bertemu urban farming seperti ini.”

JAKARTA - Berbagai macam sayuran terlihat sedang dipanen di salah satu wilayah di Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sayuran yang dipanen tersebut merupakan hasil perkebunan organik kelompok tani RW 10 dan RW 09. Menurut Kepala Satuan Pelaksana Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP), Yosiah Anis, kegiatan berkebun ini sudah dilakukan selama dua tahun terakhir. Tanah yang ditempati, lanjutnya, merupakan milik warga dan dulunya merupakan tempat pembuangan sampah.

“Jadi di Kebayoran Lama ini ada 15 kebun dari 12 RW. Ibu ibu semua yang mengurus, ada karang taruna, PKK, dibantu dari dinas KPKP. Dari kita sebenarnya sudah lama ya, dari KPKP membina masyarakat mengenai pertanian dari 2001,” kata Yosiah kepada JagadTani.id, Kamis (26/12) kemarin.

Baca juga: Urban Farming, Kebanggaan Warga Bintaro

Menurut Yosiah, kelompok tani di Kelurahan Kebayoran Lama Selatan terlihat kompak dalam urusan bercocok tanam dan memanfaatkan lahan kosong. Berbekal media yang dibiayai pemerintah, mereka berhasil menerapkan urban farming yang hasilnya bermanfaat untuk warga sekitar.

“Ini ketiga kalinya kita panen, jarang sekali hal yang seperti ini, cari saja di kecamatan lain, pasti jarang bertemu urban farming seperti ini. Ini lahan yang masih kosong mau ditanami basil, selada, bawang merah, dan ada bayam batik juga,” ujarnya

Sementara itu, Ketua Kelompok Wanita Tani Seruni Indah RW 10, Eka Yulianti mengungkapkan, di lahan pertanian yang dikelolanya ini berhasil memanen pakcoy sebanyak 25 kilogram, kangkung sebanyak 18 kilogram, sawi sebanyak 17 kilogram, dan selada sebanyak 17 kilogram.

“Untuk membuat hidro farm biayanya dari pemerintah. Biasanya, di sini buat pendapatan mereka, ini kita jual ke warga, warga sekarang sudah paham tanaman dari kita itu asli organik tanpa pestisida, tapi hasilnya bagus. Seperti bawang, kemarin kita menanam tiga kilogram, hasilnya sampai 18 kilogram. Pupuk nya menggunakan kotoran kambing yang dicairkan. Omzet nya juga tidak per bulan tapi per panen saja sekitar Rp18.000 per kilogram,” paparnya.

Baca juga: Mengenal Kompos dari Kebun Karinda

Yosiah pun bangga kepada warga yang telah ia didik dalam hal bertani ini. Karena baginya, semua tanaman yang ditanam tidak ada yang gagal. Malahan, lanjutnya, ketika mereka ikut bazar beberapa waktu lalu, salah satu pembeli sampai harus melihat langsung sayur yang ditanam karena kagum karena keberhasilan yang diraih.

“InsyaAllah, tidak ada yang gagal, malah waktu kita ikut bazar kemarin. Salah satu pembeli kita melihat sayuran kita saja, sampai mau datang langsung ke sini karena kagum, ‘kok bisa ya semua tanaman nya berhasil semua?” Ujarnya.

Yosiah juga menuturkan jika yang ia lakukan ini bertujuan agar seluruh warga Jakarta juga bisa melakukan kegiatan bermanfaat.

“Jadi anak-anak karang taruna juga kita rangkul untuk kegiatan yang bermanfaat karena hasil nya buat mereka juga kan. kadang- kadang kita juga jual di PSM (Pembarasan Sarang Nyamuk) yang ada di setiap hari Jumat, di kecamatan-kecamatan,” tutupnya.

Related News