• 22 November 2024

Siasati Perkembangan Jangkrik Di Musim Panas

uploads/news/2023/10/siasati-perkembangan-jangkrik-di-29254d98422c949.jpg

Jagadtani - Meningkatnya suhu panas membuat jangkrik sulit berkembang secara normal, sehingga banyak peternak jangkrik yang gagal memaksimalkan hasil panennya.

Kebutuhan jangkring bagi penghobi burung sangat besar, terlebih kicau mania yang memelihara burung ocehan pemakan serangga. Tentu mulai sulitnya mencari jangkrik dapat berimbas pada kelangsungan burung - burung peliharaan.

Jangkrik sendiri dapat bertumbuh secara maksimal bergantung pada pakan, kepadatan populasi hingga sirkulasi udara. 

Temperatur udara yang meningkat dari imbas perubahan iklim atau El Nino dianggap menjadi pemicu utama dalam melambatnya perkembangan jangkrik. Menurut Daryani yang beternak jangkrik di daerah Jakarta Utara, menjaga kelembaban dapat dengan meletakan beberapa wadah air di sekitar dongdang.

"Melakukan penyemprotan air juga tidak bisa terlalu banyak, nanti anakan jangkrik jadi mudah mati. Sirkulasi udara dan menjaga kelembaban jadi kunci agar tidak terlalu panas." Ungkap Daryani - peternak jangkrik saat dihubungi tim Jagadtani.

Untuk kepadatan, dapat diubaha agar setiap dongdang tidak terlalu kebanyakan jangkriknya. "Kalau sebelumnya satu kilogram telur jangkrik diletakan pada media 2 x 4 meter, mungkin bisa dikurangi agar tidak terlalu padat." Lanjut Daryani.

Sedangkan pakan yang dapat diberikan selain buah - buahan, pemberian ampas tebu juga cukup bagus. "Bagi yang sering membeli jangkrik dalam jumlah banyak, agar suplai pakannya lancar dapat diberikan ampas tebu. Untuk mendapatkan bisa melalui penjual minuman tebu peras."

Menurut Daryani, pemberian ampas tebu dapat lebih hemat dan bagus dibandingkan daun pisang kering atau wadah telur. "Wadah telur itu kurang bagus, biasanya banyak kicau mania yang tidak menyukai bila jangkrik memakannya " pungkasnya.

Untuk saat ini, ketersediaan jangkrik yang terbatas membuat harga jangkrik dipasaran mulai naik dari Rp45.000 menjadi Rp60.000 hingga Rp75.000 per kilogram. 

 

 

 

Related News