Faktor Penyebab Produksi Kelapa Sawit Menurun di Riau
"Kelapa sawit menjadi komoditas andalan Indonesia, namun produktivitas yang menurun membuat banyak pihak mulai mengkhawatirkan. Hal ini mengingat, konsumsi kelapa sawit dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat sehingga penyebab penurunan harus segera diatasi."
Jagadtani - Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil minyak kelapa sawit. Salah satu provinsi penghasil kelapa sawit di Indonesia adalah Riau. Riau menjadi provinsi dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Luasnya 3,49 juta ha atau sekitar 20,75% dari total luas perkebunan kelapa sawit nasional tahun ini.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan produksi dan produktivitas industri sawit relatif stagnan dan cenderung turun pada 2024. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono mengatakan, proyeksi tersebut dipengaruhi oleh konsumsi dalam negeri yang terus meningkat (pangan, biodiesel, oleochemical), volume ekspor cenderung menurun, dan realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sangat rendah, serta dihadapkan dengan sejumlah tantangan.
Produksi kelapa sawit, yang telah menjadi tulang punggung industri di berbagai negara, mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan produksi kelapa sawit bukan hanya menjadi kekhawatiran bagi industri, tetapi juga mempengaruhi ekonomi negara.
Ada beberapa faktor mengapa masyarakat di Riau memilih kelapa sawit karena alasan ketahanan pangan, antara lain: Dari segi fisik dan lingkungan, kondisi Provinsi Riau memungkinkan untuk dikembangkan perkebunan kelapa sawit.
Kondisi wilayah Riau yang relatif datar memudahkan pengelolaan dan menekan biaya produksi.
Pertama, kondisi tanah yang memungkinkan budidaya kelapa sawit menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Kedua, produksi di wilayah Riau memiliki keunggulan dari segi pemasaran karena letaknya yang strategis terhadap pasar internasional yaitu Singapura.
Ketiga, wilayah Riau merupakan wilayah maju di Indonesia bagian barat.
Dimulainya kerjasama Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle (IMT-GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) membuka peluang pasar yang lebih menguntungkan. Dan ketiga, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Almasdi Syahza, 2002).
Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat menjelaskan penurunan produksi kelapa sawit:
1. Kondisi Cuaca Yang Ekstrim
Gangguan cuaca ini mengganggu pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi produktivitas perkebunan secara signifikan
2. Serangan Penyakit dan Hama
Kurangnya pengendalian yang efektif terhadap penyakit dan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi yang signifikan
3. Manajemen Perkebunan yang Tidak Optimal
Manajemen perkebunan yang tidak optimal, termasuk penggunaan pupuk yang tidak seimbang.
Dengan terjadinya penurunan produksi kelapa sawit di Indonesia, tentunya menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah. Tujuan utama adalah agar industri kelapa sawit dapat bertahan dan berkembang dalam jangka panjang
Sumber :
https://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/7-ilham-sy-maryam.pdf
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231116113031-4-489527/terungkap-ini-penyebab-oduktivitas-sawit-ri-masih-rendah#:~:text=Jakarta%2C%20
CNBC%20Indonesia%20%2D%20Ketua%20Pusatkelapa%20sawit%20di%20tanah%20air
https://www.liputan6.com/bisnis/read/5537568/pengusaha-prediksi-produksi-sawit-turun-pada-2024-ini-penyebabnya
https://bunghatta.ac.id/artikel-290-kelapa-sawit-dampaknya-terhadap-percepatan-pembangunan-ekonomi-pedesaan-di-daerah-riau.html
https://images.app.goo.gl/kzgs77mR9DGsZJVR8