Untuk mengolah batang pohon sagu menjadi tepung sagu dan olahan lainnya bukanlah proses yang sederhana. Proses yang dilalui cukup rumit dan memiliki tahapan pasti.
AMBON - Sagu merupakan makanan pokok bagi warga Indonesia yang tinggal di sebagian besar wilayah Indonesia Timur. Mulai dari Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Kebanyakan, mereka mengenal sagu dalam struktur menu makanan utama penduduk aslinya. Sagu sendiri sebenarnya berasal dari tepung yang didapat dari batang pohon sagu (Metroxylon sagu Rottb.) yang bentuknya menyerupai pohon palma. Umumnya pohon sagu tumbuh di tepian sungai atau wilayah dengan kadar air yang cukup tinggi seperti rawa. Pohon sagu sendiri dapat tumbuh hingga mencapai 30 meter dan dari satu pohon para petani sagu dapat menghasilkan 150-300 kilogram bahan baku tepung sagu.
Untuk mendapatkan tepung sagu yang berkualitas, masyarakat Indonesia Timur kebanyakan mencari sendiri hingga ke hutan-hutan. Namun bagi mereka yang sudah tinggal di perkotaan, sagu sangat mudah ditemukan di pasar-pasar. Secara tradisional, masyarakat Indonesia Timur yang tinggal di pelosok masih memproduksi sagu sendiri. Biasanya, mereka mencari pohon sagu berkualitas hingga ke pedalaman sungai dan pelosok rawa-rawa.
Bagi masyarakat Maluku, terutama yang tinggal di daerah pesisir, Sagu merupakan makanan pokok yang sangat mudah diolah dan ditemukan. Biasanya mereka lebih menyukai sagu daripada beras untuk dijadikan makanan pokok mereka. Namun demikian, untuk mengolah batang pohon sagu menjadi tepung sagu dan olahan lainnya bukanlah proses yang sederhana. Proses yang dilalui cukup rumit dan memiliki tahapan pasti.
Seorang petani sagu biasanya mulai berangkat mencari pohon sagu yang berkualitas sejak pagi hari sekitar pukul 07.00. Sang petani umumnya memiliki perahu sendiri untuk mencapai daerah perairan yang sulit dicapai melalui jalan darat. Dalam memilih pohon sagu yang berkualitas, petani sagu cukup memperhatikan batang sagu yang memiliki diameter cukup besar dan terlihat kokoh.
Semakin besar batang pohon sagu, berarti semakin tua umur pohon tersebut dan dipastikan memiliki kualitas sagu yang baik. Walaupun tampak mudah, namun sang petani tetap harus memeriksa kualitas batang sagu tersebut karena kondisinya harus segar tanpa ada pembusukan sedikit pun.
Setelah mendapat batang sagu yang berkualitas, petani sagu biasanya akan mulai penebangan pohon sagu. Setelah itu, batang tersebut akan dipotong-potong menjadi beberapa bagian, dipisahkan dari kulit luarnya dan diambil bagian daging batangnya. Bagian dalam yang berbentuk daging inilah yang akan menjadi tepung sagu nantinya. Bagian dalam batang yang baik umumnya berwarna putih dengan serat-serat coklat muda.
Daging batang tersebut nantinya akan digerus dengan menggunakan mesin hingga menjadi tepung. Proses ini akan dilakukan secara berulang hingga 2-3 kali sampai mendapatkan tepung yang benar-benar halus. Tidak sampai di situ, tepung itu pun harus melalui proses penyaringan dan pengendapan selama semalam. Bagian terakhir hasil saring itulah yang akan menjadi tepung sagu murni dengan kualitas paling baik dan siap untuk dijual atau diolah menjadi sagu batangan.
Masyarakat Maluku biasanya mengolah sagu menjadi beberapa jenis makanan pokok, yang terkenal yaitu papeda dengan tekstur yang kental seperti lem. Selain itu, ada jenis makanan sagu bakar, di mana tepung sagu dipanaskan hingga menyatu dan berbentuk seperti roti. Makanan ini biasanya digunakan sebagai cemilan sore hari atau sarapan dengan pelengkap teh atau kopi panas.
Banyak makanan yang dapat dihasilkan dari olahan sagu karena sagu sangat mudah diolah, mengenyangkan dan kaya akan zat-zat yang menyehatkan tubuh. Sagu juga memiliki kadar karbohidrat cukup tinggi, namun sangat rendah gula dan lemak, sehingga sangat cocok bagi penderita diabetes.