Efek Kenaikan Harga, Warga Berebut Pangan Murah
Jagadtani - Kenaikan harga bahan pokok begitu terasa di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Akibatnya, tentu bisa mengurangi konsumsi masyarakat, dikarenakan pendapatan masyarakat lebih kecil dari pada tingkat konsumsi.
Seperti yang terlihat pada saat gerakan pangan murah yang digelar oleh pemerintah daerah setempat pada Jumat, (08/03).
Warga memadati lokasi sejak pukul 06,00 Wita hanya untuk mendapatkan sepaket bahan pokok seharga Rp160 ribu dan Rp155 ribu, atau bahkan hanya ingin mendapat salah satu bahan pokok seperti beras, minyak dan gula pasir.
Warga terpaksa saling berebut karena harga bahan pokok seperti beras, gula, telur dan minyak goreng terus merangkak naik.
"Kalau sekarang beras di pasar ada Rp15 ribu, ada juga yang Rp16 ribu per kilogram," sebut Masi, Warga Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara.
Puun harga minyak yang sebelumnya masih Rp155 ribu per karton, menurutnya kini sudah mencapai Rp185 ribu per karton.
Salah satu Warga Desa Toboli, Kecamatan Parigi Utara, Asmaul Husna, mengaku rela datang di kegiatan pangan murah hanya untuk mendapatkan beras dengan harga terjangkau.
Pasalnya, dia bisa membeli paket sembako seharga Rp160 ribu, terdiri dari beras 10 kilogram, gula 2 kilogram dan minyak camar 2 liter.
"Kalau beras 10 kilo itu Rp110 ribu, gula 2 kilo Rp25 ribu, kalau minyak camar Rp25 ribu," sebutnya.
Menurutnya, kegiatan pangan murah cukup meringankan beban masyarakat, khususnya ekonomi bawah. Apalagi menjelang bulan puasa yang membutuhkan stok bahan pokok.
"Belum lagi mau berdoa satu hari sebelum puasa, yang jels banyak kebutuhan, tapi mahal," katanya.
Meski stok yang disediakan pemerintah cukup banyak, namun dari pantauan media ini, stok yang disalurkan masih tampak terbatas, sehingga banyak warga tak kebagian.
Berdasarkan data pemerintah setempat menyediakan stok pangan murah mulai dari beras 8 ton, minyak goreng 285 karton, telur 250 rak, bawang merah 150 kg, bawang putih 50 kg, cabe keriting 50 kg, gula 1,5 ton
Sementara untuk paket harga, Rp160 ribu sebanyak 200 paket, Rp155 ribu sebanyak 150 paket.
"Masalahnya tidak diatur antrian, kita tidak tahu mungkin ada yang membeli banyak, kita yang tidak biasa rebutan begini pasti tidak dapat," keluh Mira, Warga Kelurahan Maesa.