Konflik Satwa Liar Dengan Pertanian di Jawa Tengah
Letusan terakhir Gunung Merapi pada tahun 2010 memberikan perubahan signifikan bagi penyebaran dan perilaku satwa liar, termasuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Jenis ini merupakan salah satu satwa liar penyusun komponen biotik ekosistem.
Seiring berjalannya waktu, Monyet Ekor Panjang mulai meresahkan karena mulai akibat rusaknya habitat setelah awan panas yang menerjang kawasan Merapi.
Walaupun dalam kestabilan ekossitem, interaksi antara satwa liar dengan lingkungannya menciptakan keseimbangan ekosistem. Namun saat ekosistem terganggu, interaksi antara satwa liar dan manusia mengakibatkan efek negatif kepada kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya manusia, serta pada konservasi satwa liar.
Letusan Merapi yang menyebabkan rusaknya sebagian habitat akibat awan panas memaksa monyet ekor panjang turun gunung sampai ke lahan pertanian dan permukiman masyarakat sekitar lereng Merapi.
Kemudahan memperoleh pakan di areal pertanian, lambat laun mengubah perilaku monyet ekor panjang. Mereka menjadi lebih sering beraktivitas di sekitar permukiman penduduk. Hal inilah yang memicu terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar.
Konflik manusia dan satwa liar harus diselesaikan sebelum menimbulkan dampak signifikan dan dianggap meresahkan. Untuk wilayah Jawa Tengah, konflik satwa liar terutama monyet ekor panjang dengan manusia mendapat perhatian serius, karena sudah banyak keluhan masuk dari masyarakat bahkan di beberapa kasus merusak fasilitas negara. Untuk itulah Balai Taman Nasional Gunung Merapi pada Rabu, 18 Oktober 2023 mengikuti kegiatan Koordinasi Penanganan Konflik Satwa liar bersama para stakeholders, yang dilaksanakan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah di Semarang.
Tujuan kegiatan ini untuk menguatkan barisan dalam penanganan konflik satwa liar - manusia di wilayah Jawa Tengah. Jenis satwa liar yang mengalami konflik dengan manusia di Jawa Tengah antara lain Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Buaya muara (Crocodilus porosus), Macan tutul (Panthera pardus), dan Babi hutan (Sus scrofa). Dari keempat jenis satwa liar tersebut, Monyet ekor panjang paling sering berkonflik dengan manusia sampai pada level menyerang manusia terutama manula dan anak-anak.
Melalui kegiatan koordinasi ini diharapkan mampu mempercepat proses perencanaan dan penanganan konflik manusia dan satwa liar di wilayah Jawa Tengah melalui penyusunan draft Tim Koordinasi Penanggulangan Konflik Manusia - Satwa liar, dan Satgas Penanggulangan Konflik Manusia - Satwa liar. Tim Koordinasi dan Satgas ini akan disahkan dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah.