• 22 November 2024

Integrated Farming Kawasan Hortikultura Solusi Kemajuan Pertanian

uploads/news/2023/06/integrated-farming-kawasan-hortikultura-69453128075f131.jpg

Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya lahan subur agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat hingga mengantisipasi perubahan iklim, pengembangan integrated farming kawasan hortikultura di kabupaten Solok, Sumatera Barat makin diarahkan.

Integrated farming merupakan cara bertani dengan sistem memanfaatkan antara tanaman perkebunan, pangan, hortikultura, hewan ternak dan perikanan. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan agro ekosistem yang dapat mendukung hasil produksi pertanian (stabilitas habitat) sehingga pendapatan ikut meningkat dan juga berfungsi dalam melestarikan sumber daya alam.

Upaya mendorong pengembangan Integrated Farming dilakukan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), ketika mengunjungi kawasan hortikultura di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar). “Saya bersama Pak Bupati, Pak Gubernur akan mendorong sebuah konsepsi integrated farm dengan bermacam- macan jenis komoditas pertanian yang coba didorong dalam sebuah konsepsi yang tertata dan ini akan sangat dibutuhkan tidak hanya Sumatera Barat tapi juga untuk Bangsa ini menghadapi climate change, menghadapi elnino,” ucap Mentan SYL usai pada acara panen bawang di Desa Sungai Nanam, Kec.Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Rabu (14/6/23). 

Mentan SYL menambahkan Kabupaten Solok memiliki alam yang bagus terdiri dari danau, pegunungan dan petani yang cukup banyak untuk mengolah lahan pertanian. “Oleh karena itu pemerintah yang agresif seperti Pak Bupati dan Pak Gubernur. Saya kagum melihat langkah yang ada di Solok, di Sumatera Barat yang begitu cepat dalam 2 tahun bisa mengimbangi petani - petani yang ada di Jawa,” ujarnya.
 
“Karena bagaimana petani - petani di Jawa sangat agresif dan terkooperasi dengan baik dan saya ketemu itu di Solok,” tambahnya.
 
Lebih lanjut Mentan SYL mengatakan panen bawang merah yang baru dilakukan menjadi salah satu wujud nyata upaya gerakan penyediaan bawang merah di Indonesia sepanjang tahun. “Kita gak usah ragu, air tidak pernah surut yang ada di Solok ini dan kita panen bawang merah dan bawang menjadi kebutuhan yang sangat serius untuk menjaga inflasi tidak terlalu besar dari negeri ini,” tuturnya. 
 
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Miharta mengatakan pengembangan bawang di Solok dilakukan dengan intensif. Solok merupakan Kabupaten sentra yang dapat menanam bawang merah sepanjang tahun dengan rata-rata pertanaman 900-1.000 ha per bulan akan tetapi masih terdapat kekurangan dalam penanganan pascapanen. 
 
“Petani Solok melakukan pertanaman bawang 2 hingga 4 kali setahun dan sekali panen bawang menghasilkan 13 ton perhetarenya,” kata Miharta.
 
Bersamaan, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan pendampingan budidaya bawangmerah telah dilakukan pada lahan seluas 12.000 Hektar di Desa Sungai Nanam. “Sekitar 1.000 hektar bawang merah rutin dipanen setiap bulan dan dalam 2 minggu lagi ada panen juga untuk membantu pengamanan pasokan Idul Adha,”kata Prihasto.
 
Luas tanam bawang merah Solok bertambah pesat dari semula 5.000 hektar di tahun 2016 kini mencapai 12.000 hektar. Produksi tahun 2022 lalu mencapai 188.563 ton, menembus ranking 3 Nasional setelah Brebes dan Nganjuk.
 
Dalam kunjungan ke Kabupaten Solok, turut hadir mendampingi Mentan Yakni jajaran eselon 1 Kementan, Gubernur Sumbar, Mahyeldi dan Bupati Solok, Epyardi Asda .

Related News