Perwakilan Kemenparekraf Dari ASEAN Kunjungi TN Komodo
Rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dari negara-negara ASEAN kunjungi Taman Nasional Komodo pada tanggal 18 Mei 2023 dengan didampingi Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda, Muhammad Ikbal Putera dari Balai Taman Nasional Komodo.
Dengan jumlah 70 orang, mereka mengunjungi berbagai destinasi wisata alam di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, diantaranya: Resort Padar Selatan (Pulau Padar), Resort Loh Buaya (Pulau Rinca), Resort Kampung Rinca (Desa Pasir Panjang), dan Pulau Pempe.
Ikbal bertugas menginterpretasi seluruh obyek daya tarik wisata alam di dalam kawasan Taman Nasional Komodo dalam dua bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris kepada seluruh peserta field trip.
Setibanya di Resort Padar Selatan, Ikbal memastikan kesehatan para peserta field trip di titik keberangkatan dan mulai melakukan briefing singkat untuk menyampaikan Do’s and Dont’s yang harus dipatuhi wisatawan selama beraktivitas di Padar Selatan. Salah satunya adalah tidak membuang sampah sembarangan dan tidak memberi makan satwa liar yang mungkin dijumpai pada jalur trekking Padar Selatan.
Fakta menarik yang paling digemari wisatawan adalah saat menyampaikan jumlah anak tangga yang akan dilalui hingga sampai ke puncak yang mencapai 815 buah. Fakta lainnya adalah saat rombongan sudah berada di Puncak Padar Selatan, para peserta akan diminta untuk menghadap ke panorama bukit dan diminta menebak pada uang kertas mana pemandangan Padar Selatan ini dicantumkan. Sontak salah seorang peserta dari Indonesia berteriak, “Pecahan uang kertas Rp50.000!”.
Destinasi selanjutnya adalah Resort Loh Buaya di Pulau Rinca. Resort ini kembali menjadi alternatif destinasi yang diminati wisatawan oleh karena sarana prasarana wisata alamnya yang memadai, tingginya peluang perjumpaan biawak komodo dan satwa liar lainnya, dan jaraknya yang relatif dekat dengan Labuan Bajo.
Ikbal memandu rombongan menyusuri jalan jerambah (elevated deck) dan menginterpretasikan penjelasan mengenai vegetasi yang berada di kiri dan kanan para peserta field trip. Rombongan berkesempatan melihat ragam jenis mangrove dan tumbuhan yang memiliki manfaat obat yang tumbuh alami di lembah Loh Buaya.
Rombongan kemudian diantarkan memasuki Pusat Informasi Komodo untuk mengamati kerangka biawak komodo Jessica (betina) dan Mr. X (jantan) yang telah direkonstruksi oleh tim Pengendali Ekosistem Hutan dan Polisi Kehutanan bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Komodo Survival Program.
Rombongan tampak antusias melihat bentuk cakar dan gigi biawak komodo dari dekat, dan tampak kaget mendengar fakta yang disampaikan oleh Ikbal bahwa gigi komodo berbentuk seperti kail pancing (curved backward) dimana saat mangsanya tergigit akan sangat sulit untuk terlepas/melarikan diri.
Hal inilah yang mengakibatkan pendarahan dari adanya luka terbuka yang menganga (open wound) pada sebagian besar mangsa biawak komodo.
Oara peserta melanjutkan perjalanan ke Resort Kampung Rinca, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca yang langsung disambut baik oleh Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Native Rinca bersama dengan Petugas Resort Kampung Rinca.
Rombongan kemudian diajak berkeliling melihat aktivitas sehari-hari nelayan seperti memilah ikan dan menjemur ikan kering segar, serta melihat bentuk rumah panggung (stilt houses) yang merupakan ciri khas masyarakat pesisir di Indonesia. Rombongan kemudian tiba pada sebuah area lapangan yang dikelilingi oleh warga setempat dan telah ditata rapi dengan kursi-kursi kayu yang diperuntukkan bagi wisatawan.
Rombongan disuguhkan penampilan Animal Pop yang merupakan sebuah komunitas muda dan kelompok tari modern dari Desa Pasir Panjang hasil binaan program Aksilarasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia pada tahun 2021.
Tarian modern ini menggabungkan potret perilaku biawak komodo dengan gerakan pencak silat atau Manca’. Tarian yang berdurasi 5 – 10 menit ini mendapatkan apresiasi dari para peserta field trip dan dinilai cukup bagus karena turut berkontribusi memberikan nuansa sosial budaya yang unik pada rangkaian perjalanan wisata alam kali ini.
Selanjutnya, sebagian rombongan bergegas menuju Pulau Pempe untuk melakukan transplantasi karang (coral transplantation) yang juga dikelola oleh POKDARWIS Native Rinca. Rombongan diajarkan teknik mengikat karang pada media tumbuh yang benar lalu menyaksikan masing-masing media diletakan pada lokasi masing-masing di perairan yang lebih dalam.
Melalui Ikbal, dijelaskan bahwa Balai Taman Nasional Komodo mendukung pengembangan pengusahaan pariwisata alam di Desa Pasir Panjang oleh POKDARWIS Native Rinca sebagai salah satu perwujudan demarketing strategy yang menekan jumlah kunjungan wisatawan dari destinasi utama ke destinasi wisata alam alternatif di dalam dan sekitar Taman Nasional Komodo.