Diversifikasi Pasar Udang Indonesia, Atasi Anti Udang Beku di AS
Dalam mengatasi dampak kasus anti dumping udang Beku Indonesia di pasar AS, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan langkah antisipatif melalui diversifikasi pasar ke beberapa negara potensial.
"Kita perlu optimalkan pasar potensial dimana pangsa pasar udang Indonesianya masih kecil," jelas Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, Jakarta (13/06).
Berdasarkan data ITC Export Potential, udang mentah beku Indonesia (HS 030617) masih memiliki peluang di pasar Tiongkok dan Jepang. Sementara udang matang beku (HS 160521) potensial untuk pasar Jepang, Australia, dan Korea Selatan. Budi memaparkan potensi peluang pasar ke keempat negara tersebut mencapai USD800 juta, setara dengan volume 121 ribu ton udang beku.
"Artinya ada peluang pasar altenatif, mengingat kualitas udang kita tak kalah dengan negara lain," jelas Budi. "Upaya diversifikasi pasar udang Indonesia tentunya perlu didukung peningkatan efisiensi usaha di budi daya, pengolahan dan logistik sehingga harga udang Indonesia lebih kompetitif, tambahnya"
Terkait Pengenaan tarif anti dumping dan countervailing duties (CVD) membuat udang beku Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar Amerika Serikat, Budi memastikan KKP terus berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kemenkomarves dan para pelaku udang di hulu-hilir guna memastikan kelancaran ekspor ke Amerika Serikat (AS).
Selain itu, KKP telah mengirimkan surat kepada Kedubes RI di Washington DC untuk mendapatkan dukungan komunikasi dengan otoritas AS. Hal ini diperlukan dalam proses hearing guna pembelaan terhadap hasil preliminary determintation margin dumping udang beku Indonesia.
"Kami terus bergerak melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna menyikapi tuduhan otoritas AS terhadap udang dari Indonesia," tegas Budi.
Senada, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Erwin Dwiyana memaparkan udang Indonesia di pasar Tiongkok masih terbuka yang ditunjukkan dengan gap peluang ekspor sampai tahun 2028 diperkirakan sebesar USD 544 juta. "Khusus pasar Tiongkok, harga udang kita masih dapat bersaing dengan Ekuador," urai Erwin.
Adapun di pasar Jepang gap peluang ekspor udang hingga tahun 2028 diperkirakan mencapai USD 214 juta. Dikatakannya, Jepang merupakan pasar optimis bagi udang beku dan udang olahan Indonesia.
"Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara penyuplai udang terbesar ke pasar Jepang dengan pangsa pasar 16,5% bersaing dengan Vietnam dan Thailand," jelas Erwin.
Selanjutnya Korea Selatan merupakan pasar potensial dengan gap peluang ekspor diperkirakan sebesar USD 26 juta hingga tahun 2028. Kompetitor Indonesia di pasar Korea Selatan antara lain Vietnam dan Thailand.
Sedangkan untuk pasar Australia yang juga merupakan pasar potensial udang memiliki perkiraan gap peluang ekspor sebesar USD 30 juta. "Kita baru berkontribusi 1,32% di pasar udang Australia," tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menargetkan, dalam 5 tahun ke depan atau tepatnya di tahun 2029-2030 Indonesia sudah harus kuat di sektor budidaya perikanannya. Ia menekankan, Indonesia harus sudah bisa menguasai beberapa rantai pasok komoditas global seperti udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan tilapia.