Harimau Serang Hingga Terkam Petani, Ini Penyebabnya
"Berita tentang Harimau Sumatera yang menerkam petani cabai di Langkat hingga konflik lainnya telah menghantui warga. Bahkan serangan Harimau Sumatera membuat warga emosi dengan berujung pembakaran resor kehutanan Suoh - Lampung Barat."
Jagadtani - Konflik manusia dengan Harimau, sebenarnya telah terjadi dahulu. Bahkan musnahnya Harimau Jawa disebabkan pemburuan secara besar - besaran pada zaman kolonial Belanda karena dianggap mengganggu perluasan daerah hunian.
Kini di Indonesia hanya tersisa Harimau Sumatera, Sedangkan Harimau Bali dan Jawa telah dinyatakan punah.
Dengan semakin menipisnya ekosistem hingga daerah jelajah, tentu membuat sang raja rimba harus keluar untuk mencari mangsa. Dan tentunya dapat menimbulkan konflik dengan manusia.
Alhasil, sepanjang awal tahun 2024 telah terjadi lebih dari lima konflik yang melibat Harimau Sumatera dengan manusia. Korban jiwa pun dirasakan, termasuk dua orang meninggal di Lampung Barat setelah diterkam Harimau Sumatera, pada Februari lalu.
Petani cabai bernama Jerimia Peranda Ginting (25) yang selamat setelah diserang oleh Harimau Sumatera ketika sedang memanen diladangnya, Barak Itir, Dusun V Aman Damai, Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, pada Senin (11/03).
Dilansir dari Antaranews, konflik kembali terjadi setelah Harimau sumatera yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit barisan Selatan Selatan (TNBBS) kembali menerkam seorang warga bernama Samanan (41) warga Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat.
Tentunya konflik serupa dapat kembali terjadi karena semakin terancamnya kawasan konservasi sebagai lahan ekosistem Harimau Sumatera.
Sebagai Informasi, Harimau membutuhkan daerah jelajah yang luas hingga 300 km2. Kehadiran Harimau dapat menyeimbangkan populasi herbivora dan omnivora yang menjadi mangsanya.
Sedangkan saat ini, kawasan konservasi sebagai tempat berkembangbiak secara alami mulai menyusut sehingga Harimau Sumatera kerap keluar dari habitat yang ditetapkan. Hal ini karena insting jelajahmya untuk mencari mangsa.
Konflik pun tidak hanya terjadi antara manusia dan Harimau Sumatera, hewan liar dilindungi seperti buaya pun dkerap menimbulkan korban. Baik korban jiwa maupun ternak.
Jika diperhatikan, luas hunian hingga lahan pertanian semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Tanpa disadari, manusia secara perlahan menggeser habitat hewan liar dilindungi.
Dan ketika terjadi konflik, tentunya menimbulkan potensi hadirnya korban dari kedua belah pihak. Tentunya pemerintah harus memastikan habitat hewan liar dilindungi masih tetap terjaga, dan tidak menyusut.