• 9 October 2024

Perumusan Strategi Konservasi Selamatkan Badak Jawa

uploads/news/2023/08/perumusan-strategi-konservasi-selamatkan-45206746801dc89.jpeg

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian LHK semakin serius dalam menerapkan perumusan strategi konservasi spesies Badak Jawa. Untuk penerapkan strategi yang tepat dalam menjaga habitat Badak Jawa, Direktur Jenderal KSDAE, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko melakukan kunjungan kerja selama dua hari ke Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) pada Kamis, 24 Agustus 2023. 

Badak Jawa atau dalam dunia biologi diberi nama Rhinoceros sondaicus merupakan salah satu jenis satwa liar yang menjadi prioritas konservasi spesies. Badak Jawa merupakan satu dari dua jenis Badak yang habitatnya hanya di Indonesia, dengan sebaran populasi saat ini hanya terbatas di semenanjung Barat Daya pulau Jawa, di kawasan TNUK. Badak bercula satu ini juga merupakan satu dari hanya lima spesies badak yang tersisa di seluruh dunia saat ini,  dan merupakan salah satu jenis mamalia besar paling jarang populasinya di dunia. Berdasarkan Red List Data Book IUCN, Badak Jawa berstatus Critically Endangered dan hal tersebut dikarenakan oleh sebaran populasi yang sempit, jumlah populasi yang kecil, serta tingkat risiko terhadap habitat dan populasinya. 

Dalam kunjungan ini, Direktur Jenderal KSDAE didampingi oleh Sekretaris Direktorat Jenderal KSDAE, Suharyono, serta perwakilan staf dari masing-masing direktorat di lingkup Ditjen KSDAE. Rombongan langsung didampingi oleh Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, beserta jajaran dan mitra strategisnya, yaitu Yayasan Badak Indonesia (YABI), International Rhino Foundation (IRF), serta Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALERT). Agenda pertama Direktur Jenderal KSDAE adalah melakukan konsolidasi dengan jajaran Balai TNUK. “Ini kunjungan pertama saya ke TNUK. Sejak lama saya sudah merencanakan (kunjungan) tapi baru terealisasi hari ini. Taman Nasional Ujung Kulon istimewa karena merupakan salah satu taman nasional tertua, yang sudah ada sejak 1980,” ujar Dirjen KSDAE di hadapan para pegawai TN Ujung Kulon, Kamis (24/08/2023).

Pada kesempatan agenda pertama, Sekretaris Direktorat Jenderal KSDAE menjelaskan alasan mengajak perwakilan seluruh direktorat yang ada di KSDAE dalam kunjungan ke TNUK kali ini, yaitu untuk mengoptimalkan koordinasi dan komunikasi, sehingga kendala yang dihadapi Balai TNUK terkait konservasi Badak Jawa, bisa ditanggapi langsung oleh direktorat terkait. Sekditjen KSDAE berharap, setelah kunjungan ini, ada energi baru yang bisa disalurkan untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala tersebut. “Setelah kunjungan ini, saya berharap ada sebuah energi baru, ada lembaran baru dan semangat baru untuk bersama-sama mengelola TN Ujung Kulon ini,” jelas Suharyono. 

Tidak sebatas memberi arahan, Prof. Satyawan  dan Suharyono juga melakukan diskusi langsung dengan para pegawai Balai TNUK. Dialog berlangsung efektif. Kepala Balai TN Ujung Kulon juga ikut menyampaikan progres capaian kinerja serta kendala yang dihadapi satuan kerja yang dipimpinnya ini. “Alokasi anggaran untuk Program Pengelolaan Hutan Berkelanjutan untuk tahun 2024 itu Rp3,5 miliar. Ini menjadi kendala di sini (TNUK), mengingat biaya pengelolaan konservasi itu tidak sedikit. Saya berharap kunjungan Dirjen KSDAE kali ini, bisa membantu kami mengatasi berbagai kendala dan masalah yang ada,” kata Ardi Andono.

Apa yang disampaikan oleh Kepala Balai TNUK dan para pegawainya ditanggapi dengan baik oleh Dirjen dan Sekditjen KSDAE. Mulai dari persoalan kepegawaian, anggaran, hubungan dengan masyarakat sekitar, keterbatasan SDM, hingga kendala pengelolaan konservasi di TNUK yang cukup rumit. “Komunikasi adalah kunci. Berbagai masalah dan kendala itu bisa diatasi jika komunikasi di antara kita berjalan dengan baik. Jadi, mari kita buka lembaran baru mulai hari ini, agar kendala di TN Ujung Kulon ini bisa teratasi walau ada keterbatasan,” jelas Setditjen KSDAE.

Selain bertemu dan berdiskusi dengan pegawai, Direktur Jenderal KSDAE dan rombongan juga mengunjungi langsung kawasan TNUK di sekitar desa Ujung Jaya, Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), dan melakukan diskusi dengan para mitra Balai TNUK. Diskusi ini dilakukan untuk mengetahui progres kegiatan, terutama yang telah dilakukan selama ini serta membahas langkah strategis apa yang bisa dilakukan ke depannya untuk menyelamatkan Badak Jawa dari kepunahan. 

Related News