Ubah Stigma Pertanian Para Pemuda
Taruna Tani Flory ingin menunjukkan kepada para pemuda jika sektor pertanian bisa dijadikan bisnis.
SLEMAN - Di era modern ini tak banyak generasi muda yang tertarik untuk menggeluti sektor pertanian. Pertanian masih dianggap tidak menjanjikan dan lekat dengan kata kotor. Sadar akan kondisi ini membuat Surono dan beberapa temannya tergerak untuk mendirikan Taruna Tani Flory dengan merekrut pemuda di Kelurahan Tridadi dan Telogadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta).
“Karena melihat sekarang ini, generasi muda itu yang tertarik ke dunia pertanian semakin sedikit,” ujar Surono saat ditemui di Taruna Tani Flory.
Melalui kegiatan di Taruna Tani Flory, mereka ingin menunjukkan bahwa sektor pertanian bisa dijadikan bisnis. “Akhirnya visi kami memikat generasi pemuda supaya tertarik dalam bidang pertanian dan agribisnis,” tutur lulusan Jurusan Filsafat UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Taruna Tani Flory sebetulnya merupakan embrio dari Kampung Flory yang merupakan kawasan berbasis pertanian di Kecamatan Sleman. Taruna Tani Flory berfokus pada tanaman hortikultura, yaitu tanaman hias dan perbanyakan bibit buah unggulan.
Selain untuk mengubah pandangan buruk tentang pertanian, Surono mengatakan bahwa mereka juga terpantik dengan adanya perkembangan pembangunan di Yogyakarta.Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan tanaman hias, gedung-gedung justru membeli dari luar DIY. Mereka sadar bahwa seharusnya pemuda di DIY bisa berkontribusi pada perkembangan pembangunan di kota.
“Jadi kita membaca peluang, ketika ada pembangunan di Jogja seperti itu kita ingin berkontribusi,” ucap Surono.
Dari situlah mereka kemudian terpantik dan mengajak pemuda yang lain. Taruna Tani Flory sendiri diresmikan pada Juli 2016. Sebelum itu, Surono dan tim inti berusaha keras untuk meyakinkan calon anggota untuk bergabung. Mereka kerap kesulitan lantaran para pemuda biasanya bekerja di bangunan yang setiap dua minggu sekali mendapat gaji.
Namun, berkat motivasi dan seminar yang mereka adakan, para pemuda kemudian tertarik untuk bergabung. Setidaknya, saat ini terdapat 20 anggota Taruna Tani Flory yang rata-rata merupakan pemuda. 10 anggota menjadi karyawan tetap dan bekerja di lahan seluas 1 hektare, sedangkan 10 anggota lainnya menanam tanaman hias dan perbanyakan bibit buah di rumahnya masing-masing.
Sedangkan 10 anggota lainnya belum menjadi karyawan karena masih berada di bangku sekolah dan kuliah. Wahyu Dwi Santoso (18), salah satu anggota Taruna Tani Flory memandang bahwa pertanian adalah hal yang baik dan bisa memberikan pemasukan baginya. Wahyu merupakan anggota termuda yang bergabung saat berusia 15 tahun. Ia mengaku hasil yang didapatkan dari Taruna Tani Flory bisa mencukupi kebutuhan hariannya.
“Diajak masuk ke taruna tani ini ternyata hasilnya juga lumayan,” ujar Wahyu.
Sebagai generasi muda, Wahyu tidak pernah berpandangan buruk atau gengsi untuk menggeluti usaha di bidang pertanian. Wahyu yang masih menduduki bangku SMK ini tidak menjadi karyawan tetap, namun mengembangkan tanaman hias dan perbanyakan bibit buah di rumahnya.
Meski tidak semua anggota bekerja di lokasi Taruna Tani Flory, Surono mengatakan bahwa tanaman hias dan perbanyakan bibit yang dikembangkan oleh anggota lain akan dibeli oleh Taruna Tani Flory dan dijual.
“Kami di sini itu inti plasma, terus yang plasmanya itu di anggota,” tutur Surono.
Anggota yang bekerja di lokasi juga bisa menanam dan melakukan perbanyakan bibit di rumah. Sehinga selain mendapat gaji dari Taruna Tani Flory, mereka juga mempunyai penghasilan sendiri.
“Kan bisa untuk pemberdayaan anggota,” kata Surono. Taruna Tani Flory tidak hanya menjual tanaman dan bibit buah unggulan, namun juga menerima paket belajar budidaya tanaman hias dan perbanyakan bibit unggulan. (FDT)