Delapan BUMN Dukung Pelestarian Mangrove
Demi melestarikan mangrove, delapan BUMN ikut menanam di Suaka Margasatwa (SM) Muara Angke, Jakarta Utara. Walau memiliki luas 25,02 hektare, namun tercatat sebagai suaka margasatwa terkecil di Indonesia. Memang sangat kecil dibandingkan SM lainnya, tetapi kawasan ini amat penting dalam menyangga kehidupan kota Jakarta.
Untuk meningkatkan kesadaran bersama tentang pentingnya kelestarian mangrove di kawasan ini, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BUMN Karya, menggelar acara penanaman mangrove dan Ngobrol Santai Konservasi (Ngonser) di SM Muara Angke dengan tema “Sinergi untuk Mangrove Lestari”, pada Kamis (15/12).
Delapan BUMN yang tergabung di dalam TJSL BUMN Karya ini, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Brantas Abipraya (Persero), Perum Pembangunan Perumahan Nasional, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya (Persero).
Kepala BKSDA Jakarta Abdul Kodir, selaku pengelola kawasan SM Muara Angke menjelaskan, ada lima isu utama yang dihadapi saat ini. “Pertama adalah sampah yang terbawa arus dan tersangkut di area mangrove, kedua gangguan hidirologi, ketiga menurunnya kualitas keanekaragaman hayati karena banyak monyet ekor panjang yang mendiami kawasan ini mengonsumsi sampah plastik, sehingga di dalam tubuhnya ditemukan logam berat. Dan kelima, adanya konflik satwa dengan manusia.”
Abdul Kodir menambahkan bahwa kawasan SM Muara Angke juga merupakan salah satu ekosistem mangrove yang masih tersisa di Jakarta, menjadi rumah bagi 8 spesies mangrove sejati. SM Muara Angke juga menjadi habitat bagi aneka fauna, seperti buaya air asin, kadal, monyet ekor panjang, ular, serta menjadi daerah penting bagi burung di Jawa.
Sejak 2018, BKSDA Jakarta bekerja sama dengan YKAN dan para pemangku kepentingan lainnya melalui platform Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) untuk melindungi dan merestorasi ekosistem mangrove di SM Muara Angke. Melalui platform nasional untuk pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan kolaboratif ini, berbagai program penyadartahuan yang menjangkau seluruh elemen masyarakat dilakukan bersama. Kali ini, BKSDA Jakarta dan YKAN bekerja sama dengan delapan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam TJSL BUMN Karya menanam sekitar 250 bibit mangrove. Inisiasi ini diharapkan dapat terus meningkatkan kepedulian dan mendorong para pihak khususnya BUMN untuk terus bersama-sama melakukan pemulihan dan perbaikan lingkungan.
Agus Kosasih, Vice President TJSL Hutama Karya, mewakili BUMN Karya dalam Program Penanaman Mangrove di SM Muara Angke, menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi atas usaha dan kerja keras yang telah dilakukan oleh BKSDA Jakarta dan YKAN melalui berbagai program dan kegiatan pelestarian lingkungan yang telah dilakukan selama ini. “Program kolaborasi TJSL BUMN Karya bertajuk penanaman mangrove di SM Muara Angke ini menjadi salah satu komitmen dan wujud nyata kepedulian BUMN terhadap upaya melindungi dan merestorasi ekosistem mangrove, sekaligus melindungi keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya,” ujarnya.
“Sebagai salah satu BUMN yang bergerak di bidang pengembangan infrastruktur dan pengelola jalan tol, Hutama Karya bersama TJSL BUMN Karya berupaya berperan aktif dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan alam yang ada di Indonesia. Melalui program HK Peduli Lingkungan, Hutama Karya tidak hanya melakukan penanaman mangrove di SM Muara Angke, melainkan juga turut serta melakukan penanaman dan penghijauan di sekitar rest area dan ruas tol operasional Hutama Karya. Hal ini sebagai komitmen dan wujud nyata peran aktif Hutama Karya dalam mendukung kelestarian alam yang ada di Indonesia. Semoga program penanaman mangrove ini dapat memberikan manfaat bagi alam serta berbagai mahluk hidup di sekitarnya,” tegas Agus Kosasih VP TJSL Hutama Karya.
“Sinergi semua pihak amat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, termasuk ekosistem mangrove. Justru, keterlibatan multipihak ini sejatinya menjadi bagian utama dalam setiap program konservasi, mengingat tiap-tiap pihak memiliki peranan tersendiri. Hasil yang maksimal akan diperoleh jika pemerintah, masyarakat, swasta, dan LSM berkolaborasi dan bermitra secara strategis,” terang Direktur Program Pengembangan dan Pemasaran YKAN Ratih Loekito.
Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir pun dapat meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim serta meminimalisasi dampak bencana alam, seperti tsunami, badai, dan gelombang laut. Peranan Indonesia dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara global amat besar, sehingga melindungi dan merestorasi ekosistem mangrove merupakan langkah penting yang harus segera dilakukan secara bersama-sama.