• 4 December 2024

Petani Madu Perawat Lahan Gambut dari Ancaman Karhutla

uploads/news/2024/09/petani-madu-perawat-lahan-491687f82de1d93.jpg

Jagadtani - Dalam menjaga kawasan lahan gambut dari ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla), membutuhkan komitmen seperti yang dbuktikan oleh PT Kilang Pertamina Internasional PT KPI Unit Dumai Operasi Sungai Pakning, yang beroperasi di wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau.

Langkah tersebut tak lepas dari tujuan untuk menjaga serta mempertahankan penyerapan karbon di wilayah Sungai Pakning sebagai salah satu upaya pengendalian perubahan iklim yang telah menjadi isu global.

Selain mengelola lahan gambut menjadi lahan pertanian hortikultura di Desa Batang Duku, melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL), upaya lainnya yang dilakukan oleh Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning adalah dengan mengelola kawasan hutan gambut di Dusun Bakti, Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Bengkalis, Riau, menjadi kawasan eduwisata yang membudidayakan lebah madu hutan gambut.

Lewat program yang telah berjalan sejak tahun 2019, Kilang Sungai Operasi Pakning bersama dengan kelompok masyarakat Desa Tanjung Leban dan Kelompok Petani Madu Hutan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat budidaya madu hutan yang ramah lingkungan.

“Program yang telah dikembangkan dalam kurun waktu 5 tahun dengan melibatkan masyarakat langsung ini menjadi upaya kami menjaga kawasan lahan gambut dari ancaman karhutla yang disebabkan oleh faktor alam maupun manusia. Oleh karena itu kami mencoba melakukan pembinaan dari hulu ke hilir,” jelas Area Manager Communication, Relations, & CSR Kilang Dumai, Agustiawan.

Dijelaskan Agustiawan, sebelumnya petani madu di wilayah tersebut memanen madu hutan menggunakan media pengasapan dengan membakar sabut kelapa atau daun kelapa kering untuk mengusir lebah. Sehingga ini dapat berpotensi menjadi pemicu api dan menyebabkan terjadinya karhutla.

Maka dari itu, Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning bergerak mendorong dan memberdayakan para petani madu hutan gambut dalam sebuah kelompok tani ‘Madu Biene’ untuk mengubah metode tradisional menjadi budidaya madu yang ramah lingkungan menggunakan ‘glodok’ atau rumah-rumahan yang terbuat dari kotak kayu yang menjadi sarang lebah sekaligus menghasilkan madu.

“Untuk mendorong perubahan perilaku para peternak tadi secara bertahap, tahun 2019 kami mengawalinya dengan memberikan pemahaman soal wawasan lingkungan dan panen madu tanpa metode membakar lewat proses edukasi dan penyuluhan,” imbuh Agustiawan.

Rahmadi, salah seorang peternak sekaligus ketua Kelompok Madu Biene dan ‘local hero’ binaan TJSL Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning berkisah, tidak dipungkiri dengan metode pengasapan yang dahulu digunakan, dapat menimbulkan kebakaran. Jika hutan terbakar, artinya tidak ada tempat mencari lebah dan secara tidak langsung juga menghilangkan mata pencarian para petani.

Senada dengan Agustiawan, Manager Production Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning, R, Moh. Kun Tauchid, mengatakan sejak program pengembangan dan pemberdayaan kelompok masyarakat lewat budidaya madu hutan ramah lingkungan Kilang Sungai Pakning, hal tersebut kemudian menjadi alternatif yang menguntungkan bagi peternak madu. Dimana para petani Kelompok Madu Bien kini membudidayakan madu khas hutan gambut spesies Apis cerana, Apis dorsata, Apis trigona, dan Apis mellifera dengan memanfaatkan sekitar pekarangan rumah.

Berbagai kegiatan pengembangan kapasitas yang dilakukan Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning kepada anggota Kelompok Madu Bien, tak terkecuali Rahmadi telah meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang peternak madu. Berbagai kegiatan pelatihan dan benchmark yang diikuti oleh Rahmadi, kini membuatnya mampu mengedukasi proses pembudidayaan lebah madu dari awal hingga proses panen dan produk-produk yang dapat dihasilkan dari kegiatan budidaya lebah kepada banyak pihak

“Kami telah banyak memberikan sosialisasi bagi peternak madu hutan di sekitar wilayah Bengkalis untuk dapat mencari lebah tanpa menimbulkan kebakaran, karena sumber penghasilan kami akan terganggu jika lahan dan hutan gambut mengalami kebakaran,” jelas Rahmadi saat dihubungi pada Jumat, 20 September 2024.

Menurut pria berusia 30 tahun itu, tantangan terbesar dalam budidaya madu yang dirasakannya adalah kondisi cuaca yang berubah-ubah dari musim biasanya, hingga meyakinkan konsumen terhadap kualitas dan murninya madu hasil budidaya. Namun hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi dirinya beserta peternak madu lainnya.

Tekad dan kerja keras Rahmadi dan Kelompok Madu Bien dalam membudidayakan madu hutan yang ramah lingkungan sekaligus menjaga kawasan gambut di sekitar desanya dari ancaman karhutla membawanya meraih penghargaan di bidang lingkungan dari Pemerintah Provinsi Riau pada peringatan Hari Ozon Sedunia, dengan meraih penghargaan Setia Lestari Bumi Kantor UPT Laboratorium Lingkungan, Dinas Dinas LHK Provinsi Riau, Kamis, 19 September 2024.

