• 23 November 2024

LIPI Kembangkan Tanaman Obat Nasional

uploads/news/2020/02/memaksimalkan-potensi-tanaman-obat-58636656a66b4e8.jpg

Baru sekitar 800 spesies yang menjadi bahan jamu, sekitar 30 spesies menjadi obat herbal yang berstandar, dan hanya sekitar 12 sampai 14 spesies yang menjadi fitofarmaka.” 

JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah bekerja sama dengan Pharmar dari Spanyol untuk meneliti obat anti-kanker. Menurut Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, Indonesia memiliki potensi sekitar 33.000 spesies yang berpotensi menjadi bahan obat di Indonesia. Namun, pemanfaatannya masih menjadi tantangan.

“Baru sekitar 800 spesies yang menjadi bahan jamu, sekitar 30 spesies menjadi obat herbal yang berstandar, dan hanya sekitar 12 sampai 14 spesies yang menjadi fitofarmaka,” ungkap Handoko dalam keterangan tertulis LIPI, Kamis (20/2) kemarin.

Ia juga menjelaskan, masih banyak keanekaragaman hayati yang bisa dieksplorasi oleh peneliti dan tentu saja untuk menjadi obat membutuhkan proses yang panjang.

“Untuk itulah kita berkolaborasi dengan banyak pihak baik dalam dan luar negeri. Kita berharap kolaborasi dengan PharmaMar dari Spanyol dapat berjalan dengan baik sehingga ke depan kita dapat menjawab permasalahan pada pengobatan kanker,” harapnya.

Menurut Handoko, perlu upaya untuk kolaborasi antara akademisi, industri, juga masyarakat guna mewujudkan Prioritas Riset Nasional (PRN) obat herbal terstandar dan fitofarmaka serta PRN vaksin HPV dan insulin.

“Tahun ini LIPI akan membangun Gedung Genomic dan Lingkungan Nasional serta Gedung Hayati Nasional untuk menyimpan Koleksi yang ada, selain itu peralatan pendukung penelitian juga terus dilengkapi,” ungkapnya.

Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Masteria Yunovilsa Putra  menjelaskan, LIPI sedang mengembangkan jahe merah, rosella merah, dan teripang yang merupakan kekayaan hayati yang berasal dari laut.

“Saat ini kita fokus dengan teripang sebagai bahan anti kanker, selain itu kita juga selalu mengupayakan agar obat-obatan yang dihasilkan dari kekayaan hayati Indonesia dapat menuju obat herbal terstandar dan fitofarmaka,” jelasnya.

Related News