• 23 November 2024

Bantuan Bagi Petani Demi Stabilitasasi Harga Pangan

Melambungnya harga pakan, termasuk beras yang disinyalir akibat menurunnya produksi beras karena perubahan iklim ekstrim (El Nino) sejak pertengahan tahun lalu hingga meningkatnya biaya produksi Sahabat Tani.

Biaya produksi yang tinggi itu lantaran belum terjangkaunya sarana pertanian terintegrasi yang terjangkau bagi mayoritas petani, mulai dari benih, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian seperti mulsa hingga sprayer. Belum lagi tidak meratanya pengetahuan petani untuk mengatasi berbagai tantangan di lapangan pada saat musim kemarau dan hujan.

Seperti yang dialami ratusan petani di sekitar Magelang yang belum mengetahui dan merasakan sendiri sarana pertanian terintegrasi dengan kualitas mutu terbaik, harga terjangkau, efektif dan efisien dalam meningkatkan produktivitas pertanian mereka.

Restu, petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Mekar Abadi, Dusun Marangan, Desa Rejosari, Wonosobo mengaku belum begitu paham soal dosis atau takaran pemakaian pupuk yang pas di musim hujan agar tak mengalami gagal panen. 

Stabilitasasi Harga Pangan, DGW Group Bantu Ribuan Petani Akses Sarana Pertanian Terintegrasi Terjan"Stabilitasasi Harga Pangan, DGW Group Bantu Ribuan Petani Akses Sarana Pertanian Terintegrasi Terjan"

Restu juga kerap kesulitan mengakses pupuk yang terjangkau seiring kian terbatasnya subsidi pupuk dari pemerintah. Padahal, pupuk jadi salah satu faktor kunci keberhasilan panen dan peningkatan produktivitas pertanian.

Tak mau berpasrah dengan keadaan, Restu cari-cari informasi ke sesama petani di daerahnya agar bisa mengakses pupuk secara terjangkau. Didapatlah informasi tentang adanya Training Center (TC) di daerahnya yang rutin mengadakan pelatihan bagi petani sekitar.

“Saya diberi tahu oleh teman yang sudah pernah ikut, katanya ada Training Center yang tak hanya menyediakan akses sarana pertanian dengan harga terjangkau dan berkualitas, tapi banyak juga sharing pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian dengan baik. Katanya itu yang punya DGW Group. Makanya saya tertarik ikutan (pelatihan),” katanya.

Setelah mengetahui jadwal pelatihan berikutnya di Training Center DGW Group, dengan penuh semangat Restu mempersiapkan diri. Pada Selasa, 20 Februari 2024, Restu berangkat ke lokasi Training Center DGW Group Magelang yang berlokasi di Dusun Krandegan, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran tak jauh dari rumahnya.

Bantuan Bagi para petani"Bantuan Bagi para petani"

Diakui Restu, kegiatan pelatihan yang dinamai Farmer Field Day atau FFD yang ia ikuti tersebut tak mengecewakan karena lewat penjelasan yang diberikan pemateri ternyata bisa membantunya untuk memahami takaran pupuk yang tepat untuk masing-masing produk pertanian.

“Seru karena bisa melihat langsung bagaimana takaran pupuk yang pas. Saya pernah mengalami kendala saat belum mengenal demo pupuk dari DGW ini yang mana saat musim hujan saya bingung berapa takaran pupuk yang pas agar tidak berisiko gagal panen,” imbuhnya.

Petani kelompok Tani Mekar Abadi lainnya, Solihin juga mengaku terbantu dengan pelatihan di TC Magelang milik DGW Group. Solihin sudah beberapa kali mengikuti pelatihan atau FFD serupa dan merasakan manfaat langsung karena produktivitas pertaniannya naik 40% usai menggunakan pupuknya.

“Saya menggunakan pupuk DGW Group untuk tanaman cabai dan penyemprotan atau sprayer dari DGW Group juga. Hasilnya adalah bisa panen dengan hasil yang lebih baik dari panen sebelumnya. Mereka yang tidak menggunakan pupuk ini belum tentu bisa panen,” ujar Solihin.

Solihin juga merasa kehadiran pupuk dan sprayer DGW Group yang terjangkau sangat membantu petani menjaga produktivitasnya di tengah kelangkaan subsidi pupuk yang saat ini sudah mulai dirasakan kebanyakan petani.

Kelangkaan subsidi pupuk menurutnya berdampak cukup besar karena memang selama ini kebanyakan petani sangat bergantung pada subsidi pupuk untuk pertanian mereka agar bisa menghasilkan panen yang bagus. Kelangkaan subsidi pupuk membuat panen menjadi terganggu.

