• 23 November 2024

Krisis Pangan, Pengungsi Gaza Kesulitan Mencari Bahan Makanan

uploads/news/2024/02/gaza-46168d79739c9aa.jpg

Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sudah berjalan 140 hari yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa pada warga sipil meninggal dunia dikarenakan serangan bom, rudal dengan menggunakan genosida yang dilakukan oleh Israel dengan cara membabi buta.

Di lansir dari NHK World News menyampaikan jumlah korban di Gaza hingga saat ini mencapai angka 29.200 jiwa. Hal ini tentunya peran negara-negara dunia untuk turut berempati membantu kebutuhan sandang dan pangan bagi warga Gaza meskipun keadaan yang sangat tidak kondusif di wilayah-wilayah perbatasan Palestina dalam pengiriman bahan-bahan bantuan.

John Hopkins University dan London School of Hygiene and Tropical Medicene melaporkan data yang dirilis di New York Times Kamis (22/2/2024) bahwa beberapa ahli memprediksi jumlah angka korban yang meninggal dunia, luka-luka, cidera dan munculnya berbagai macam wabah penyakit jika peperangan masih terus berlangsung hingga enam bulan ke depan maka korban jiwa akan mencapai angka 85.000 jiwa.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menginformasikan sejak November 2023 bahwa seluruh warga di Gaza mengalami krisis pangan, hal ini diakibatkan Israel memblokade sejak 7 Oktober 2023. Dilansir dari Anadolu Agency (AA) sejak Januari hingga Februari 2024 warga Gaza Utara semakin terpuruk karena persediaan makanan untuk sehari-hari sudah tidak ada. Sedangkan bahan bantuan yang di kirim melalui Tel Aviv secara terus menerus masih diblokade oleh tentara Israel, sehingga sulitnya truk-truk pengirim bahan bantuan untuk bisa masuk ke jalur Mesir, Rafah hingga Gaza.

Penderitaan para warga Gaza baik orang tua, anak-anak muda dan anak-anak kecil sangat membutuhkan pangan dan sandang mereka untuk dapat bertahan hidup di tenda-tenda kamp pengungsian dengan kondisi yang sangat tidak memenuhi standar layak. Bantuan seperti pakaian hangat, sanitasi air bersih, selimut, pampers, dan lain-lain sangatlah dinanti-nanti oleh mereka, karena begitu dinginnya suhu udara di Gaza saat ini.

Dampak perang sangat dirasakan oleh warga akan tetapi tidak hanya itu saja akibatnya dampak perang yang cukup lama ini mengakibatkan muculnya masalah baru yaitu kelaparan. Dengan dampak ini warga Gaza berjuang untuk melawan kelaparan dengan cara menggiling bahan ternak hewan yang dijadikan bahan roti memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Bahan roti yang biasa digunakan sebagai bahan utama, namun akibat perang inilah kelangkaan tepung terigu terjadi di Gaza. Bahkan biasanya mereka juga menggiling beras sebagai bahan olahan makanan. Namun beras juga mengalami kelangkaan.

Selain itu warga terpaksa melakukan hal lain untuk makan sehari-hari yaitu dengan cara menggiling hasil pertanian seperti jagung, gandum yang berada di jerami-jerami mereka dan biasanya digunakan untuk pakan ternak hewannya. Bahkan bahan pakan hewan ternak pun turut melonjak harganya Meskipun mereka mengungsi, tetap sulitnya bahan tepung terigu mereka jumpai apalagi untuk mereka dapati. Kalau pun tepung terigu itu ada harganya sangat mahal. Harga 3kg tepung terigu mencapai Rp.220.000,-. Hal ini sangat memberatkan warga Gaza karena mereka sama sekali tidak memiliki pemasukan ekonomi.

Bahan hasil pertanian lainnya yang digunakan sebagai makanan adalah Barley yang biasa disebut dengan biji jelai. Biji jelai itu sendiri adalah tanaman yang masih satu genetik dengan gandum, dan saat ini biji jelai juga di giling untuk diolah sebagai bahan dasar roti, minuman dan olahan makanan lainnya. Bahan biji jelai di Gaza sebagai bahan pengganti tepung terigu juga untuk olahan roti yang mereka makan. Sehingga solusi yang paling memberikan jawaban bagi warga Gaza untuk kebutuhan makanan hasil pertanian yang tadinya untuk pakan ternak hewan namun di konsumsi juga oleh mereka adalah biji jagung, gandum dan biji jelai dan semuanya digiling sebelum diolah.

Jika dilihat dari hasil unggulan pertanian di Gaza, yang dikutip dari TRT World yaitu mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia adalah buah stroberi, kurma, buah jeruk, buah zaitun, anggur hingga kacang almon, tomat, ubi jalar dan berbagai macam sayuran berkualitas tinggi. Melihat hasil pertanian tersebut bahwa tanah pertanian di Gaza Palestina sangatlah subur. Kurma adalah hasil terbesar di Gaza, bahkan ada perkebunan khusus di sana untuk kurma yaitu di Al Zawayda. Sedangkan Anggur di sana diberi julukan “emas kuning” karena kualitas Anggurnya cukup tinggi. Wilayah pertanian ini ada di Khan Younis yang saat ini wilayahnya dihancurkan oleh Israel. Bahkan rakyat di Gaza Sebagian besar adalah Petani. 

Related News