Hama Tikus Hambat Pertanian di Bekasi
“Hama tikus bisa menghabiskan hasil panen, normalnya satu petak sawah bisa mendapatkan lebih dari 20 karung beras. Kini hanya sepuluh karung saja, bahkan dapat lebih berkurang saat kawanan burung menyerang.”
Jagadtani - Hiruk pikuk kota Bekasi dengan ribuan pabrik, seakan menyingkirkan lahan pertanian. Berbeda dengan daerah kabupaten Bekasi, lahan pertanian yang masuk dalam wilayah kota Bekasi mulai tersingkirkan. Para petani kini lebih banyak mengunakan tanah garap milik dari perseorangan maupun perusahaan besar.
Dan yang paling menyedihkan, hasil panen mulai berkurang karena hama tikus. Selain tikus, kawanan burung yang sekali datang berjumlah ribuan merupakan hama yang cukup ditakuti oleh petani, termasuk petani di daerah Kota Bekasi.
“Saya dan temen-temen harus berusaha besar untuk mengatasi hama tikus ini, duitnya ga cukup buat beli plastik. Butuh biaya besar untuk menutupi sekeliling sawah dengan plastik. Dulu minimal bisa panen sebanyak dua kali dalam setahun, kalau sekarang belum tentu bisa.” Ungkap pak Jai’i saat ditemui tim Jagadtani.
Tikus termasuk hama yang sangat ditakuti oleh para petani, tikus dengan karakteristik hidup berkoloni sanggup menghabiskan hasil panen dalam waktu sesaat. Bahkan dari hasil informasi yang dihimpun, tikus dapat menghancurkan 80 persen tanaman padi pada satu petak dalam waktu satu malam saja.
Menurut pa Jai’I, jika pada normalnya satu petak sawah bisa mendapatkan lebih dari 20 karung beras. Kini hanya sepuluh karung saja, bahkan dapat lebih berkurang saat kawanan burung menyerang.
Tidak berbeda jauh dengan tikus, burung pipit sebagai hama padi dapat merugikan petani hingga 50 persen dari hasil panen. Burung yang juga hidup secara koloni, akan mulai menyerang padi ketika bulir padi mulai terisi di usia 70-80 hari.
Mungkin untuk burung pipit masih dapat dilakukan beragam cara pencegahannya karena terlihat mata Ketika hinggap. Sementara tikus yang menyerang dari bawah, pasti sulit untuk menanganinya. Langkah antisipasinya dengan menutupi sekeliling sawah dengan plastic, namun biayanya cukup tinggi.
Untuk jenis padi yang dianggap lebih cocok oleh petani di kota Bekasi adalah padi CIherang. Varietas padi unggulan dari turunan IR64 yang berpotensi tinggi pada hasilnya. Secara karakter, gabah Ciherang berbentuk ramping panjang berwarna kuning bersih dengan hasil olahan menjadi nasi pulen.
Padi CIherang dengan usia tanam 116 – 125 hari dapat ditanam pada musim kemarau maupun hujan. Kemampuan ini yang membuat banyak petani memilih mengunakan bibit padi jenis Ciherang demi mendapat hasil panen yang memuaskan.
Kembali lagi dengan kondisi pertanian di Bekasi, pa Jai’I Bersama rekan-rekannya masih memilih untuk menanti berkurangnya hama tikus. Berbagai usaha dilakukan untuk membasmi tikus-tikus yang menjadi musuh mereka. Dan juga tengah menyiapkan lahan untuk menyemai bibit padi sebelum memulai penanaman.