• 14 May 2024

BPTP Palu Genjot Produktivitas Padi

uploads/news/2020/03/bptp-palu-genjot-produktivitas-85707d7bd9fc696.jpeg

”Minimal peningkatannya satu atau dua ton per hektare saja sudah sangat baik dibanding dengan sistem budidaya petani sebelumnya.”
PALU - Belum lama ini, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah melakukan pendampingan penanaman padi sawah kepada kelompok tani Jamba di Kelurahan Pengawu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penanaman di atas lahan seluas satu hektare tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil padi di Kota Palu.

Untuk mewujudkan peningkatan hasil padi tersebut, tim pendamping dari BPTP Sulteng menggunakan sistem tanam jajar legowo. Selain bertujuan untuk peningkatan hasil padi, sistem tanam jajar legowo juga diterapkan karena minimnya pasokan air di lahan yang terletak di kawasan padat pemukiman itu.

"Kami menggunakan padi varietas Inpari 30 dan Inpago 8, karena memang keduanya bisa bertahan jika kekurangan pasokan air," terang Peneliti BPTP Sulteng, Dr.Ir.Syafruddin, MP.

Baca juga: Teror Hama FAW di Sulteng

Menurutnya, aplikasi teknologi mutlak dibutuhkan untuk peningkatan produktivitas padi. Sebab, dengan aplikasi diklaim dapat meningkatkan produktivitas lahan padi.

"Minimal peningkatannya satu atau dua ton per hektare saja sudah sangat baik dibanding dengan sistem budidaya petani sebelumnya," jelasnya.

Sebelum dilaksanakannya gerakan penanaman, terlebih dahulu BPTP Sulteng memberikan materi mengenai sistem tanam jajar legowo 2:1 kepada kelompok tani. Mereka tampak sangat antusias mendengarkan arahan singkat yang disampaikan oleh Syafruddin. Ia menjelaskan, jajar legowo 2:1 merupakan salah satu cara tanam pindah padi sawah dengan mengatur setiap dua barisan tanaman dan diselingi dengan satu barisan kosong dengan penerapan jarak tanam, baik dalam barisan maupun antar barisan.

"Pada prinsipnya, sistem tanam jajar legowo yaitu untuk meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam," terang Syafrudin.

Untuk tujuan dan manfaat dari diterapkannnya sistem tanam jajar legowo ini, sebutnya, antara lain untuk menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30%. Sehingga, akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro. Selain itu, dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit tanaman dengan dilakukan melalui barisan kosong per lorong.

Manfaat lainnya yaitu dapat mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Syafruddin menjelaskan, pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya. Bukan itu saja, dengan lahan yang relatif terbuka, kelembaban juga akan menjadi lebih rendah, sehingga dapat menekan perkembangan penyakit pada tanaman padi.

"Kita bisa menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan," tuturnya.

Dengan penerapan sistem tanam jajar legowo, akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir.

"Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi. Sehingga, akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil," terangnya.

Antusias warga tampak dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan, khususnya mengenai pengolahan lahan, pemupukan, dan pengendalian hama serta penyakit. Pihak BPTP Sulteng pun menjelaskan secara terperinci. Syarifuddin mememinta agar petani tidak perlu khawatir karena tetap mendapat pendampingan dari pihak BPTP. Secara terpisah, Kepala BPTP Sulawesi Tengah, Dr.Ir. Fery Fahrudin Munier, M.Sc. berharap, dengan pelaksanaan budidaya padi sawah sistem jajar legowo 2:1 tersebut, petani dapat menerapkan semua komponen teknologi.

"Tentunya kelompok tani ini, selanjutnya melaporkan kondisi pertanamannya. Begitu juga kendala di lapangan dapat dikoordinasikan ke penyuluh Kelurahan Pengawu, untuk kemudian bersama-sama pihak BPTP Sulawesi Tengah dapat diberikan solusinya," harapnya.

Baca juga: Petani Cabai Palu Gunakan Medsos

Menurut Fery, masyarakat Kota Palu perlu berbangga hati. Pasalnya, wilayah Kota Palu masih memiliki lahan persawahan dan sebagai salah satu kantong penyedia tanaman hortikultura untuk dikonsumsi anak negeri. Ia pun berharap, usaha tani padi yang dilakukan dapat memberikan produksi yang lebih tinggi dibandingkan musim tanam sebelumnya.

Related News