Upaya Mengatasi Ulet Kepala Hitam, Hama Kelapa
"Hama pada kelapa tidak hanya hewan pengerat, tetapi petani kelapa lebih menakuti ulat kepala Hitam yang dapat merugikan pendapatan dari sektor pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut, penanganan secara masif harus dilakukan."
Jagadtani - Pohon kelapa dengan segudang manfaat yang memiliki ekonomis tinggi, menjadi pendapatan utama para petani. Mereka memastikan kelangsungan hidup pohon kelapa dengan menjaga dari berbagai serangan hama.
Dari hasil lansiran Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian, telah ditemukan hama ulat kepala Hitam yang menyerang perkebunan kelapa di Bali.
Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengenai keberadaan ulat kepala hitam di kebun kelapa milik petani pekebun di Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana seluas 10-15 Ha.
Pada saat diamati daun yang terserang adalah daun yang tua. Ulat menggerek jaringan epidermis daun dan yang tersisa hanya bagian kutikula. Pada daun yang intensitas serangan berat, dua sampai tiga helai daun pada bagian ujung menggulung menjadi satu bagian, menguning hangus seperti terbakar dan kering.
Bernama latin Opisina arenosella Walker (Lepidoptera: Xylorictidae), hama ini pertama kali dideskripsikan di India dan Sri Lanka pada pertengahan abad ke-19.
Ulat kepala hitam (Black Head Caterpillar/BHC) menginvasi beberapa negara Asia, termasuk Myanmar, Bangladesh, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Pakistan, serta kemungkinan invasi ke Indonesia pertama kali diduga terjadi di wilayah utara Indonesia (Aceh, Sumatera Utara, dan Riau) melalui wilayah yang terkena dampak hama ini di Malaysia atau Thailand (Lu et al, 2023).
Larva ulat kepala hitam membangun tempat makan yang dilapisi sutra di mana mereka memakan lamina daun kelapa dari permukaan daun bagian bawah dengan dilindungi oleh kotoran ulat/frass, sehingga mengakibatkan berkurangnya area fotosintesis tanaman yang terserang.
Larva ditemukan di daun dan buah muda, sedangkan imago menunjukkan kemampuan terbang dan potensi penyebaran yang kuat.
Pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali telah berupaya secara massif mengendalikan serangan hama ini, antara lain:
1. Memberikan bantuan Pinjam Pakai 5 Unit mesin Power Sprayer lengkap dengan komponennya beserta 5 buah Drum besar kapasitas 250 liter kepada petani.
2. Memberikan bantuan sarana pengendalian berupa pestisida biologi ( bahan aktif : Eugenol 20 g/l, Azadirachtin 0,02 g/l) sebanyak 4 liter dan Insektisida Kimia Dimacide 400 EC ( bahan aktif : Dimetoat 400 g/l ) sebanyak 61 Liter dengan teknik spraying menggunakan mesin power sprayer serta sistem injeksi (bor) pada bagian batang tanaman kelapa dengan dosis 15 cc/pohon.
Gejala serangan yang serupa juga ditemukan di kebun percobaan Ciomas dan Cibodas pada petak komoditas kelapa. Selama ini kegiatan pengendalian yang dilakukan petugas setempat dengan cara mengaplikasikan Asefat melalui infus akar dengan dosis 20 ml/50 ml air jika tingkat serangan tinggi, jika ringan-sedang cukup 10 ml/50 ml air.
Menurut beberapa literatur, sebagai tindakan pencegahan, daun pertama yang terserang dapat dipotong dan dibakar pada awal musim panas.
Penggunaan agens biologi dapat dilakukan dengan pelepasan parasitoid larva/pupa (Goniozus nephantidis, Elasmus nephantidis (spesies coklat) dan Brachymeria nosatoi) (Aniyaliya et al., 2021).
Namun, apabila serangan sangat parah dan biokontrol tidak efektif, pengaplikasian kimiawi dapat dilakukan di permukaan bawah daun dengan insektisida berbahan aktif Dichlorvos 0,02%, Malathion 0,05%, Quinalphos 0,05%, Endosulfan 0,05% atau Fosalone 0,05% (Adhi, 2016).
Hama ini merupakan serangga oligofagus dengan inang utama kelapa dan menyerang tanaman Palma lainnya. Selain itu, O. arenosella juga menyerang pisang, tebu nangka, jambu mete, jagung, nanas, dan karet.
Ulat kepala hitam melewati empat tahap perkembangan berturut-turut: telur, larva, pupa, dan dewasa. Untuk strain O. arenosella India, waktu perkembangan tahap telur adalah 5-8 hari, tahap larva 42-48 hari, tahap kepompong 12 hari, sedangkan umur dewasa berkisar antara 5-8 hari pada suhu 26°C.
Variabel iklim memengaruhi dinamika populasi hama di lapangan, dengan suhu rendah memperlambat atau menghambat pertumbuhan populasi. Pada suhu lingkungan yang rendah (misalnya pada bulan Januari di India), periode pra-oviposisi O. arenosella meluas hingga 3-4 hari.
Selama bulan November, tingkat fekunditas dewasa mencapai tingkat tertinggi dengan imago betina menyimpan rata-rata 231,1 ± 19,6 butir telur. Suhu rendah pada bulan Januari menyebabkan tingkat eklosi telur rendah (2,7%), sehingga menghasilkan jumlah larva instar pertama terendah (4,17 ± 2,94 individu) dibandingkan bulan Maret (87,9 ± 14,9 individu). Hama ini mencapai tingkat kelimpahan tertinggi pada akhir musim panas, yaitu Juli-November (Lu et al, 2023).
Beberapa aspek yang memfasilitasi penyebaran hama antar dan dalam negara yaitu kemampuan terbang imago yang tinggi (di malam hari), serta jalur mobilisasi perdagangan dengan manusia sebagai carrier.
Hal ini memerlukan respons yang waspada dan masif untuk mencegah jenis organisme maupun strain patogen yang lebih ganas sehingga dapat menyebabkan gangguan ekonomi global.
Menurut KLHK (2015) Introduksi Invasive Alien Species (IAS), selain mengancam sistem ekologi, pada gilirannya juga akan menyebabkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit.
Dengan demikian, pengamatan secara intensif dan strategi pengendalian hama terpadu termasuk budaya, biologi, dan pendekatan kimia dalam pengelolaan ekosistem sangat diperlukan, tentunya dengan dukungan sumber daya dan personel yang kompeten.