• 23 November 2024

Segarnya Bisnis Sayuran Hidroponik

uploads/news/2019/10/segarnya-bisnis-sayuran-hidroponik-79418f550053f8e.JPG

Berawal dari hobi, Wahyu Asih mencoba peruntungan dalam bernisnis sayuran hidroponik.

 

SLEMAN - Tren urban farming di Indonesia beberapa tahun ini sedang meningkat. Walaupun Indonesia dikenal dengan tanahnya yang subur, namun kondisi tanah tidak semuanya sama. Apalagi di kota-kota besar, kondisi tanah semakin berkurang. Hidroponik dapat menjadi salah satu solusi kondisi tersebut.

Metode hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman yang memanfaatkan air sebagai media tumbuhnya, sehingga tidak perlu menggunakan tanah. Omah Hydro merupakan salah satu kebun yang menggunakan sistem hidroponik di tengah kota dengan lahan terbatas. Berawal dari hobinya bercocok tanam, Wahyu Asih mencoba peruntungan dengan berbisnis sayuran menggunakan sistem hidroponik.

“Saya ketemu sama teman yang bisa teknik hidroponik. Kemudian saya belajar dan akhirnya sama teman saya dibuatkan di sini,”ujarnya.

Wahyu menyadari dirinya tidak mampu jika bercocok tanam menggunakan cara konvensional. Tenaga yang dibutuhkan juga lebih banyak dikeluarkan jika menggunakan teknik konvensional.

Menurutnya, hidroponik jauh lebih praktis dibandingkan dengan konvesional karena tidak perlu mengolah tanah dan perawatan tanaman pun lebih mudah. Beberapa jenis sayuran Wahyu budidayakan menggunakan hidroponik, seperti beragam jenis selada dan sawi. Wahyu juga menuturkan bahwa peluang bisnis sayuran di Yogyakarta masih cukup bagus.

“Untuk pasokan sayuran di area Jogja masih diserbu dari Bandung dan Kopeng. Sehingga bisnis sayur di Jogja dapat menjadi pemasok di kota sendiri,”ujarnya.

Saat ini Wahyu masih mengirimkan sayurnya pada pengepul karena produksinya masih sedikit dan belum bisa memenuhi kebutuhan pasar secara konstan. Setiap satu minggu sekali pria 48 tahun ini memanen sayurnya.Dalam satu kali panen, Ia bisa mendapatkan 12 kilogram selada dan dijual dengan harga Rp8 ribu per kilonya.

Ia juga menuturkan bahwa pengeluaran terbesar dalam bertani hidroponik yaitu modal awal untuk membeli berbagai peralatan. Namun, saat melakukan produksi hingga panen modal yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan konvensional.

“Kalau modal untuk skala produksi minimal Rp50 juta. Itu untuk membeli peralatan. Sedangkan jika hanya untuk hobi mungkin cukup Rp100 ribu saja yang penting dapat membuat media agar air tetap menggenang,”katanya.

Omah Hidro sendiri menggunakan teknik Nutrient Film Technique (NFT) dalam bercocok tanam. Sistem ini paling banyak digunakan untuk skala produksi. Konsep dasarnya yakni mengalirkan nutrisi hidroponik ke akar tanaman secara tipis. Pasokan oksigen juga cukup sehingga air tidak keruh jadi dapat menghasilkan produk yang maksimal.

Kebun yang berada di Dusun Sedan Jalan Karya Utama Panggung Sari, Ngaglik ini juga menjual bibit sayur, pupuk, nutrisi, dan tanaman hias. Selain itu, Wahyu juga aktif memberikan pelatihan-pelatihan terkait hidroponik. (MK)

Related News