• 22 November 2024

Hadapi Kekeringan Panjang, Mentan Amran Masifkan Pompanisasi

uploads/news/2024/08/hadapi-kekeringan-panjang-mentan-19853791b98d526.jpg

Jagadtani - Dalam menghadapi kekeringan panjang, program pompanisasi menjadi langkah terbaik agar produktivitas pertanian tetap terjaga. 

Langkah pompanisasi terus didorong oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman agar pemasangan pompa terus berjalan secara masif terutama di wilayah-wilayah sentra yang mengalami kekeringan parah akibat el nino.

Sebagai catatan, program pompanisasi sudah berlangsung sejak awal tahun 2024, sesuai dengan prediksi Mentan Amran bahwa ancaman cuaca akan menekan produksi pangan.

Hingga saat ini, total realisasi luas tanam atau perluasan areal tanam (PAT) per 7 Agustus 2024 telah mencapai 915.394 hektare. Kesuksesan program PAT sangat disokong oleh percepatan pompanisasi yang sudah menjangkau lebih dari 716.293 hektare. Sementara untuk tahun ini, kementan mengalokasikan bantuan pompa air sebanyak 62.378 unit dan irigasi perpompaan 9.904 unit.

Mentan mengatakan, dampak pompanisasi telah terasa dan positif bagi para petani di daerah. Karenanya pemasangan pompa air di wilayah sentra pertanian harus dipercepat. Mentan meminta hal ini menjadi perhatian khusus para gubernur, bupati dan walikota seluruh Indonesia.

"Mohon kiranya mitigasi resiko kemarau dengan pompanisasi dilakukan secara masif di seluruh Indonesia," tegas Mentan saat memberikan arahan bagi para pejabat yang saat ini tengah siaga di Posko PAT Kementan, Selasa, (12/08).

Sebagai informasi, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis kekeringan parah yang terjadi saat ini meluas ke berbagai daerah. Hal ini seperti yang terlihat pada data monitoring kondisi cuaca Hari Tanpa Hujan (HTH) yang terjadi selama pemantauan BMKG di akhir Juli 2024.

"Monitoring HTH menunjukkan mayoritas wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur sudah mengalami HTH ekstrem panjang yaitu lebih dari 60 hari tidak mengalami hujan," ujar Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam rilis resminya,

Menurut Dwikorita, HTH terpanjang sejauh ini terjadi di daerah Naoini, Tenau, Futubena dan Mapoli wilayah NTT. Di sana, kekeringan bahkan mencapai 102 hingga 103 hari tanpa hujan.

"Karena itu, saya berharap untuk melakukan mitigasi potensi dampak kekeringan pada daerah sentra pangan dengan memastikan kecukupan air irigasi dan ketersediaan air pada jaringan irigasi," katanya.

Sementara itu, analisis curah hujan dan analisis sifat hujan untuk dua dasarian terakhir juga menunjukkan bahwa kekeringan meluas hingga sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali, Nusa tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan sebagian Sulawesi dengan rata-rata curah hujan kurang dari 20 mm/dasarian.

"Selanjutnya diprediksi akan segera memasuki musim kemarau adalah sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi dan Maluku," katanya.

Berdasarkan monitoring tersebut, kata dia, BMKG menghimbau agar para petani menyesuaikan pola tanam terutama pada tanaman pangan dan hortikultura agar ke depan mampu memenuhi ketahanan pangan nasional. Selain itu, Dwikorita meminta agar mewaspadai potensi kejadian kebakaran hutan.

"Segera melakukan penyesuaian terhadap pola tanam tanaman pangan dan hortikultura di wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan," katanya.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Moh Arief Cahyono memastikan pompanisai terdistribusi ke semua daerah guna mempercepat akselerasi perluasan areal tanam (PAT). Sebagaimana diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan program pompanisasi sebagai antisipasi darurat pangan akibat musim kering panjang yang terjadi di berbagai daerah sentra.

"Kami terus bekerja di lapangan dengan memaksimalkan pompa yang sudah terpasang agar kegiatan pertanian tidak terganggu kemarau yang didepan mata. Harapannya, petani tak cukup bertanam satu kali dalam setahun, namun bisa 2-3 kali panen dengan air yg cukup," jelasnya

Related News