• 29 April 2024

Penemuan Tiga Spesies Baru di Indonesia

uploads/news/2023/08/penemuan-tiga-spesies-baru-237948c6830358c.jpeg

Penemuan tiga spesies baru tumbuhan dan satwa liar di Indonesia menjadi asa baru dalam dunia konservasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengumumkan berita menggembirakan ini disampaikan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di kantor pusat KLHK, pada Senin (21/08).

FGD bertajuk “Spesies Baru, Asa Baru Dunia Konservasi” ini ikut dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Prof. Dr. Siti Nurbaya Bakar dan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko. FGD dimoderatori oleh Staf Ahli Menteri LHK Bidang Pangan, Indra Eksploitasia dan diikuti antara lain oleh peneliti senior BRIN, Prof. Dr. Dewi Malia P., Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Wiwied Widodo, Kepala Balai Besar KSDA Papua Barat, Johny Santosa, serta Kepala BKSDA Kalimantan Tengah, Sadtata Noor Adhirahmanta.

Dalam FGD ini, ada tiga spesies baru yang diumumkan, yaitu spesies satwa liar dari kelas aves Myzomela irianawidodoae yang terinspirasi dari nama Ibu Negara Iriana Widodo.

Diketahui, Ibu Negara memang menyukai bunga anggrek. Lalu, ada lagi spesies tumbuhan bernama Hanguana sitinurbayai yang terinspirasi dari nama Menteri LHK saat ini, Siti Nurbaya. Dan, Bulbophyllum wiratnoi terinspirasi dari nama mantan Direktur Jenderal KSDAE Wiratno atas dedikasinya saat menjabat. Mantan Dirjen KSDAE tahun 2017 hingga 2022 ini pernah dianugerahi Piala Adhigana pada Anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) Tahun 2021.

Penemuan spesies dari genus Hanguana, yaitu Hanguana sitinurbayai sudah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Phytotaxa, pada 31 Juli 2023 lalu. Spesies baru ini berasal dari Cagar Alam Gunung Nyiut, Kalimantan Barat yang dinamai berdasarkan nama Menteri LHK saat ini, Siti Nurbaya. “Pada tahun 2022 telah ditemukan flora endemik spesies Hanguana sitinurbayai yang merupakan satu-satunya spesies dari genus Hanguana yang tumbuh di rawa yang sulit dijangkau (terisolasi). Saya sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas kerja keras penemu spesies Hanguana sitinurbayai yaitu Saudara Agusti Randi dan Tim Balai KSDA Kalimantan Barat atas penemuan dimaksud,” ujar Menteri LHK dalam pembukaan FGD, Senin (21/08/2023).

Penemuan spesies baru menjadi asa baru di dunia konservasi. Menteri LHK juga menyampaikan jika konservasi keanekaragaman hayati menjadi aksi mitigasi yang memerlukan intervensi dalam pembinaan populasi dan habitat. Di mana keanekaragaman hayati dan perubahan sangat berkaitan erat, karena perubahan iklim dapat mengubah habitat, mengganggu proses ekologis, dan meningkatkan risiko kepunahan. Direktur Jenderal KSDAE Satyawan Pudyatmoko menambahkan, penemuan spesies baru ini bisa menjadi pemacu semangat para peneliti di Indonesia untuk terus melakukan eksplorasi kawasan-kawasan yang belum terjamah di negeri sendiri.

“Kegiatan ini menjadi titik balik untuk terus meningkatkan pelibatan peran peneliti-peneliti Indonesia. Mulai saat ini, kita akan lebih mendorong lagi para peneliti dari universitas dan staf-staf kita di KLHK di berbagai wilayah untuk ikut andil dalam penelitian dan penemuan spesies-spesies baru di Indonesia,” jelas Dirjen KSDAE.

Di tahun 2021, BRIN mencatat 88 penemuan spesies baru yang terdiri dari 75 spesies fauna dan 13 spesies flora. Di Kalimantan ada spesies Katak Tanduk Kalimantan. Perwakilan BRIN, Dr. Amir Hamidy, menyampaikan penemuan-penemuan spesies baru ini terkait dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan biodiversity hotspot. “Apabila sudah ditemukan jenis baru, kita harus mengetahui taksonomi, prospek biodiversity, fungsi fisiologi dan ekosistemnya,” lanjut Amir Hamidi.\

Dirjen KSDAE juga menyampaikan, kolaborasi berbagai pihak terkait penemuan spesies baru penting dilakukan. Agar informasi yang diperoleh bisa disebarluaskan dan diketahui masyarakat luas, sehingga bisa meninggikan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah.

Related News