Penghargaan tersebut diberikan untuk kelompok masyarakat yang telah berjasa dalam menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kehutanan di Provinsi Riau sesuai Keputusan Gubernur Riau Nomor : Ktps.3377/VII/2024. Dalam upayanya menjaga lahan kelestarian lahan gambut, Rahmadi bersama Kelompok Madu Bien juga telah berhasil mencapai dukungan dan apresiasi dari KLHK dengan meraih penghargaan pada Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat kabupaten 2021, tingkat madya pada tahun 2022 dan tingkat utama pada tahun 2023.

“Dengan penghargaan Setia Lestari Bumi ini, saya selaku ketua kelompok merasa bangga atas pencapaian ini, karena berkat kerjasama tim Pertamina dan kolaborasi dengan màsyarakat, kami mampu berbuat sesuatu untuk ekosistem lahan gambut. Dan kami berharap penghargaan ini sebagai motivasi untuk lebih giat dalam melakukan upaya perbaikan iklim,” tutup Rahmadi.


Tak hanya Rahmadi sendiri, pada acara yang sama, Rahwanto, seorang guru Sekolah Dasar Negeri 8 Desa Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis yang juga menjadi ‘local hero’ binaan TJSL Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning pada program Sekolah Cinta Gambut juga berhasil membawa pulang penghargaan bergengsi dari Pemprov Riau tersebut.

Pada acara yang sama, Rahwanto sebagai salah satu pengajar mewakili SDN 8 Siak Kecil meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Provinsi atau Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan sesuai Keputusan Gubernur Riau Nomor : Ktps.3376/VII/2024. Dimana sebelumnya, sekolah tersebut juga telah mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata di tingkat Kabupaten Bengkalis.

Menurut Manager Production Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning, R, Moh. Kun Tauchid, program Sekolah Cinta Gambut dijalankan di SDN 8 Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, sekolah ini dipilih karena minat dan komitmen yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan melalui pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan seringnya sekolah tersebut mengikuti kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan yang diselenggarakan oleh perusahaan.

“Lewat program Sekolah Cinta Gambut kami berharap ini dapat mendorong lahirnya pendidikan yang berwawasan lingkungan khususnya pelestarian ekosistem gambut karena sejalan dengan kondisi lingkungan di Kabupaten Bengkalis,” jelasnya

Program Sekolah Cinta Gambut sendiri pertama kali dirintis dari tahun 2018 sebagai salah satu TJSL Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning sebagai wujud preventif menjaga kelestarian lahan gambut sejak usia dini pada anak-anak di tingkat sekolah. Hal tersebut juga menjadi upaya komitmen perusahaan migas tersebut dalam menjaga daerah tersebut dari ancaman karhutla di Kabupaten Bengkalis.

Rahwanto yang juga berperan sebagai Ketua Kelompok Jaringan Sekolah Cinta Gambut ini turut terlibat aktif dalam menyebarluaskan kurikulum sekolah Cinta Gambut ke 3 Kecamatan serta membantu dalam proses perizinan kegiatan kepada Dinas Pendidikan dan Koordinator Wilayah Pendidikan di Kabupaten Bengkalis. Dalam pelaksanaan program, ia terus berupaya membangun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan melalui edukasi. Serta secara aktif mengajak peserta didik untuk melakukan penanaman pohon sebagai wujud kontribusi aktif terhadap peduli lingkungan.

“Selaku ketua kelompok Sekolah Cinta gambut untuk wilayah Kecamatan Siak kecil, Bukit Batu dan Bandar Laksemana, Kabupaten Bengkalis, dengan mengucapkan alhamdulillah dan bersyukur kepada Allah SWT dan keluarga besar SDN 8 Siak kecil serta tim CSR Pertamina Sungai Pakning yang sudah berkontribusi ikut melakukan banyak hal di sekolah kami. Sehingga dari usaha dan doa dari semua elemen masyarakat yang terlibat mengantarkan sekolah SDN 8 Siak Kecil mendapatkan penghargaan terbaik Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Riau tahun 2024,” ucap Rahwanto.

Tak hanya itu, saat adanya pelatihan dan pembuatan bank soal, Rahwanto juga turut menjadi penyumbang ide kreatif agar kurikulum dapat diterima dengan cepat oleh setiap pelajar dan mampu diimplementasikan menjadi kebiasaan sehari-hari dalam upaya pencegahan dan pengendalian terjadinya karhutla di sekitar tempat tinggalnya.

Keberhasilan Rahwanto membawanya sekolah tempatnya mengajar meraih penghargaan tersebut juga tak lepas dari sinergi dukungan dan kerja keras dari Derry Susanti S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 8 Siak Kecil dalam mewujudkan program Sekolah Adiwiyata dan Sekolah Cinta Gambut dari Kilang Dumai Operasi Sungai Pakning.

“Bersyukur kepada Allah SWT karena hasil Adiwiyata provinsi sudah kami terima dengan nilai yg memuaskan. Saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan memberikan bantuan pemikiran dan dana. Sangat bangga dengan semua bapak ibuk personel di sekolah yang hebat dan luar biasa,” tutup Derry Susanti.

Rasa bahagia dan bangga juga tak lepas dari dirinya, karena dapat menjadikan SDN 8 Siak Kecil berhasil meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata, sebagai satu-satunya sekolah dari Kecamatan Siak kecil yang meraih penghargaan tersebut.

Related News