Juara Dunia Kopi Luwak Hadir dalam Bunex 2024
"Memulai dari 100 hektar pada tahun 2008, kini telah berhasil mengembangkan tanaman kopi hingga 1.800 hektar di Desa Kayumas, Situbondo - Jawa Timur. Hasil kopi pun telah menembus pasar Internasional hingga meraih gelar juara dunia untuk kopi Luwak."
Jagadtani - Komoditas kopi dari Indonesia telah terkenal dengan cita rasa yang diakui oleh pasar Internasional. Tentunya membuka peluang untuk semakin mengembangkan sesuai luasnya area menanam kopi berkualitas.
Salah satu kopi dengan kualitas kopi istimewa berasal dari daerah Situbondo, Jawa Timur. Kayumas Coffee merupakan hasil kolaborasi dari beberapa Kelompok Tani di Desa Kayumas, Situbondo - Situbondo.
Letak geografis daerah Situbondo yang dekat dengan Gunung Ijen, memberikan keuntungan dalam perkembangan tanaman kopi. Pada Pameran Perkebunan Indonesia Expo (BUNEX) 2024, tim Jagadtani berkesempatan berbincang dengan Didik Suryadi - Salah seorang dari 22 petani di kelompok Tani Sejahtera.
Didik bercerita awal mulai merintis menanam kopi hingga berhasil meraih juara nasional Arabica Coffee (2010) dalam ajang The prestigious Indonesia Coffee Cocoa Research Institute, kemudian tahun 2016 menjuarai Luwak Arabica Coffee di Indonesia dalam SCAI Micro Lots Specialty coffee Auction dan 2017 untuk robusta coffee dalam ajang serupa.
"Tahun 2008, kami merintis dengan luas area tanam hanya 100 hektar. Kini kami telah berhasil mengembangkan hingga mencapai 1.800 hektar. Kualitas kopi dari hasil kolaborasi beberapa Kelompok Tani di Desa kami telah hasilkan telah mendapatkan berbagai sertifikat, mulai dari SNI, Halal, indikasi geografis hingga USDA dan berbagai sertifikat dari luar negeri." Ungkap Didik Suryadi - Owner Kayumas Coffee.
Untuk kehadiran Kayumas Coffee dalam ajang Perkebunan Indonesia Expo (BUNEX) bertujuan memberikan edukasi tentang kopi yang dinikmati.
"Berbagai edukasi, informasi dan history nya. Jadi penikmat kopi atau pebisnis dapat mengetahui produksi kopi dari hulu hingga hilir. Bahkan bagi yang ingin melihat langsung perkebunan maupun cara mengelola kopi milik kami. Intinya kehadiran kami dalam BUNEX 2024, bukan hanya bicara komersial tetapi juga memberikan edukasi." Ujar Didik Suryadi.
Lebih lanjut, Didik mengatakan bahwa kopi Luwak yang dihasilkan merupakan organik atau dengan kata lain memang hasil dari alam. "Kami pernah ditegur konsumen kami karena dianggap kopi Luwak yang hasil ekspolitasi hewan. Namun kami membuktikan bahwa kopi Luwak yang dihasilkan bukan dari penangkaran Luwak tetapi dari hasil alam. Bahkan telah dilengkapi hasil sertifikasi pengujian cita rasa." Pungkas Didik Suryadi pada tim Jagadtani.
Didik juga mengatakan pengembangan komoditas kopi di Indonesia masih dapat lebih besar. Bahkan dirinya siap mendampingi Sahabat Tani yang ingin memulai bertani kopi hingga memberikan permodalan maupun edukasi.