Harga Beras Tidak Stabil, Masyarakat Merana
"Meskipun Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang kaya, negara ini masih menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya."
Jagadtani - Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan konsumsi beras yang tinggi, impor beras menjadi solusi sementara, meskipun tidak mengatasi masalah secara keseluruhan.
Bulog, sebagai lembaga pemerintah yang mengelola pangan, juga turut memainkan peran dalam hal ini. Namun, impor beras yang terus menerus menimbulkan perdebatan di masyarakat. Data impor beras dari tahun 2003 hingga 2024 menunjukkan tren naik turunnya impor, mencerminkan tantangan dalam mencapai ketahanan pangan yang optimal.
Tentunya peran pemerintah dalam meningkatkan produksi beras, serta perlunya pengelolaan yang efektif dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan bermutu bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang kaya dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia disebut juga sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pangan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Namun saat ini negara Indonesia masih berkutat dengan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat Indonesia, yaitu masalah pangan.
Permasalahan pangan merupakan salah satu permasalahan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang belum dapat diatasi secara optimal. Kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas hidup, kebutuhan pangan penduduk Indonesia terus bertambah akibat tingginya konsumsi beras.
Ketahanan pangan juga merupakan isu global yang menarik perhatian pemerintah dan komunitas ilmiah. Sebagai produsen pangan, sektor pertanian mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Tujuan dari Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDG) adalah program pembangunan untuk dunia yang lebih baik, dengan dampak yang dirasakan oleh manusia dan planet ini. Menjamin hak atas pangan di Indonesia dapat mengurangi dan mencegah target jumlah anak miskin dan gizi buruk.
Sejalan dengan komitmen Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang termasuk dalam Tujuan 2, yaitu “untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik, serta mendorong pertanian berkelanjutan”. Artinya, penyediaan pangan untuk menghilangkan kerawanan pangan atau kelaparan merupakan salah satu topik terpenting dalam Konferensi Dunia PBB (Sintiya, 2023).
Ketahanan pangan merupakan aspek penting untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, karena pangan merupakan kebutuhan paling mendasar dalam kehidupan manusia dan juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pangan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia yang bersumber dari sektor pertanian (Wibowo, 2020).
Food and Agriculture Organization (2009) menjelaskan bahwa ketahanan pangan dapat tercapai ketika semua orang selalu memiliki akses fisik dan finansial terhadap pangan yang aman dan cukup bergizi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi pangan untuk hidup aktif dan sehat.
Untuk mencapai ketahanan pangan, peran pemerintah penting untuk meningkatkan kapasitas petani sehingga petani dapat terus .eningkatkan produksi padinya.
Beras dikenal sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga ketersediaannya harus selalu dijaga untuk menciptakan masakan nasional. Seiring kemajuan teknologi, para petani harus mampu memanfaatkan berbagai media teknologi sesuai dengan kebutuhan petani di era digital. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa petani bersifat kosmopolitan, dalam hal ini mereka mempunyai kesempatan untuk mencari informasi dari luar sistem atau menggunakan teknologi seperti Internet (Zainal et al., 2019).
Dalam hal ini negara harus menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan kepuasan pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang bagi setiap orang baik secara nasional maupun daerah di seluruh Indonesia. Karena berperan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan menggunakan bahan baku dari sektor pertanian, seperti beras, yang kemudian diolah menjadi beras sebagai makanan pokok.
Beras merupakan bahan pangan utama masyarakat Indonesia dan berperan penting sebagai komoditas perekonomian. Konsekuensi ekonominya adalah ketika pendapatan masyarakat meningkat, maka permintaan terhadap kuantitas dan kualitas beras pun meningkat (Widiarsih, 2012).
Namun Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras masyarakatnya. Sebagai negara berkembang, Indonesia seringkali mempunyai permasalahan pada sektor pertanian, salah satunya permasalahan pangan. Pangan sendiri merupakan kebutuhan terpenting dalam setiap kehidupan manusia, tanpa pangan seseorang tidak dapat bertahan hidup atau melanjutkan hidupnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. (Seri, 2014).
Oleh karena itu, ketahanan pangan merupakan tugas yang sangat layak dilakukan pemerintah guna meningkatkan produksi beras di Indonesia. Bulog merupakan lembaga pemerintah yang bertugas memberikan harga yang wajar kepada masyarakat di segala sektor, memantau harga pangan konsumen, memastikan harga pembelian pemerintah (HPP), mengelola pangan pemerintah, dan mendistribusikan pangan kepada kelompok miskin (raskin).
Perum Bulog didirikan pada 10 Mei 1967. Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi BUMN. Perdebatan publik sering kali bermula dari kebijakan impor beras pemerintah. Akibat impor beras yang terus berlanjut, tidak jarang terdengar tanggapan masyarakat yang berbedabeda terhadap pemerintah. Berbagai komentar positif dan negatif masyarakat di berbagai saluran media (Rahayu dan Februari 2019).
Data impor beras menunjukkan bahwa tingkat impor beras yang dilakukan pemerintah cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumen beras Indonesia. Masalah dalam memenuhi kebutuhan penyimpanan nasional.
Antara tahun 1984 dan 1986, Indonesia mampu memproduksi 25,8 juta ton beras. Namun konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Ketergantungan penduduk Indonesia terhadap konsumsi beras yang relatif tinggi menjadi permasalahan ketika ketersediaan beras sudah tidak mencukupi lagi.
Hal ini dapat menimbulkan masalah bagi ketahanan pangan Indonesia dan membuat Indonesia terus mengimpor beras meskipun Indonesia melakukan hal tersebut.
Daftar Pustaka
Ariska, F. M., Qurniawan, B., Program, D., Agribisnis, S., & Kotabumi, U. M. (2021). PERKEMBANGAN IMPOR BERAS DI INDONESIA DEVELOPMENT OF INDONESIAN RICE IMPORTS. Jurnal Agrimals, 1(1).
Febriaty, H. (2016). Analisis Perkembangan Impor Beras Di Indonesia. EKONOMIKAWAN: Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 16(2), 134–141. https://doi.org/10.30596/ekonomikawan.v16i2.941
RAMADHANI, : ERSHA FITRAH. (2023). ANALISIS KETAHANAN PANGAN DALAM RANGKA MENCAPAI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG’s) DI INDONESIA UNTUK ERA DIGITAL