Serbuk Cuan Bunga Krisan
Selain bentuknya yang indah, bunga krisan juga memiliki keunggulan dalam segi bisnis.
SLEMAN - Bunga krisan tidak hanya menjadi bunga yang indah dipandang karena memiliki warna, melainkan juga menguntungkan bagi para pekebunnya. Pekebun krisan di Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku bisa meraup jutaan rupiah dalam sekali panen.
Salah satunya, Andi Nurhayanto, seorang pekebun krisan di Desa Panggeran, Hargobinangun yang mengaku bisa meraih untung sebesar Rp10 juta dalam sekali panen dari kebun seluas 1.000 m2 . Menurutnya, apabila ditekuni, berkebun krisan bisa menjadi usaha yang menjanjikan.
“Kalau bagi saya menguntungkan karena kan terus terang, saya sekarang sudah full di krisan,” kata Andi saat ditemui di kebun krisan miliknya belum lama ini.
Andi sendiri mulai menanam krisan sejak 2012 dan baru pada 2014, usaha krisan menjadi mata pencaharian utamanya. Tak hanya Andi, gemerlap hasil usaha krian juga dirasakan oleh Hartowiyono, pekebun krisan dari Dusun Sidorejo, yang sudah menana, krisan sejak 2011 hingga saat ini. Dari lahan seluas 200m2, dalam sekali panen ia bisa menghasilkan Rp7,5 juta, itupun belum dibagi dengan modal dan keuntungan.
“Karena ya sudah merasakan penghasilan, dilanjutkan sampai sekarang,” kata lelaki yang akrab disapa Harto ini.
Di Kecamatan Pakem setidaknya terdapat tujuh dusun di Desa Hargobinangun dan Pakembinangun yang masyarakatnya menanam krisan. Tanaman krisan memang sangat cocok ditanam pada dearah ketinggian seperti di Kecamatan Pakem. Ada dua tipe krisan yang ditanam, yaitu “standar” dan “spray.” Untuk bunga krisan bertipe standar hanya memiliki 1 batang dan 1 bunga, sedangkan spray memiliki banyak batang dan banyak bunga.
Selain itu, seluruh pekebun krisan berhimpun di bawah Asta Bunda (Asosiasi Tanaman Hias dan Potong). Semua hasil panen nantinya akan dijual ke Asta Bunda, setiap ikat krisan tipe standar dijual dengan harga Rp10 ribu, sedangkan tipe spray dijual Rp9 ribu per ikat. Setelah dipetik, Asta Bunda akan menjual krisan ke toko-toko bunga di Yogyakarta. Menurut Andi, permintaan bunga di Yogyakarta sangat luar biasa.
“Paling dari (permintaan) asosiasi hanya sekitar 30% memenuhi Jogja.” kata Andi yang juga merupakan Ketua Asta Bunda.
Selain menjadi distributor, Asta Bunda juga yang akan membayar semua hasil panen meski tidak laku di pasaran. Karena itu, pekebun akan tetap meraih keuntungan di setiap masa panen. Bagi Harto dan Andi, menanam krisan ibarat seperti menanam cabai. Menurut mereka, sangat perlu pengamatan dan kontrol yang rutin.
“Perawatan harus tiap hari itu dikontrol. Ada hamanya atau enggak,” ujar Harto.
Dalam satu tahun, pekebun krisan akan menanam sebanyak tiga kali dan masa panen sebanyak dua kali. Masa tanam hingga panen juga membutuhkan waktu sekitar empat bulan. Menurut Andi, masyarakat yang ingin hidup dari usaha krisan harus menanam lebih dari 200 m2. Tambahnya, setidaknya setiap pekebun harus memiliki lahan sebesar 1.000 m2.
“Kalau 200 m2 itu memang tidak bisa untuk hidup. Setidaknya setiap pekebun harus memiliki lahan sebesar 1.000 m2,” kata Andi. (FDT)