• 23 November 2024

Budidaya Kelor Organik Terbaik

Dengan kondisi iklim yang sangat mendukung untuk tumbuh kembangnya, Desa Pombewe mengubah wajah sebagai salah satu penghasil daun kelor dengan kualitas terbaik di Sulawesi Tengah.
SIGI - Sahabat Tani tentu tidak asing lagi dengan salah satu tumbuhan bernama kelor atau marunggai. Ya, tumbuhan bernama latin Moringa oleifera ini sering digunakan untuk pangan dan obat bagi masyarakat di Indonesia. Namun, tidak semua kelor di penjuru daerah menghasilkan kelor dengan kualitas terbaik. Ini karena harus ditunjang oleh beberapa faktor, diantaranya unsur tanah dan kondisi iklim suatu kawasan.

Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, contohnya. Dengan kondisi iklim yang sangat mendukung untuk tumbuh kembangnya, kini desa tersebut mengubah wajah sebagai salah satu penghasil daun kelor dengan kualitas terbaik di Sulawesi Tengah.

"Hasil riset dan uji lab dari Moringa Organik Indonesia, mengonfirmasikan, bahwa dari sekian produksi daun kelor di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah hasilnya seperti itu," kata Ketua Kelompok Tani Kelor Singgani (KT-KOS) Desa Pombewe, Muhdar, Minggu (26/1).

Baca juga: Memulihkan Lahan Pertanian Pascabencana

Muhdar mengatakan, kabar gembira tersebut disampaikan oleh pihak Moringa Organik Indonesia (MOS) setelah mereka meninjau kebun kelor di Desa Pombewe. Dengan hasil tersebut, pihak MOI langsung berkomitmen akan mendukung para petani kelor di Desa Pombewe dengan memberikan peralatan mesin olahan pengering agar kualitas daun kelor lebih terjaga. Sebab, peralatan mesin pengering sangat diperlukan untuk peningkatkan produksi daun kelor.

Muhdar menjelaskan, untuk mendapat kelor dengan kualitas terbaik sangatlah mudah jika teknik budidaya-nya dipelajari. Delapan bulan yang lalu ia bersama tiga orang petani mendapat kesempatan mengikuti pelatihan budidaya tanaman kelor organik di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di sana, ia bersama petani lain mendapat ilmu budidaya kelor mulai dari penyiapan lahan, penyediaan pupuk organik, perawatan struktur tanah masa panen hingga pengolahan pascapanen. Beruntung, kondisi iklim di Desa Pombewe sangat cocok untuk tumbuh kembang kelor.

Setelah delapan bulan lamanya, hasil dari kebun kelor di atas lahan seluas lebih dari tiga hektare sudah mulai mereka rasakan. Sampai saat ini, hasil daun kering kelor sudah lebih 100 kilogram. Untuk masa panen, biasanya dilakukan setiap hari, hanya saja menurut Muhdar, ada waktu tertentu. Hanya bisa dilakukan di antara pukul 06.00 hingga 10.00, karena pada waktu itu bisa mengunci nutrisi kelor. Sehingga, nutrisi dan gizi produk kelor organik tetap tinggi walaupun telah diolah menjadi beragam produk turunan.

"Manfaat daun kelor tidak usah ditanya, karena khasiat-nya sudah diakui dunia, sebagai salah satu tanaman ajaib, untuk berbagai macam penyakit," sebut Muhdar.

Baca juga: Tiga Satwa Liar Terancam Punah

Bukan hanya itu, lanjutnya, air kelor hasil fermentasi juga dihasilkan dari proses pengeringan daun kelor ini. Airnya juga diklaim sangat bermanfaat untuk kesehatan. Siapa pun yang pernah meminum air kelor seketika pasti merasakan dampak pengaruhnya. Muhdar mengungkapkan, saat ini ia melibatkan 25 petani untuk menyiapkan lahan, perawatan, hingga panen. Ia berharap, agar pemerintah setempat ikut terlibat dalam peningkatan budidaya kelor.

"Harapan kami pemerintah bisa terlibat, agar ekonomi masyarakat juga ikut meningkat," tutupnya.

Related News