USSEC Fokus Masa Depan Pakan dan Nutrisi Ternak
Tim Dewan Ekspor Kedelai AS di Asia Tenggara atau U.S Soybean Export Council (USSEC) menjamu lebih dari 200 peserta pada dua kegiatan di Bali, Indonesia, tanggal 27 - 31 Mei 2024. Kegiatan Raw Material & Food Biosecurity Workshop (27 – 28 Mei 2024) dan Feed Technology & Animal Nutrition Conference regional ke-30 (29 – 31 Mei 2024) mempertemukan para pakar terkemuka dan profesional teknis untuk membahas tantangan dan kemajuan terkini dalam industri pakan ternak.
Tahun 2050, populasi perkotaan di Asia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 1,6 miliar menjadi 3 miliar. Urbanisasi ini akan meningkatkan produksi peternakan dan konsumsi protein hewani secara signifikan, khususnya ayam, babi, dan budidaya perairan, sehingga mendorong peningkatan produksi pakan ternak.
Kedua kegiatan di Bali tersebut menyoroti topik-topik penting dalam industri pakan ternak dan unggas, termasuk teknologi nutrisi hewan modern, nutrisi presisi melalui Kecerdasan Buatan (AI), kemajuan dalam sistem dan manufaktur pakan, langkah-langkah biosekuriti, penanganan penyakit, dan praktik pertanian berkelanjutan. Informasi terkini mengenai ancaman industri, seperti African Swine Fever (ASF), disajikan dengan strategi pemulihan regional. Diskusi-diskusi ini menggarisbawahi perlunya standar industri dan pentingnya kolaborasi berkelanjutan untuk membentuk masa depan pakan dan nutrisi ternak secara global.
Seiring dengan informasi perkembangan industri pakan regional terkini, para peserta juga belajar tentang nilai tambah produk kedelai dalam pakan ternak dan keunggulan Kedelai AS termasuk konsistensi, keberlanjutan, keandalan, kualitas, dan kandungan nutrisinya – khususnya tingkat asam amino yang dapat dicerna dan energi metabolisme yang lebih tinggi. Keunggulan -kualitas ini menghasilkan performa ternak yang lebih baik, biaya pakan yang lebih rendah, dan nilai tambah bagi pengguna bungkil kedelai. Diskusi dalam kegiatan juga menyoroti manfaat ekonomi dari penggunaan Kedelai AS untuk formulasi pakan yang optimal, termasuk jejak karbon yang lebih rendah untuk produksi bungkil kedelai AS dibandingkan dengan bungkil kedelai dari negara asal lainnya.
Timothy Loh, Direktur Regional Asia Tenggara & Oseania USSEC, mengatakan, “Kegiatan-kegiatan ini memungkinkan USSEC untuk menyatukan pemangku kepentingan utama dalam rantai nilai kedelai, sehingga membina dan memperluas kerjasama global. Saya yakin bahwa bersama-sama kita dapat membangun industri kedelai AS yang tangguh, berkelanjutan, dan berkembang untuk memastikan akses terhadap protein berkualitas tinggi dan berkontribusi terhadap ketahanan pangan global.”