• 4 May 2024

Target 35 Juta Ton Beras, Irigasi Jadi Fokus Kementan

uploads/news/2023/10/target-35-juta-ton-14127fb44622c37.jpg

Semakin berkurangnya suplai air akibat peningkatan suhu udara, termasuk pada sektor pertanian membuat pihak kementerian pertanian (Kementan) berupaya menerapkan strategi dalam pengunaan air melalui sistem irigasi. Salah satu langkah yang diharus dilakukan adalah memastikan kondisi saluran irigasi pada lahan persawahan agar dalam kondisi normal. 

Tentunya langkah ini harus segera dilakukan oleh pemerintah, mengingat periode Masa Tanam I akan berlangsung pada Oktober 2023 - Maret 2024. Tanpa dukungan sistem irigasi yang mumpuni, rasanya target produksi 35 juta ton beras pada masa panen mendatang akan sulit tercapai dalam kondisi El Nino.

Peningkatan suhu udara membuat beberapa sumber air mulai mengering sehingga dapat memperngaruhi hasil panen pada tahun depan, untuk itu Plt Mentan Arief Prasetyo Adi akan memastikan irigasi lancar dan sumber-sumber air tersedia, sehingga Indonesia memiliki pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.

Sedangkan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan Ditjen PSP untuk menjamin Irigasi lancar dan sumber-sumber air tersedia. "Kita harus segera mengupayakan peningkatan dan pemeliharaan pasokan air di tingkat usaha tani sebagai tambahan untuk mendukung irigasi," tutur Ali Jamil.

Selain melakukan pemeliharaan dan peningkatan, pihak kementerian Pertanian akan mengawal dengan ketat air irigasi hingga normalisasi saluran air. Untuk daerah yang terdampak kekeringan, pihak kementan akan memberikan paket bantuan berupa pompanisasi dan pipanisasi. 
Menurut Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto mengatakan salah satu metode pengawalan ketat yang umum diterapkan adalah gilir-giring irigasi dari waduk, yaitu pembagian air berdasarkan wilayah dan waktu yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah.
 
"Dengan pengaturan yang ketat, setiap wilayah dapat memperoleh akses yang adil dan merata terhadap air irigasi. Ini adalah langkah krusial untuk mencegah ketegangan antar petani yang bersaing untuk mendapatkan air irigasi," ungkapnya. 
 
Selain gilir-giring dari waduk, pemanfaatan air tanah dangkal juga merupakan metode yang penting dalam pertanian, baik sebagai suplesi maupun irigasi utama. Penggunaan air tanah dangkal ini memungkinkan petani untuk memperoleh pasokan air yang stabil, terutama saat musim kemarau. 
 
Pemanfaatan sumber-sumber air yang masih tersedia melalui pompanisasi juga penting. "Pengawalan ketat dalam pompanisasi melibatkan pemantauan yang teratur terhadap kondisi sumber air, kualitas air, dan penggunaan pompa air, agar sumber air tetap berkelanjutan dan tidak mengalami degradasi akibat eksploitasi yang berlebihan," jelasnya.
 
Terakhir, normalisasi saluran irigasi juga merupakan langkah penting dalam menjaga keberlanjutan penggunaan air untuk pertanian. Normalisasi saluran melibatkan pembersihan saluran irigasi dari sedimentasi, sehingga fungsinya dapat dikembalikan sesuai perencanaan. 
"Proses ini melibatkan pemantauan rutin terhadap keadaan saluran dan pemeliharaan yang berkala untuk mencegah terhambatnya aliran air oleh sampah maupun material  endapan," urainya.
 
Pastinya dalam mendukung pertanian, sistem irigasi tersier harus dalam kondisi normal. Sitem Irigasi Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

Related News