Rockwool, Media Tanam yang Hits
BOGOR - Bagi Sahabat Tani yang gemar berococok tanam menggunakan sistem hidroponik pasti tidak asing dengan teknik rockwool. Rockwool sendiri merupakan salah satu mineral fiber atau mineral wool yang sering digunakan sebagai media tanam hidroponik. Rockwool berasal dari batu (umumnya batu kapur, basalt atau batu bara), kaca, atau keramik yang dilelehkan dengan suhu tinggi kemudian ‘dipintal’ membentuk serat-serat mirip seperti membuat gula kapas arum manis.
Setelah serat dingin, mineral wool ini dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Selain sebagai media tanam, rockwool juga umum digunakan sebagai bahan insulasi termal (isolasi panas atau penghambat panas), semprotan kebakaran (penyerap api/ fireproofing) dan penyerap atau peredam suara (soundproofing). Salah satu yang membudidayakan tanaman menggunakan teknik yaitu PT BluFarm Indonesia, yang berada di kasawan Gunung Bunder, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
“Untuk hidroponik di sini semua menggunakan rockwool, tapi ada juga saya pernah liat pakai busa, kalau rockwool itu dia lebih lembut untuk akar berkembang. Kalau busa keras, mudah dicari kok di toko tanaman juga ada yang ukuran 15 sentimeter, harganya Rp25.000,” ujar Chief Executive Officer (CEO) PT BluFarm Indonesia (BluFarm), Lia Dahlia, kepada JagadTani.id belum lama ini.
Baca juga: Membuat Hidroponik dengan Botol Bekas
Selain itu, Lia juga membagikan tips cara bercocok tanam dengan cara hidroponik menggunakan rockwooll yang baik.
“Yang penting fokus saja, kita belajar memahami karakter masing-masing sayur-nya dan memahami nutrisi vitamin sayur-sayurnya. Kita fokus di situ. Yang pertama, kita jaga kebersihannya, untuk menghindari hama atau daun-daun rusak, jelek, bantet, berlubang. Kalau sudah pas waktunya untuk kena matahari harus on-time,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, transplant atau memindahkan semaian ke dalam pot kecil atau sistem, juga menjadi hal yang penting dalam hal bercocoktanam. Lalu, karena lahan hidroponik milik BluFarm tertutup, Lia memilih tidak menggunakan pestisida.
“Kalau kita sih tidak menggunakan pestisida karena tertutup. Karena, ada juga orang yang menanam tanaman hidroponik (menggunakan pestisida), tapi lahannya terbuka. Nah, karena kita tertutup jadi tidak pakai (pestisada), karena tidak ada hama, kemungkinan (adanya) hama hanya 1%,” tutup wanita yang memang hobi becocoktanam ini.
Baca juga: Mengenal Kompos dari Kebun Karinda