• 28 March 2024

Licinnya Usaha Pengepul Belut

uploads/news/2019/09/licinnya-usaha-pengepul-belut-207371dc5217b9b.jpg

Kalau sahabat tani suka kripik belut, coba terjun ke bisnis belut dengan menjadi pengepul seperti Suyati dari kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta.

 

YOGYAKARTA - Monopterusalbus atau yang sering disebut belut sawah merupakan satu jenis ikan yang hidup di daerah berlumpur seperti rawa dan sawah. Keberadaannya menjadi salah satu keuntungan bagi petani karena dapat menggemburkan lahan dan lendirnya berguna untuk membuat media tanam menjadi lebih bagus.

Selain itu, belut biasanya dikonsumsi sebagai lauk atau dibuat menjadi keripik belut yang merupakan salah satu ikon kuliner dari kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta. Meningkatnya minat masyarakat terhadap keripik belut membuat permintaan belut di Godean dan sekitarnya semakin tinggi.

Sedangkan belut yang tersedia hanya sedikit, mengingat saat ini sudah mulai jarang pesawahan yang ditinggali oleh belut. Salah satu cara agar dapat dengan cepat mendapatkan belut yaitu melalui pengepul belut yang hanya memiliki stok belut setiap harinya.

Suyati, salah satu pengepul belut yang berlokasi di Godean, mengaku jika ia telah menggeluti usaha mengumpulkan belut sejak 1986 silam. Bersama suaminya, ia mulai menggeluti usaha ini semenjak ia lulus SMEA. Setiap harinya, Suyati tidak mendapatkan stok belut dari sekitar Sleman, namun mendatangkan belut dari Jawa Timur, tepatnya di daerah Lumajang dan Malang.

Permintaan belut yang datang ke Suyati tidak hanya berasal dari Godean saja, tapi juga berasal dari Klaten, Bantul, dan Malang. “Tidak cuma dari sekitar sini saja. Ada juga yang pesan orang Bantul untuk masak Mangut Belut, ada juga Klaten, dan ada juga Magelang untuk dibuat keripik belut juga,” ungkap Suyati belum lama ini.

Belut yang Suyati tampung ukurannya juga bermacam-macam, mulai dari yang kecil hingga yang berukuran besar atau super. Suyati mengungkapkan jika ia biasanya menjual belut ini dengan harga Rp40 ribu per kilo bila stok belut yang datang banyak. Namun, jika belut sedang susah dicari, harga belut bisa melejit hingga Rp60 ribu per kilonya.

“Harga jualnya tidak menentu. Jika sedang gampang, saya jual Rp40 ribu per kilo. Tapi, jika sedang jarang bisa sampai Rp60 ribu. Biasanya harga segitu (Rp60 ribu) waktu lebaran,”ungkapnya.

Dalam kurun waktu sebulan, Suyati dapat menjual belut ini dengan jumlah yang fantastis, yaitu 4 ton ekor belut. Bisa sahabat tani bayangkan, jumlah keuntungan Suyati dalam sebulan. Walau belut yang didapatkan Suyati berasal dari Jawa Timur sudah memenuhi kebutuhan pelanggannya, tetap saja Suyati memiliki keinginan untuk dapat membudidayakan belut ini sendiri tanpa harus memesan dari luar daerah.

Tujuannya yaitu untuk bisa terus memenuhi kebutuhan pasar tanpa harus mengambil dari luar daerah. “Memang kalau di daerah sini, tidak ada yang budidaya. Mungkin karena susah ya. Tapi, kalau saya diberi pelatihan, saya mau saja kalau diajari cara membudidayakan belut ini supaya nanti bisa memenuhi kebutuhan orang-orang sekitar yang membutuhkan belut,” tutup Suyati.

Related News