Ketika Jokowi Terkesima dengan Vertiver
Sekalipun berjenis rumput, namun vertiver atau akar wangi, memiliki akar yang dapat menembus hingga kedalaman 2-2,5 meter. Sehingga, menjadi pilihan terbaik untuk ditanam di lahan bekas hak guna usaha (HGU) yang telah digunduli, tanpa reboisasi.
JAKARTA - Minggu (5/1) pagi, tiga unit helikopter Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Angkatan Udara (AU) sudah bersiap di Lapangan Udara Atang Sanjaya, Bogor. Satu helikopter diantaranya, berisikan Presiden RI, Joko Widodo; Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono; dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo.
Seharusnya, dari Lanud Atang Sanjaya ke lapangan helipad di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, bisa ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit dengan helikopter kepresidenan, Super Puma L-2 AS-332. Tapi apa daya, cuaca jelek mematahkan jarak tempuh tersebut. Setelah terbang, lima menit menjelang sampai di titik lokasi, helikopter berbendera merah putih dan bernomor ekor H-3204 itu gagal mendarat akibat cuaca buruk. Namun, dua helikopter yang berisi rombongan lainnya berhasil mendarat beberapa menit sebelumnya.
Dalam percobaan sebanyak dua hingga tiga kali pendaratan, helikopter kepresidenan berwarna biru dan strip merah putih itu melakukan “approach”, sedia mendarat. Sebanyak itu pula percobaan gagal akibat cuaca buruk. Cuaca berkategori “bad weather” merupakan cuaca yang tidak bisa dilawan siapa pun. Dalam hal ini, “pemegang kekuasaan” yaitu pilot, memutuskan untuk tidak mendarat dan kembali ke Atang Sanjaya. Presiden, Panglima TNI, Menteri PUPR, dan Kepala BNPB hanya pasrah terhadap keputusan pilot tersebut.
Baca juga: Berlomba Remajakan Lahan Sawit
Sementara itu, di landasan helikopter Sukajaya, Bupati Bogor, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, serta para pejabat dan para wartawan sempat terperangah saat helikopter kepresidenan justru menjauh dari lokasi pendaratan. Mereka baru maklum, saat mendapat penjelasan jika helikopter gagal mendarat karena cuaca yang tidak memungkinkan. Sebelumnya, di Lanud Atang Sanjaya, Jokowi juga sudah diberi tahu jika kemungkinan cuaca buruk dan gagal mendarat.
Akan tetapi, Jokowi tetap meminta pilot untuk menuju lokasi bencana dan “take a risk”. Jika kemudian kembali gagal mendarat, hal itu merupakan keputusan pilot yang mengetahui kondisi bisa atau tidaknya helikopter mendarat. Di dalam kabin helikopter, kekecewaan juga menyelimuti para penumpang yang kembali ke Atang Sanjaya. Tampak wajah-wajah para petinggi negara yang muram karena urung melihat langsung kondisi masyarakat yang dilanda bencana. Untuk sesaat, kabin helikopter kepresidenan hening, hingga akhirnya Presiden Jokowi memecah keheningan tersebut dengan melempar pertanyaan kepada Doni Monardo.
“Pak Doni, apa yang harus dilakukan (untuk mencegah longsor),” kata Jokowi, dalam keterangan tertulis BNPB, belum lama ini.
Dengan spontan, Doni pun menjawab: “Kembalikan fungsi lahan dengan menanam vertiver, Pak Presiden.”
Vertiver yang dimaksud yaitu jenis tanaman yang dikenal dengan nama “akar wangi” atau “narwastu”. Tanaman ini merupakan sejenis rumput yang berasal dari India dan termasuk dalam famili Poaceae dan masih sekeluarga dengan sereh atau padi. Sekalipun berjenis rumput, namun memiliki akar yang dapat menembus hingga kedalaman 2-2,5 meter. Tak pelak, vertiver menjadi pilihan terbaik untuk ditanam di lahan bekas hak guna usaha (HGU) yang telah digunduli, tanpa reboisasi.
“Ribuan lokasi bekas HGU, pohonnya sudah ditebangi dan ditinggal begitu saja,” ungkap Doni kepada Presiden Jokowi.
Baca juga: Kemilau Pohon Natal yang Kekal
Dengan bercampur kebisingan dari suara baling-baling helikopter, mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) itu menyampaikan kepada Jokowi, sisa-sisa akar pohon yang ditebang, kemudian membusuk, menyebabkan rongga tanah rentan longsor pada saat musim hujan tiba dengan curah yang tinggi. Rumah-rumah penduduk pun dengan mudah dan secara singkat dilumat oleh arus lumpur longsoran yang deras. Karena itu, akar wangi atau vertiver, lanjut Doni, merupakan pencegah longsor terbaik.
“Bioteknologi vertiver sudah diujicoba dan mendapat pengakuan World Bank bahkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Di banyak tempat dan negara, tanaman ini sudah dikenal luas seabgai tanaman pencegah longsor,” ujar Doni dengan fasih.
Dengan menarik napas panjang, Jokowi terlihat lega setelah mendengar pencerahan dari Doni. Sejurus kemudian, Jokowi pun memerintahkannya untuk segera melakukan penanaman vertiver di area gundul, terutama di lereng-lereng pegunungan. Untuk itu, Doni juga diminta untuk melibatkan anggota TNI yang memiliki kualifikasi panjat tebing, termasuk kelompok Wanadri atau Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung, yang memiliki keahlian mendaki. Doni juga tak kalah lega, ia pun menarik napas panjang penuh antusias.
“Tahap awal, saya siapkan 100.000 bibit akar wangi, Bapak Presiden,” katanya.
Karena itu, Doni pun mendapat pekerjaan rumah untuk menanam di daerah dengan tingkat kemiringan tertentu yang dalam kondisi gundul dan rawan longsor. Doni menyebut, bukan satu atau dua lokasi saja, melainkan terdapat ribuan titik rawan longsor di Indonesia. Hal itu dikarenakan pemberian HGU kepada perusahaan tanpa kontrol, serta kewajiban menghijaukan kembali lahan HGU yang diabaikan dan telah digunduli semena-mena.
Baca juga: Ackee, Buah Mematikan Kebanggaan Jamaika
Penggundulan itu sudah terjadi 10 hingga 20 tahun yang lalu dan tahun-tahun ini baru berdampak longsor. Dengan adanya instruksi dari Presiden Jokowi untuk menanam akar wangi, diharapkan ke depannya, tragedi longsor dapat dikurangi atau bahkan dicegah sama sekali.
“Di sela-sela tanaman akar wangi, akan diselingi tanaman keras, seperti sukun, aren, dan alpukat. Selain punya nilai ekologis, juga punya nilai ekonomis,” kata Doni.
Tak terasa, helikopter pun tiba di Lanud Atang Sanjaya. Setibanya di sana, Jokowi pun memerintahkan Menteri PUPR langsung menuju ke Kecamatan Sukajaya melalui jalur darat untuk memastikan peralatan berat berfungsi optimal, sehingga akses menuju ke Kecamatan Sukajaya dapat dibuka. Kementerian PUPR sendiri mencatat ada enam desa di Kecamatan Sukajaya yang terisolir akibat jalan akses tertutup longsor, yaitu Desa Kiarasari, Kiara Pandak, Urug, Cisarua, Cileuksa, dan Pasir Madang. Basuki pun mengirimkan enam alat berat ke lokasi longsor yang terdiri dari enam execavator, satu loader, dan satu buildozer.