• 10 October 2024

Catat Sejarah, Japfa Grup Sukses Reproduksi Sidat Tropis

uploads/news/2024/08/catat-sejarah-japfa-grup-1688499ea9109fb.jpg

Jagadtani - Momen bersejarah dalam bidang budidaya perairan berhasil dicatatkan dengan langkah awal mereproduksi sidat tropis (Anguilla Bicolor). Keberhasilan ini berkat Aquaculture Research Center (ARC), sebagai fasilitas mutakhir yang didirikan oleh PT Suri Tani Pemuka yang merupakan anak usaha JAPFA.

Tentunya inovasi yang berhasil dilakukan merupakan pencapaian pertama di dunia, yang menandai kemajuan besar dalam pengelolaan populasi sidat yang berkelanjutan, yang berdampak positif baik itu bagi budidaya komersial maupun konservasi sidat.

ARC berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur, telah dikenal dengan riset dan pengembangannya di bidang budidaya perairan, berkolaborasi dengan institusi internasional terkemuka seperti Higher Institution Centres of Excellence, Borneo Marine Research Institute of Universiti Malaysia Sabah (UMS) dan Universitas Kindai.

Dengan keberhasian inovasi yang dikembangkan ARC, memberi harapan dalam memenuhi permintaan pasar kulinar Asia dan Dunia, karena dianggap sebagai spesies bernilai tinggi. Keunggulan Sidat Tropis berkat kandungan nutri yang tinggi dan rasanya yang lezat sehingga kerap dijadikan hidangan premium.

Budidaya ikan sidat tropis yang berkelanjutan menjadi jawaban atas permintaan yang terus meningkat, sekaligus mengurangi ancaman terhadap populasi sidat liar, sehingga berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologi.

Keberhasilan dalam langkah awal reproduksi sidat tropis ini tidak hanya menjadi pencapaian penting dalam budidaya perairan, namun juga menunjukkan komitmen JAPFA terhadap keberlanjutan dalam produksi pangan, membuka jalan bagi inovasi-inovasi lainnya di industri ini.

Pembiakan Sidat: sebuah tantangan menarik
Seiring dengan populasi sidat yang kian menurun secara global, menemukan cara untuk membiakkan sidat menjadi hal yang sangat penting untuk upaya konservasi dan tujuan komersil.

Siklus hidup sidat yang kompleks dan misterius membuat reproduksi sidat dalam penangkaran menjadi tantangan besar. Sidat melakukan perjalanan ribuan kilometer dari sungai air tawar ke laut dalam, sehingga kondisi reproduksi mereka sangat sulit untuk ditiru di luar habitat aslinya. Hingga saat ini, budidaya sidat bergantung pada penangkapan sidat muda (glass eel) di alam liar yang kemudian dibesarkan untuk dikomersialisasikan. Namun, pendekatan ini tidak lagi berkelanjutan karena mengurangi populasi sidat liar yang terancam akibat penangkapan berlebihan dan hilangnya habitat alami mereka.

Tonggak bersejarah dalam budidaya sidat
Tim peneliti ARC bersama dengan Prof. Dr. Senoo Shigeharu telah berhasil mengatasi tantangan ini dan menemukan langkah pertama dalam reproduksi sidat tropis di tempat penangkaran. Dengan memanfaatkan teknologi akuakultur yang canggih dan metode pemeliharaan yang dikembangkan oleh ARC, tim berhasil menetaskan 70.000 larva, dengan keberhasilan pemeliharaan larva selama 11 hari. Hal ini menunjukkan adanya potensi untuk memproduksi sidat tropis dalam skala besar di penangkaran.

“Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam upaya kami untuk mengelola populasi sidat secara berkelanjutan, karena untuk pertama kalinya kami berhasil menetaskan sidat tropis di lingkungan yang terkendali,” ujar Ardi Budiono, Direktur Utama STP. “Kami yakin kemampuan untuk mereproduksi sidat di penangkaran akan berdampak signifikan pada industri akuakultur, tidak hanya di Asia namun juga secara global. Untuk memastikan keberlanjutan sidat tropis, STP akan terus menerapkan praktik budidaya sidat yang berkelanjutan, melakukan berbagai penelitian mengenai sidat, dan terus mendukung upaya untuk meningkatkan populasi sidat di habitat alami mereka, sebagai bagian dari komitmen kami terhadap budidaya perairan yang berkelanjutan.”

Dampak terhadap konservasi dan industri
Keberhasilan langkah pertama reproduksi sidat tropis dalam penangkaran ini tidak hanya menunjukkan kemajuan signifikan dalam teknologi akuakultur, namun juga memberikan harapan baru bagi konservasi sidat tropis, Anguilla bicolor, yang saat ini diklasifikasikan sebagai "Hampir Terancam/ Near Threatened (NT)" dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) . Dengan mengurangi ketergantungan pada penangkapan di alam liar, penelitian ini dapat berkontribusi pada konservasi populasi sidat tropis sekaligus memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.Terobosan ini mendukung praktik akuakultur berkelanjutan yang bisa melindungi populasi sidat alami dari penangkapan berlebihan.

Sebagai perusahaan industri pangan terkemuka, JAPFA secara konsisten menggunakan bibit dan metodologi budidaya yang tepat untuk memastikan efisiensi produksi protein hewani yang terjangkau dalam skala besar di iklim tropis. Terobosan dalam pembiakan sidat tropis ini sejalan dengan komitmen JAPFA terhadap produksi pangan yang efisien dan berkelanjutan di seluruh portofolio produk protein yang beragam.

"Kami melihat peluang untuk menerapkan prinsip-prinsip budidaya peternakan pada budidaya perairan dan budidaya sidat, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada glass eel yang ditangkap di alam liar," ujar Renaldo Santosa, Presiden Direktur PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan Direktur Eksekutif JAPFA Grup. "Dengan membudidayakan sidat tropis di penangkaran, kami berupaya menjaga kelangsungan hidup populasi sidat liar, serta berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem. Keberhasilan ini merupakan bukti kekuatan visi, ketekunan dan inovasi, serta pentingnya kolaborasi antara industri dan akademisi dalam mengatasi tantangan produksi pangan yang berkelanjutan”.

Related News