Urban Farming yang Merajalela
Kesadaran masyarakat semakin tinggi akan hidup sehat, salah satu yang dilakukan yaitu bercocok tanam di tengah sempitnya lahan.
TANGERANG - Masyarakat di kota-kota besar saat ini mulai timbul kesadaran untuk hidup sehat. Hal yang biasanya dilakukan yaitu menjadikan pekarangan rumah dan lahan yang tidak termanfaatkan menjadi lahan pertanian. Upaya merubah pertanian konvensional menjadi pertanian di perkotaan ini juga disebut urban farming.
Urban farming saat ini telah banyak dilakukan oleh masyarakat, guna memenuhi kebutuhan dapur yaitu sayur dan buah-buahan. Seperti yang dilakukan masyarakat Kelurahan Margasari, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten. Warga di sana berlomba-lomba menanam sayuran dengan memanfaatkan tembok.
“Kalau tanaman di sini itu ada kangkung sawi dan pakcoy. Awalnya itu dari kesadaran warganya dan memang suka menanam. Ketimbang beli lebih baik menanam sendiri, seperti kangkung ini,” ujar Maria, salah satu pengelola urban farming yang sudah dilakukan sejak 2017 itu kepada Jagadtani.id.
Baca juga: Mengenal Mikro Green House
"Kita pilih kangkung dan pakcoy, karena banyak yang suka, selain itu cepat panen. Kangkung hanya butuh 15 sampai 24 hari untuk panen. Pakcoy sedikit lebih lama yakni 30 sampai 40 hari," tambahnya.
Maria pun berinisiatif mengajak warga dan ibu-ibu PKK untuk bercocok tanam dengan tujuan meminimalisir polusi di tengah kota. Warga margsari pun mengakui, mereka sangat kompak dengan membuat jadwal penyiraman setiap harinya. Selain penyiraman yang rutin, mereka pun terus menambah bibit dan bereksperimen untuk menanam sayuran lain atau buah-buahan.
“Iya saya inisiatif saja sih karena kan sekarang sudah banyak yang melakukan hidroponik, ya sudah kita ikutan. Tidak hanya ibu-ibu kok yang aktif, bapak-bapaknya juga sama, semua mendukung,” tutup ibu anak tiga tersebut.
Baca juga: Mengubah Tempat Sampah jadi Kebun