• 25 November 2024

Menangguk Untung Pedas Cabai Ungu

Jagadtani - Cabai rawit umumnya dikenal dengan warna merah, hijau, putih maupun kuning. Namun berbeda dengan jenis cabai yang satu ini atau disebut cabai ungu. 

 

Cabai ungu secara fisik bentuknya gempal mengerucut sekira 2,5 sentimeter dan tumbuh tegak ke atas. Cabai ini bisa dikonsumsi sebagai bumbu dapur, namun lebih banyak digunakan sebagai tanaman hias. 

 

"(Cabai ungu) bisa dikonsumsi. Pedasnya sama dengan cabai rawit umumnya. Kalau sedang banyak, saya buat untuk nasi goreng juga," kata Darmawan, warga Cipinang Besar, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (21/11/2022). 

 

Cabai ungu merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di kebunnya. Ia mengatakan, budidaya cabai ini tidak sulit dengan media tanam yang digunakan tanah, sekam dan pupuk kandang perbandingan 1:1. 

 

"Saya kebetulan tanam bersamaan dengan cabai rawit itu lebih gampang cabai ungu, di atas 90 persen berhasilnya, tapi ini untuk wilayah Jakarta, saya belum coba di wilayah lain. Karena biasanya berkaitan cuaca juga tekstur tanah dan sebagainya," katanya. 

 

Keberhasilan dalam budidaya cabai ungu, imbuh Pemilik Yayasan Madani ini, tak lepas dari perawatan. Perawatan yang dilakukan juga sama terhadap tanaman lainnya sebagai bentuk ibadah.

 

"Jujur saya kalau melakukan sesuatu dengan ilah. Saya selalu nggak mau sia-sia cuman sekedar nyiram, saya baca doa dengan asmaul husna selama menyiram, baru pindah ke pot lain atau pohon lain. Jadi saya selaku muslim itu tempat ladang dzikir di lantai 3," ungkapnya.

 

Dipaparkan, cabai ungu sudah dapat berbuah kurang lebih dua bulan masa tanam. Cabai dari jenis ini juga merupakan salah satu tanaman yang terus berbuah atau tanpa mengenal musim.

 

"Cabai ungu yang matang (warnanya) merah marun. Yang ungu itu dari bunganya, begitu bunganya kuncup cabai hitam pekat, nanti lama-kelamaan kemerahan terus merah marun," jelasnya.

 

Peluang pasar cabai ungu di Tanah Air, menurut Darmawan, terbuka lebar dengan catatan konsisten untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas, bahwa cabai ungu selain bisa untuk tanaman hias juga bisa dikonsumsi sebagai bumbu dapur.

 

"Sebetulnya kalau ini dipromosikan secara konsisten, (peluang pasar) cukup besar. Satu ini cabai hiasan, kedua cabai hiasan ini bisa dipanen dan dikonsumsi," kata Darmawan.

 

Ia mengaku dulu tidak tertarik untuk menjual cabai ungu yang dibudidayakannya, hanya sebagai tanaman hias yang ditempatkan di kantor. Namun ternyata teman-temannya banyak juga yang gemar lantaran unik dengan cabai ungu. 

 

"Kemarin juga ada yang minta dari Garut, saya juga heran emang di sana nggak ada dalam hati. Pesan jauh amat ke Jakarta, iya saya layani juga namanya rezeki," katanya.

 

Saat ini, kata Darmawan, ada 150 pot cabai ungu yang tersedia di kebun. Per pot cabai ungu dijual seharga Rp50.000. Namun untuk pembelian tiga pot hanya membayar Rp100.000 dengan bonus satu pohon stroberi.

 

Selain cabai ungu, ia yang gemar menanam dari kecil juga membudidayakan anggur, pisang serta tanaman tanpa musim seperti jambu dan kecapi di kebunnya.

 

"Saya jual online masih via group-group sama ke sekolah-sekolah, alhamdulilah sudah cukup banyak yah, cuman saya belum masuk ke marketplace," ujarnya memungkas.

Related News