• 24 November 2024

Kementan Paparkan Strategi Pengembangan Sapi Perah Nasional

Jagadtani - Dalam rangka menuju terpenuhi kebutuhan susu sapi secara nasional, tentu langkah pengembangan sapi perah harus segera dilakukan pemerintah Indonesia. 

Untuk memperkuat strategi pengembangan sapi perah nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Australia melakukan peluncuran Buku Saku "Pembibitan dan Budi Daya Sapi Perah Yang Baik" dan "Pemeliharaan Sapi Perah Jersey" di Jakarta, Rabu (25/9).

Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya memperkuat strategi pengembangan sapi perah, dalam rangka pemenuhan kebutuhan nasional. Selain itu, pengembangan sapi perah ini juga menjadi salah satu program prioritas pemerintah untuk mendukung program Presiden terpilih, yaitu Makan Bergizi dan Minum Susu.

Kementan ungkap cara pengembangan sapi perah nasional "Kementan ungkap cara pengembangan sapi perah nasional "

"Melalui kemitraan pembangunan dengan Indonesia, kami senang bahwa Australia dapat mendukung penyusunan Buku Saku Pembibitan dan Budi Daya Sapi Perah yang Baik dan Buku Saku Pemeliharaan Sapi Perah Jersey", kata Sophie Roden, Sekretaris Pertama Kedutaan Besar Australia.

Ali Agus, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan menyampaikan bahwa saat ini Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sedang merancang peta jalan pembangunan peternakan sepuluh tahun ke depan (2025-2035) utamanya komoditas sapi perah dan sapi pedaging. Hal ini tentu memerlukan masukan dan dukungan dari semua pihak, tidak terkecuali para peternak sapi perah yang merupakan tulang punggung persusuan nasional.

“Salah satu titik kritis dalam pengembangan ini ialah lahan yang potensial untuk sapi perah dan sapi pedaging, saat ini sedang kita inventarisir lahan di berbagai wilayah dari Aceh sampai Papua, termasuk lahan yang dimiliki kementerian dan lembaga terkait, seperti Kementerian Pertahanan, Perhutani, yang potensial untuk dikerjasamakan”, kata Ali.

Sebagai informasi, 53 perusahaan telah berkomitmen untuk berinvestasi dengan berencana mendatangkan sapi perah 1,19 jt ekor dan 67 perusahaan berkomitmen memasukkan 608 ribu ekor sapi pedaging. Terkait lahan pengembangan peternakan, saat ini telah tersedia lahan 1,57 juta Ha yang telah teridentifikasi dan siap untuk dikerjasamakan.

Plt. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, Sintong HMT Hutasoit, hadir mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengatakan kondisi saat ini kepemilikan sapi perah di peternakan rakyat berkisar 2-3 ekor dan masih menjadi usaha sampingan dengan rata-rata produksi susu 12,47 liter per ekor per hari. Selain itu, saat ini industri peternakan sapi perah masih terkonsentrasi di pulau Jawa dengan kepemilikan lahan terbatas untuk penyediaan hijauan pakan ternak.

“Untuk mencapai kondisi yang diharapkan diperlukan strategi pengembangan sapi perah nasional antara lain peningkatan produksi benih dan efisiensi reproduksi, peningkatan produksi bibit, akselerasi pemasukan sapi perah, dukungan lahan, dukungan industri pengolahan susu dan perlu dilakukan pengembangan kluster sapi perah”, ungkap Sintong.

Lebih lanjut, Sintong sampaikan bahwa sebagai upaya percepatan penyediaan susu nasional, Kementan telah menyiapkan model pengembangan usaha klaster peternakan sapi perah dengan bisnis berkelanjutan, “Kita telah merancang model pengembangan sapi perah rakyat-mikro kecil, model pengembangan sapi perah skala menengah dan model pengembangan sapi perah skala besar, tentunya bukan hanya untuk pelaku usaha besar, tetapi peternak rakyat juga kita perhatikan”, terangnya.

Sintong menuturkan beberapa strategi pengembangan peternakan rakyat diantaranya berupa subsidi bunga, peningkatan skala usaha, pelatihan, pelayanan dasar, kemitraan dan asuransi. Strategi untuk peternakan komersial, yaitu subsidi bunga, skema pembiayaan, sumber daya manusia, digitalisasi, mutu genetik, local expert, biosecurity, jaringan usaha, perizinan, kemitraan dan asuransi. Untuk Mega Farm antara lain, skema pembiayaan khusus, insentif fiskal dan non fiskal, fasilitasi regulasi, perijinan, kemitraan dan asuransi.

“Bahwa skema ini masih terus berproses, masih bisa dilakukan evaluasi, penyesuaian sehingga lebih menarik lagi bagi para pelaku usaha dapat melakukan pengembangan peternakan sapi perah di Indonesia dan para pelaku usaha yang terdata, berkomitmen lebih serius dalam berkecimpung di peternakan sapi perah”, pungkas Sintong.

Acara tersebut menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari kalangan akademisi, peneliti, asosiasi, hingga pelaku usaha yang hadir secara offline dan online guna membahas masa depan industri sapi perah di Indonesia.

Related News