Masa Depan Cerah Atsiri Aceh
“Ini adalah suatu berkah karena sebagai petani hanya satu yang mereka harapkan, ada yang membeli produk mereka.”
JAKARTA - Tanaman nilam (Pogostemon cablin) dapat diolah untuk menghasilkan minyak nilam atau patchouli oil sebagai larutan fiksatif (pengikat aroma) untuk berbagai campuran parfum. Indonesia yang menyediakan sekitar 90% minyak nilam mentah saat ini, ditargetkan dapat lebih banyak mengekspor minyak nilam terfraksinasi berkat alat distilasi molekuler dan fraksinasi buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang diberikan kepada Atsiri Research Center Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (ARC PUI-PT Nilam Aceh Unsyiah).
Menteri Riset dan Teknologi atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek atau Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan apresiasi kepada BPPT karena tidak hanya mampu mempelajari teknologi distilasi (penyulingan) dan fraksinasi (pemisahan senyawa larutan) sebagai upaya reverse engineering, tetapi juga mampu menciptakan inovasi dengan membuat alat tersebut bagi minyak nilam mentah unggulan dari Aceh.
“Yang kami harapkan dari Kemenristek/BRIN kepada BPPT adalah lebih mengarah pada inovasi. Transfer teknologi dan reverse engineering yang dilakukan sekarang kita harapkan tidak hanya bisa menguasai teknologi yang tadinya barangkali asing bagi kita tapi lebih dari itu harus ada nilai tambahnya. Nilai tambahnya adalah inovasi yang kita harapkan bisa menyertai proses alih teknologi atau reverse engineering tersebut,” ungkap Bambang Brodjonegoro dalam keterangan resminya belum lama ini di Kota Banda Aceh saat Penyerahan Rumusan Hasil Rapat Kerja BPPT dan Fraksinasi Atsiri Research Center Pusat Unggulan Iptek Nilam Aceh, Universitas Syiah Kuala (ARC PUI-PT Nilam Aceh Unsyiah).
Baca juga: Mencoba Bangkitkan Garam Nasional
Dalam kesempatan tersebut, Bambang berharap, mesin distilasi dan fraksinasi menjadi berkah bagi petani nilam Aceh. Karena, daun nilam yang mereka dahulu jual sebagai minyak nilam mentah, kini dapat diolah langsung menjadi minyak nilam yang sudah difraksinasi dengan harga jual tidak terlalu fluktuatif dan lebih tinggi. Apa lagi, dengan mengolah daun nilam langsung di Unsyiah, Indonesia dapat menjual larutan dasar parfum langsung ke merek parfum dunia tanpa melalui pengolahan di luar negeri.
“Ini adalah suatu berkah karena sebagai petani hanya satu yang mereka harapkan, ada yang membeli produk mereka. Ada jaminan pembeli karena minyak nilam itu menjadi begitu berharga, begitu dicari oleh banyak pelaku bisnis tidak hanya di Aceh dan Indonesia tapi juga global. Adanya pembeli ini membuat hidup mereka lebih nyaman, lebih sejahtera, dan membuat mereka lebih serius dalam mengembangkan tanamannya dan menjaga kualitas dari tanaman yang akan dipanen tersebut,” ungkapnya.
Selama ini, minyak nilam mentah Indonesia diekspor ke beberapa negara lain untuk diolah oleh negara tersebut menjadi minyak nilam terfraksinasi. Dengan alat distilasi dan fraksinasi BPPT ini, Unsyiah diharapkan mampu mengolah 24 ton daun nilam per tahun langsung menjadi minyak nilam terfraksinasi, baik fraksinasi berat (kandungan 60%) untuk larutan fiksasi atau larutan dasar parfum maupun fraksinasi ringan (antara 1-2%) untuk larutan dasar minyak oles atau medicated oil, sabun cair, dan produk kesehatan berbasis larutan aromatik lainnya.
“Saya berterima kasih kepada rekan peneliti terutama dari Universitas Syiah Kuala dan didukung oleh BPPT yang tidak pernah lelah untuk selalu meningkatkan nilai tambah dan kualitas dari hilirisasi riset tersebut. Kami harapkan semangat itu juga menular untuk berbagai komoditas lain yang saya yakin masih banyak terdapat di Aceh, tidak hanya di sekitar Banda Aceh tapi di seluruh Provinsi Aceh. Semakin banyak komoditas yang bisa dihilirkan, saya yakin perekonomian Aceh juga semakin baik,” harap Menteri Bambang.
Baca juga: Menuju Swasembada Minyak Kayu Putih
ARC PUI-PT Nilam Aceh Unsyiah yang juga mengelola Nilam Innovation Park (Nino Park), saat ini tidak hanya mampu mengolah daun nilam menjadi minyak nilam terfraksinasi. Tetapi juga mengembangkan bibit unggul tanaman nilam dan membudidayakan nilam tersertifikasi organik yang permintaannya mulai meningkat dari negara Eropa.
Turut hadir dalam kesempatan ini Kepala BPPT, Hammam Riza; Rektor Unsyiah, Samsul Rizal; Kepala ARC PUI-PT Nilam Aceh Unsyiah, Syaifullah Muhammad; serta para eselon dan pegawai Kemenristek/BRIN; BPPT; dan Unsyiah.