• 8 September 2024

Kelola Sungai, Ekoriparian Hasil Kolaborasi KLHK-UNPAD

uploads/news/2024/07/kelola-sunga-ekoriparian-hasil-57198b67af31494.jpg

Dalam menjaga kelestarian dan ekosistem, Ekoriparian pertama di wilayah kampus yang diberi nama Ekoriparian Leuwi Padjadjaran di kawasan Danau Jatinagor dengan luas 800 m2.

Ekoriparian hasil kolaborasi KLHK-UNPAD, telah diresmikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro, bersama Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Padjajaran (UNPAD), Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc.

Ekoriparian adalah pemanfaatan sempadan sungai sebagai tempat edukasi masyarakat dalam hal lingkungan dengan membangun beberapa fasilitas tanpa mengganggu ekosistem yang ada. Pengembangan Ekoriparian Leuwi Padjadjaran ini adalah contoh ekoriparian di wilayah danau/setu yang menjadi salah satu kegiatan percontohan restorasi dan konservasi untuk perbaikan kualitas air. Pengembangan Ekoriparian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana edukasi dalam pengelolaan lingkungan yang meliputi penurunan beban air limbah dengan pengolahan air limbah domestik sebelum dibuang ke sungai.

Ekoriparian Leuwi Padjadjaran dibangun pada tahun 2022 dan dilakukan penambahan fasilitas di tahun 2023 yang meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Wood Deck, Shelter, dan bangku taman. IPAL yang dibangun mampu mengolah air Limbah yang berasal dari beberapa fakultas di UNPAD dengan kapasitas IPAL sebesar 80 m3 yang dapat mengolah air limbah untuk ± 4.000 jiwa.

Dengan efisiensi IPAL sebesar 90 % mampu menurunkan beban pencemar parameter Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 52,56 ton/tahun dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) setara 662,36 ton/tahun CO2 ekuivalen. Fasilitas ruang terbuka hijau ini akan menjadi sarana wisata dan edukasi mahasiswa UNPAD dan masyarakat sekitar.

“Tempat ini memang didesain untuk ruang publik dibuat menjadi indah dan dilengkapi dengan infrastruktur hijau. Di tempat yang sudah kami bangun juga dikombinasikan dengan komunitas masyarakat setempat agar dapat mengelola. Jadi ada edukasi, ekonomi dan perbaikan lingkungan di satu tempat”, jelas Sigit (09/07).

Pengembangan Ekoriparian juga diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bahwa sungai bukan hanya memberikan fungsi ketersediaan air dan sumber daya alam lain dari kelengkapan ekosistemnya, tetapi juga mempunyai fungsi ekonomi dan sosial budaya yang bermanfaat untuk menumbuh kembangkan kesadaran betapa bermanfaat dan pentingnya sungai dengan lingkungan kualitas air yang bersih serta sehat bagi keberlanjutan kehidupan.

"Terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah sangat mendukung pengembangan Ekoriparian Leuwi Padjadjaran di Universitas Padjadjaran Jatinangor," ujar Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc., Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad.

UNPAD, lanjut Prof. Hendarmawan, memiliki pola ilmiah pokok "Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional". Keberadaan ekoriparian ini menjadi bagian penting dalam implementasinya pada pembelajaran mahasiswa. Di sisi lain, keberadaan ekoriparian ini juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar kampus untuk membangun kesadararan dalam menjaga lingkungan.

Pengembangan ekoriparian senilai 1,4 milyar ini dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan (KLHK) bekerjasama dengan pihak dunia pendidikan. Hal ini menunjukkan komitmen yang tinggi dari pihak kampus untuk bersama-sama membangun aliansi strategis dalam rangka perbaikan kualitas air khususnya di kawasan kampus, serta perbaikan kualitas sungai pada umumnya.

Tak hanya meresmikan ekoriparian, Dirjen PPKL juga memberikan keynote speech dihadapan mahasiswa UNPAD secara hybrid dengan tajuk “Psychology for Sustainability: A Human-Nature (Dis)Connection in the Anthropocene Epoch”. Dalam paparannya, Sigit menyatakan bahwa krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini menuntut tindakan mendesak dan kolektif untuk mengatasi masalah kompleks yang disebut Triple Planetary Crisis: hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan polusi.

“Eco-Anxiety adalah kenyataan yang dihadapi oleh banyak orang, terutama generasi muda. Kita harus menumbuhkan narasi optimis dan mendorong keterlibatan aktif untuk mengatasi kecemasan ini dan memotivasi tindakan positif”, ucap Sigit. KLHK berkomitmen meningkatkan kontribusi dan peran generasi muda dalam isu lingkungan. Seperti Program Green Leadership Indonesia, Sekolah Adiwiyata, diplomasi lingkungan, eco-inovasi bisnis, dan keterlibatan komunitas masyarakat.

Sigit menggarisbawahi bahwa kita perlu menyebarkan narasi positif tentang pengendalian perubahan iklim di masyarakat untuk mengubah sikap pesimis dan mendorong semua orang untuk turut aktif. Ini dikenal sebagai Optimisme Iklim, yang mengajak kita menyadari tantangan permasalahan lingkungan yang ada, dengan tetap mengedepankan solusi yang bisa dilakukan dan momentum kesadaran masyarakat di era saat ini. Tujuannya adalah agar setiap individu termotivasi untuk bertindak nyata dan bertanggung jawab dalam upaya melindungi iklim kita.

Related News