“Di pesisir Desa Pangi ini, ombaknya cukup keras ketika pasang terjadi, jika kita melakukan penanaman dengan cara biasa banyak bibit yang akan mati, makanya kami gunakan teknik Reef Ball ini.”
PARIGI MOUTONG - Empat pemuda tampak sedang memetik buah mangrove di pesisir pantai Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawei Tengah. Buah tersebut diambil untuk dijadikan benih pembibitan. Buah mangrove atau propagul, mereka ambil dari pohonnya secara langsung. Buah berjenis Rhizopora ini diambil yang sudah matang. Tidak begitu sulit untuk mengambilnya karena bisa dilihat dari adanya cincin kuning di bagian propagul-nya.
"Untuk propagul yang belum muncul cincin kuningnya, tidak kami ambil, karena belum bisa disemaikan," kata salah satu pemerhati mangrove di desa itu, Sazli Yunde, kepada JagadTani.id belum lama ini.
Baca juga: Dampak Memberi Makan Satwa Liar
Propagul mangrove, kata Sazli, dapat diperoleh dengan cara mengambil yang telah jatuh atau memetik langsung dari pohonnya. Pada saat memetik buah secara langsung dari pohon induknya harus dilakukan secara berhati-hati, jangan sampai bunga dan buah yang belum matang ikut berjatuhan.
Seleksi buah, lanjutnya, juga tergantung pada karakteristik jenisnya. Namun biasanya, para pemerhati mangrove ini memilih dari buah yang matang, sehat, segar, dan bebas dari hama. Sebelum digunakan untuk pembibitan, buah dapat disimpan sementara waktu. Buah dimasukkan dalam ember atau bak yang berisi air penuh, dengan posisi tegak, dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari.
Namun, teknik pembibitan yang dilakukan oleh keempat pemuda dari Kelompok Pencinta Alam Gagantu Wild ini, jauh berbeda dan tidak seperti yang dilakukan oleh pemerhati lingkungan pada umumnya di Sulawesi Tengah atau bahkan di Indonesia. Mereka menggunakan pot yang terbuat dari semen.
Teknik tanam ini dinamakan Rekayasa Mangrove atau Reef Ball. Tenik rekayasa ini membuat tanaman mangrove bisa bertahan dalam masa pertumbuhan. Lantas kenapa hal itu mereka lakukan? Sazli mengatakan, di setiap pesisir punya kondisi yang berbeda-beda, baik itu tanah maupun kondisi air laut ketika pasang terjadi. Sehingga, butuh teknik berbeda agar tanaman mangrove bisa bertahan.
"Di pesisir Desa Pangi ini, ombaknya cukup keras ketika pasang terjadi, jika kita melakukan penanaman dengan cara biasa banyak bibit yang akan mati, makanya kami gunakan teknik Reef Ball ini," jalasnya.
Caranya pun mudah, mereka menyiapkan belasan pot semen untuk menempatkan bibit mangrove itu. Masing-masing pot dimasukkan satu buah propagul. Selain pot, mereka juga menyiapkan beberapa bahan seperti sabut kelapa, lumpur, pasir, pupuk kandang dan ajir. Untuk langkah awal, sabut kelapa dimasukkan ke dalam pot sebagai lantai dasar dan dinding pot. Sabut kelapa tersebut berfungsi sebagai penyimpan air. Selanjutnya, lumpur, pasir dan pupuk kandang dicampur menjadi satu kemudian dimasukkan ke dalam pot hingga penuh.
Langkah akhir tinggal menancapkan propagul kurang lebih sepertiga dari total panjangnya dan mengikatkan propagul pada ajir yang telah ikut tertancap bersebelahan dengan propagul. Tidak sampai di situ saja, lanjut ke proses penyemaian. Tempat yang dipilih untuk persemaian bibit dipilih lahan yang lapang dan datar. Jaraknya pun dengan lokasi tanam tidak jauh agar lebih efektif dalam pengangkutan bibit.
"Lahan yang digunakan untuk pembibitan harus terendam saat air pasang sehingga tidak memerlukan penyiraman, yang paling penting terlindungi dari sinar matahari.
Ia menjelaskan, penyemaian akan memakan waktu selama hampir lima bulan, sehingga bibit dalam pot sudah benar-benar siap di tanam di lahan yang sesungguhnya. Saat ini mereka sudah menyiapkan sebanyak 20 lebih bibit. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk memindahkannya.
Menurutnya, teknik rekayasa mangrove sangat cocok digunakan di sepanjang pesisir pantai dengan kondisi ombak-nya yang intens dan deras. Sebab, teknik rekayasa sebenarnya berguna untuk mempertahankan mangrove agar mampu bertahan hidup selama dua tahun. Mangrove yang terlindungi dalam reef ball, akan bertumbuh sambil menunggu akarnya menjulang ke dasar laut.
"Wadah reef ball ini kan nantinya akan pecah dengan sendiri, karena akar mangrove yang semakin besar dan kokoh untuk menopang dan mencari makan secara mandiri," terang Sazli.
Baca juga: Asa Nelayan Ikan Teri
Pada 2018 silam, katanya, bersama pemerhati mangrove di Parigi Moutong, mereka mereka melakukan percobaan sebanyak 30 Pot. Hanya saja, sebanyak 10 pot yang berhasil hidup. Itulah kenapa di tahun ini, mereka cukup berhati-hati untuk meletakkan pot tersebut.
"Yang paling penting itu tidak hanya menanam, tapi merawat dengan cara menjaga pohonnya hingga mandiri," tutupnya.