IFEX 2023, Diharapkan Bukan Dari Kayu Ilegal
"Perkembangan Funiture di Indonesia dapat lebih hebat, namun ketersedian bahan baku menjadi masalah. Hal ini dapat diselesaikan dengan pihak terkait agar tidak menggunakan kayu ilegal."
Jagadtani - Indonesia Inernational Furniture Expo (IFEX) 2023 telah resmi dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Aswar Marpaung - Presiden Direktur Dyandra Promosindo dan ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia, Abdul Sobur bersama para anggota HIMKI.
Dengan digelarnya IFEX 2023 hingga 12 Maret, diharapkan industri furnitur dan kerajinan Indonesia mampu terusm eningkatkan nilai ekspor dan mendorong peningkatan ekonomi nasional. Dalam lima tahun terakhir, ekspor produk furnitur Indonesia terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2021, peningkatan nilai ekspor industri furnitur dan kerajinan tercatat mencapai lebih dari 27%. Bersama pemerintah HIMKI menargetkan ekspor mebel dan kerajinan senilai 5 miliar dollar AS di akhir tahun 2024, artinya berdasarkan realisasi ekspor 2021 hingga 2024 dibutuhkan pertumbuhan minimal 13,4% pertahun.
Untuk merealisasikan hal ini salah satu dukungan yang dibutuhkan adalah terkait pembiayaan. Menanggapi kebutuhan pembiayaan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan pemerintah akan meminta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) membuat roadmap untuk mendukung realisasi ekspor senilai 5 miliar dollar AS.
Hal ini diungkap Menko Ekonomi saat membuka pameran terbesar furnitur dan kerajinan di Indonesia, Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023, (9/3) di Jakarta. Ia juga berharap industri furnitur dan kerajinan Indonesia minimal bisa menjadi benchmark industri di ASEAN.
“Secara craftmanship Indonesia sudah unggul, dari ketersediaan bahan baku kita juga tersedia dan sumber daya manusia juga siap. Secara potensi kita lebih unggul dan ini harus terus didorong supaya dapat bersaing dengan negara-negara lain,” ujar Airlangga.
"Hambatan hanya ada dua, yakni bahan baku, semoga dapat diselesaikan cepet dengan bekerja sama menlhk yang tidak boleh dari hutan ilegal. Dan SPLK harus ditanggung pemerintah bagi UMKM yang anggarannya ditanggung menlhk. Jika tidak bisa maka difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan."
Pada kesempatan yang sama, Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menyatakan sektor pembiayaan menjadi salah satu aspek penting untuk mendorong realisasi target 5 miliar dollar AS. Saat ini sudah ada 54 anggota HIMKI yang mendapat bantuan pembiayaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). “Kami berharap nilai pinjaman dan cakupannya bisa ditingkatkan agar bisa menjangkau seluruh anggota HIMKI” ujar Abdul Sobur.
Selain pembiayaan, ia juga menekankan pentingnya pengembangan desain sebagai nilai tambah dari produk furnitur dan kerajinan Indonesia. “Secara desain produk-produk kita tidak kalah dengan produk negara lain tetapi secara value kita masih kalah saing. Kita perlu meningkatkan value agar nilai produknya juga bisa bertambah,” tegasnya.
Sedangkan Daswar Marpaung sebagai Presiden Direktur Dyandra Promosindo mengatakan "Penyelenggaraan IFEX merupakan bentuk dan dukungan untuk selalu mendorong industri furnitur dan kerajinan agar terus berkarya dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekspor dan ekonomi Indonesia. Kami berharap penyelenggaraan IFEX dapat memberikan nilai positif dan memiliki dampak yang luas baik kepada masyarakat maupun industri yang terlibat di dalamnya,”
Dtandra bersama HIMKI menjadi saksi pertumbuhan industri furnitur sejak penyelengaraan IFEX yang pertama. Banyaknya peserta pameran kali ini serta luasan lahan yang digunakan merupakan sebuah simbol positif perkembangan IFEX. Pameran ini terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekspor produk furnitur mengingat pasar utamanya memang adalah pasar ekspor.
“Saat ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan nilai produk dan nilai ekspor furnitur Indonesia. HIMKI akan terus mendorong anggotanya, dan para pelaku industri furnitur secara umum, untuk meningkatkan nilai tambah produk mereka. Pasar masih terbuka sangat luas, namun diperlukan usaha dan dukungan semua pihak untuk mewujudkan nilai ekspor yang kita targetkan,” pungkas Abdul Sobur.