Fenomena La Nina, Petani Terancam Gagal Panen
"Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air pada sektor pertanian, namun suhu udara yang meningkat tetap menjadi ancaman bagi para petani di Indonesia. Namun jika air berlebihan juga dapat mempengaruhi hasil panen para petani."
Jagadtani - Siklus cuaca sedang tidak menentu, setelah merasakan perubahan iklim El Nino. Kini diperkirakan fenomena La Nina menjadi tantangan pada sektor pertanian. Ancaman produktivitas hingga gagal panen semakin mengintai para petani.
Walau tidak seperti EL Nino yang ditandai dengan kekeringan panjang, fenomena La Nina justru menghadirkan curah hujan cukup tinggi. Menurut BMKG, La Nina diprediksi akan dimulai pada September 2024.
Hujan diharapkan untuk dapat memulihkan kondisi tanah setelah mengalami kekeringan akibat El Nino, tetapi curah hujan yang tinggi dapat bisa memicu banjir hingga bencana alam lainnya.
Namun sebelum terjadinya hujan, biasanya suhu cuaca akan meningkat sehingga dapat menjadi ancaman baru bagi petani. Mayoritas tanaman dapat tumbuh subur pada suhu yang rendah. Hal ini membuat pertanian dapat bertahan di dataran tinggi karena suhu udara dapat lebih rendah.
Namun bagi Supri, suhu udara yang meningkat sangat berdampak pada pertumbuhan tanaman. "Untuk air bisa diatasi dengan berbagai cara, sedangkan suhu udara yang sangat tinggi memberikan dampak tidak hanya pada pertumbuhan tanaman. Kami sebagai petani yang menjalani kegiatan di bawah sinar Matahari juga terkena imbasnya. Jujur saja, udara yang panas membuat kami mudah lelah sehingga terbatas dalam melakukan aktifitas bertani."
Tentunya kondisi perubahan iklim sangat berpengaruhi pada hasil pertanian di Indonesia. Sedangkan Indonesia sedang menargetkan untuk dapat swasembada pangan.