• 27 April 2024

Mentan SYL, Kopi Indonesia Harus Mendunia

uploads/news/2023/03/mentan-syl-kopi-indonesia-82637b96bf262f6.jpg

Kopi asal Indonesia telah tersebar ke seluruh dunia dengan jumlah mencapai lebih 200 ribu ton setiap tahunnya (data tahun 2021), membuat Indonesia menjadi pengekspor kopi ketiga terbesar. Namun hasil ini masih dapat digenjot sesuai dengan harapan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) yang menargetkan pasar lebih luas untuk penjualan kopi asal Indonesia. Pernyataan ini disampaikan Mentan SYL saat kegiatan Social Creative Coffee Expo (12/03).

Menurut Mentan SYL, banyak penikmat kopi di dunia yang menyukai kopi dari Indonesia. Salah satunya adalah kopi yang berasal dari wilayah Sulawesi Selatan. Sulawesi sebagai gerbangnya Indonesia bagian timur yang menghasilkan beragam kopi unggulan dan tersebar di wilayah Toraja, Enrekang, Wajo, Parepare sampai kopi Malakaji. Kopi dari Sulawesi telah terkenal ke seluruh dunia dan sangat digemari.

Mentan SYL berharap, ada upaya serius dan dukungan penuh dari semua pihak untuk memperkuat akselerasi ekspor. "Oleh karena itu kita sudah canangkan tanam kopi sebanyak 30 juta. Kenapa? Karena di pikiran saya untuk 5 tahun ke depan tidak ada warung kopi di dunia yang terbesar di dunia di semua negara yang tidak ada kopi Indonesianya. Jadi tidak ada cafe kopi di dunia yang tidak ada kopi torajanya, kopi enrekangnya, kopi malakajinya dan kopi pareparenya," ujarnya.

 
SYL menjelaskan banyak kopi asal Indonesia yang memiliki harga fantastis di toko kopi dunia. Bahkan berdasarkan harga di gelaran One Day with Indonesian Coffee, Fruits, and Floriculture di 10 negara, harga rata-rata kopi Indonesia mencapai Rp 400 hingga Rp 500 ribu per kilogram. Sehingga potensi kopi yang cukup besar ini perlu ditingkatkan untuk memantik kesejahteraan petani dan masyarakat luas.
 
"Saya kira acara-acara seperti ini harus rutin dilaksanakan untuk mengangkat produk kopi nasional. Kita tentu saja melihat sudah makin dikenalnya branding Kopi Arabika Toraja dan Kopi Arabika Kalosi Enrekang dan Kopi Arabika Bantaeng yang telah memiliki sertifikasi Indikasi Geografis (kekhasan produk disuatu tempat). Dan sekarang yang kita butuhkan adalah branding yang terukur dan keberlanjutan, seperti Kopi Komandan yang telah memiliki branding dan hak atas kekayaan intelektual," katanya.
 
Dirjen Perkebunan Kementan, Andi Nuralamsyah mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk kopi di Sulawesi Selatan yang memiliki berbagai macam cita rasa khas yang berasal dari kabupaten sentra kopi. Acara tersebut juga sebagai ajang mengakselerasi promosi produk kopi nasional agar lebih dikenal lagi secara luas.
 
"Kami harapkan melalui kegiatan ini tidak hanya adanya jual beli tetapi akan terbangun kemitraan antara petani dan pelaku usaha dalam penyerapan produk kopi dengan harga yang remuneratif dan berlangsung secara konsisten dan berkelanjutan," katanya.
 
Dalam kegiatan ini, Andi Nur mengatakan ada lebih dari 250 orang yang hadir dan terdiri dari para petani, pelaku usaha kopi di Sulawesi Selatan dan beberapa provinsi sentra kopi nasional. Melalui acara ini, kata dia, pemerintah mentargetkan jumlah pengunjung selama 2 hari bisa mencapai 1.000 orang.
 
"Kami juga melaunching merek Kopi Komandan yang hak kekayaan intelektualnya milik Ditjen Perkebunan. Ke depan, kopi komandan menjadi merk yang digunakan dalam mempromosikan kopi- kopi terbaik daerah di seluruh Indonesia. Kopi komandan didesain menjadi sarana promosi produk kopi dengan berbagai varian special yang memiliki kekhasan daerah," jelasnya.

 

 

Related News