• 24 November 2024

Balada Mengurus Ratusan Kelinci

Ada suka dan duka dalam merawat kelinci, salah satunya dialami Iwan (32).

BOGOR - Kelinci merupakan salah satu pilihan hewan peliharaan yang menggemaskan. Dulunya kelinci termasuk hewan liar yang hidup di Afrika hingga daratan Eropa. Di Indonesia, kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu konijntje yang berarti "anak kelinci". Hal ini menunjukkan bahwa kelinci dibawa ke Indonesia bersama dengan pemerintah kolonial.

Dari catatan sejarah, kelinci pertama kali dibawa ke tanah Jawa oleh orang-orang dari Belanda pada tahun 1835 sebagai ternak hias. Namun, Indonesia rupanya mempunyai spesies kelinci sendiri. Spesies kelinci ini dapat ditemui di Pulau Sumatera yaitu kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) yang ditemukan pada 1972.

Baca juga: Tujuh Pakan Terbaik untuk Kelinci

Kelinci merupakan hewan peliharaan yang unik. Mereka memiliki kebutuhan khusus untuk menjalani hidup yang panjang, bahagia dan sehat. Pada umumnya umur kelinci mencapai lima hingga sepuluh tahun, bahkan bisa lebih. Seperti hewan peliharaan lainnya, memelihara kelinci membutuhkan persiapan dan pengetahuan yang cukup. Seperti Iwan (32) yang mengurus ratusan kelinci hias di Botani Mart Institut Pertanian Bogor (IPB), Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa  Barat, sejak setahun yang lalu. Ia mengaku tidak mudah untuk merawat kelinci hias yang kini jumlahnya sudah tidak dapat ia hitung lagi.

“Kalau merawat kelinci harus hati-hati karena dia cepat sekali beranaknya dan sekali beranak, banyak, bisa tiga sampai lima anak,” ujarnya saat di temui JagadTani.id, belum lama ini.

Baca juga: Budidaya Kelinci Ala BRC 

Ternyata, Kelinci tidak hanya makan sayuran seperti wortkel atau kol, Iwan mengaku lebih sering memberi makan kelinci-kelinci yang ia rawat dengan pelet dan dedek seperti ayam.

“Ya kalau (pakan) kelinci tidak harus sayur sih, dikasih makanan pelet juga dia suka, kadang saya kasih jambu atau apa aja lah doyan” ujar pria lulusan IPB tersebut.

Selain suka, merawat kelinci dalam jumlah banyak juga ada dukanya. Hal inilah yang dirasakan Iwan.

“Kalau susahnya itu harus ditempat yang benar-benar di sekat, kalau tidak bisa dimakan tikus atau anjing. Sering sekali saya kena tegur atasan gara-gara anak kelinci nya tiba-tiba hilang dimakan (tikus atau anjing),” tutupnya.

Related News