• 18 October 2024

Benih Bioteknologi, Kunci Keberhasilan di Tengah Krisis Pangan 

Jagadtani - 'Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern' diadakan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian melalui Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) bersama Croplife Indonesia (CLID), pada Rabu (31/07) - Jakarta. 

Dalam acara tersebut menjadi bentuk kolaborasi strategis guna merespon ancaman krisis pangan global dan mengeksplorasi solusi bioteknologi di sektor pertanian. Dengan adanya kontribusi dari bidang ilmu bioteknologi diharapkan mencegah resiko krisis pangan yang kini mulai dirasakan.

Melalui benih bioteknologi yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim, tentunya membantu sektor pertanian dalam menghadapi krisis pangan. Menurut data BULOG, perubahan iklim telah berdampak serius sehingga produktivitas tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 17,74 persen (periode Januari - April 2024), bila dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. 

Produksi Beras nasional pada tahun 2023 (Januari - April) mencapai 22,55 juta ton, Sedangkan pada periode tahun 2024 mengalami penurunan menjadi 18,55 juta ton. Angka yang membuktikan dampak perubahan iklim masih menjadi kendala bagi sektor pertanian.

Sarahsehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern - CropLife "Sarahsehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern - CropLife "

Dalam acara tersebut, Bayu Krishnamurti - Direktur Utama Badan Urusan Logistik (BULOG), mengatakan harus ada langkah serius yang dilakukan dalam menjaga ketahanan pangan. "Metode pertanian yang standar masih belum dapat meningkatkan produksi beras sehingga berakibat pada melonjaknya harga beras. Tanpa dukungan teknologi tepat guna, kami memperkirakan tahun 2050 produksi beras dapat turun sebesar 20 persen, tetapi harga naik mencapai 20 persen." Tuturnya.

Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, biotek memegang peranan penting seperti yang disampaikan Direktur perumusan standar keamanan dan Mutu pangan Bapanas Yusra Egayanti, SSi., Apt., MP, " Selain perubahan iklim, kami juga harus mengantisipasi pertumbuhan populasi dan alih fungsi lahan. Diperkirakan pada 2045, penduduk Indonesia mencapai 324 juta jiwa sehingga harus diimbangi dengan ketersediaan bahan pangan. Salah satu solusi yang kami anggap tepat dengan pemanfaatan Benih PRG pada sektor pertanian." Jelasnya.

Mengingat kebutuhan akan Benih bioteknologi, asisten deputi prasarana dan sarana pangan dan agribisnis kemenko perekonomian, Dr. Ir. Ismariny, M.Sc memastikan pihaknya berupaya mendorong lebih banyak sinergi peningkatan ketahanan pangan nasional pada berbagai lini. "Salah satunya melalui gagasan berbagai program, meliputi peningkatan supply produksi, diversifikasi pangan, efisiensi distribusi pangan, penggunaan teknologi demi meningkatkan produksi dan kualitas pangan hingga penguatan stok pangan nasional. Fokus kami adalah membuat program yang dapat bermanfaat bagi petani dan masyarakat."

Kebutuhan Benih bioteknologi semakin meningkat demi menyesuaikan perubahan iklim, sampai saat ini telah dilaksanakan pelepasan tanaman Produk Rekayasa Genetik (PRG) sebanyak sepuluh jenis yang terdiri dari 8 jenis Jagung PRG, 1 jenis kentang PRG dan 1 jenis tebu PRG. 

Dr. Ir. Leli Nuryati, M. Sc - Kepala pusat perlindungan varietas Tanaman dan perizinan pertanian (PPVTPP), mengatakan Bioteknologi modern dapat menjadikan varietas unggul baru yang dapat beradaptasi pada perubahan iklim. Untuk dapat melakukan pelepasan varietas tanaman PRG harus dilakukan dengan sangat ketat, memastikan proses pelepasan telah sesuai aturan dan prosedur. "Benih PRG sangat dibutuhkan oleh para petani yang telah siap mengelola varietas unggulan. Namun hal yang harus dilakukan adalah meminimalisir produk palsu yang dapat merugikan petani maupun masyarakat."

Mengenai kebutuhan benih bioteknologi sangat besar, tetapi pengembangan benih di Indonesia sangat terlambat dibandingkan negara lainnya. Mengingat panjangnya waktu perizinan, pengembangan hingga komersial benih PRG yang membutuhkan waktu sekitar 15 tahun.

Sarahsehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern - CropLife "Sarahsehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern - CropLife "

Hal tersebut diungkapkan Agung Kurniawan - Direktur Eksekutif CropLife Indonesia, "Dengan sepuluh varietas benih bioteknologi yang baru mendapatkan persetujuan penggunaan dalam skala terbatas. Mengingat karena regulasi yang masih ketat menjadi kendala utama peneliti di lapangan. Padahal para petani sangat antusias dan siap untuk mengadopsi teknologi ini secepatnya."

Dalam keterangan tertulis, Agung Kurniawan mencontohkan negara Asia, seperti Filipina dan Vietnam telah mengalami peningkatan produksi pertanian hingga 30 persen setelah mengadopsi bioteknologi. "Dengan bioteknologi dapat meningkatkan ketahanan pangan dan tentunya berimbas pada baiknya kesejahteraan petani. Melalui sinergi berbagai pihak, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi berbagai pihak."

Sejalan dengan hal tersebut, Augustine Christela Melvina - Biotechnology and Seed Manager CtopLife Indonesia menyatakan melalui penerapan Benih teknologi dapat meminimalisir kerugian bagi petani. "Kemampuan benih bioteknologi dapat resistensi terhadap hama, gulma, penyakit tanaman lainnya hingga beradaptasi pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Pemanfaatan bioteknologi dapat menekan kerugian hasil panen hingga mencapai 10 persen sehingga peningkatan produksi panen dapat dirasakan oleh petani."Ujarnya.

 

 

 

 

Related News