“Saya berharapnya sih makin banyak teman petani saya mengikuti pelatihan seperti ini agar nantinya bisa mengetahui takaran pupuk yang tepat untuk pertanian mereka dan agar mereka tahu ada produk seperti DGW Group yang bisa lebih terjangkau bagi kita para petani di pelosok,” harap Solihin.

Senada, Asisten Training Center SPV DGW Group, Patoni mengatakan perusahaan berkomitmen untuk tetap rutin menggelar pelatihan atau FFD minimal 6 kali dalam sebulan. Tak hanya berlangsung di Training Center mereka Magelang, perusahaan juga tak sungkan berkunjung ke kabupaten sekitar seperti pada 12 Februari 2024 lalu dimana diadakan FFD Tour di Sukoharjo.

“Kami ingin mengedukasi sebanyak-banyaknya petani agar mereka semakin paham teknik pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan sebagainya. Jadi memang targetnya 420 petani per bulan atau 5.000 petani dalam setahun itu kita edukasi dengan pendidikan dan pelatihan menggunakan semua produk unit bisnis DGW Group secara end to end. Kita juga ada FFD Tour bekerja sama dengan team sales marketing jadi mereka bisa tetap mendapatkan pengetahuan secara langsung dari para ahlinya tanpa harus jauh-jauh datang ke TC kami di Magelang,” papar Patoni.

Menurut Patoni, selama beberapa kali pelatihan umumnya ada dua isu utama yang dhadapi petani yakni pemupukan dan pengendalian hama. Kebanyakan petani memang masih melakukan pemupukan secara asal-asalan sehingga hasil panen tak maksimal. PR lain yakni pengendalian hama. Perusahaan bahkan melakukan R&D atau research and development di lapangan terkait kendala ini untuk bisa memberikan rekomendasi terkait cara penanggulangan yang tepat.

“Jadi memang secara tidak langsung, setelah para petani merasakan sendiri manfaat pelatihan berupa pengetahuan penting dalam pemupukan dan sebagainya, mereka jadi makin mudah mengenal merek DGW Group. Pada akhirnya petani mengetahui dan memahami banyak manfaat produknya dan memang langsung tertarik membeli semua produk di kios-kios yang sudah menjadi langganan produk DGW Group itu sendiri,” kata Patoni.

Bahkan bila ada petani yang belum yakin dengan efektivitas sarana pertanian DGW Group, mereka bisa menyaksikan langsung atau mendemonstrasikan sendiri di TC yang dilengkapi beberapa fasilitas seperti lahan budidaya tanaman, embung, saung dan lahan parkir. Usai pelatihan pun petani lazimnya selalu diberikan sampel untuk mereka dapat mencobanya di lahan pertanian mereka sendiri untuk membuktikan efektivitasnya terhadap hasil panen. 

Mengingat berbagai manfaat yang dirasakan langsung oleh petani di berbagai pelosok daerah, rencananya DGW akan membuka TC di kabupaten/ kota lainnya. Untuk di Jateng sendiri, rencananya seperti di Kabupaten Demak, Kudus, Banyumas dan Karanganyar. Tujuan akhirnya untuk dapat membantu lebih banyak melakukan edukasi petani, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani serta menekan harga pangan nasional yang bergejolak.

""
 
Training Center yang ada saat ini merupakan lahan yang dikelola secara mandiri oleh tenaga agronomi DGW Group yang berpengalaman dan tidak menumpang pada lahan milik petani sekitar. Dengan demikian, Perusahaan lebih leluasa dalam merancang program edukasi bagi petani maupun melakukan aktivitas pengawasan atas pengaplikasian produk-produk sarana pertanian milik DGW Group ke tanaman untuk dapat dibuktikan langsung efikasinya.

Bagi DGW Group sendiri, keberadaan TC juga berdampak dari segi bisnis. Dengan hadirnya TC terutama di sentra-sentra pertanian di beberapa daerah mampu menciptakan permintaan produk sarana pertanian yang tinggi dari para petani. Hal tersebut yang menjadi salah satu indikator bagi DGW Group untuk tetap mampu membukukan pertumbuhan penjualan konsolidasian tahun 2023 sebesar 15% di tengah berbagai tantangan sektor pertanian nasional.

Diketahui, saat ini DGW memiliki 9 TC yang tersebar di Cirebon (Desa Jamblang), Lampung (Desa Astomulyo), Magelang (Desa Tempurejo), Danau Kembar (Simpang Tanjung Nan IV Posko Sawah Gadang), Bali (Desa Baturiti), Lombok (Desa Teratak), Dairi (Desa Tanjung Beringin), Jember (Desa Sanenrejo) dan Gowa (Desa Tetebatu). Sepanjang tahun 2023 lalu, sudah lebih dari 313 pelatihan atau FFD dilaksanakan, yang diikuti oleh lebih dari 26.907 petani dari berbagai daerah.

Related News