• 25 October 2024

Potensi Pulau Simeulue Sebagai Lumbung Pangan Aceh

uploads/news/2024/10/pulau-simeulue-berpotensi-menjadi-28745d72fe8a149.jpg

Jagadtani - Pulau Simeulue yang berada 150 kilometer dari lepas laut Barat Aceh, diharapkan dapat menjadi lumbung pangan wilayah Aceh Barat. Hal ini mengingat pulau seluas 1.754 km2 tersebut pernah terkenal dengan komoditas cengkehnya.

Potensi besar pulau Simeulue sebagai lumbung pangan diungkapkan Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Aceh Firdaus, S.P., M.Si yang mengatakan Simeulue memiliki potensi yang besar dalam bidang pangan dan hal itu BSIP berharap Simeulue menjadi lumbung pangan terutama untuk wilayah Barat Selatan Aceh. 

“Berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik Aceh, bahwa saat ini Simeulue sudah surplus terutama untuk beras dan tren pertumbuhan terus meningkat. Kementan dalam hal ini BSIP Aceh mendorong dan siap mendampingi untuk menjadikan Simeulue sebagai lumbung pangan Barat Selatan Aceh," ujar Firdaus saat melakukan FGD dengan stakeholder pertanian kabupaten Simeulue.

Dalam beberapa tahun terakhir, bentuk perhatian pemerintah pusat dalam hal ini Kementarian Pertanian sangat besar pada kabupaten kepulauan tersebut dan mendukung penuh dari sisi anggaran termasuk bantuan pompanisasi, optimalisasi lahan dan alat mesin pertanian lainnya. 

Dari aspek non teknis, tingkat kesadaran petani dalam pelaksanaan sistem budidaya sudah sangat tinggi namun perlu didampingi oleh pendamping lapangan sehingga motivasi petani makin tinggi dan berorientasi agribisinis.

“Salah satu kekurangan petani selama ini adalah kemampuan untuk membeli pupuk sangat rendah akibat minim modal usahatani,” sebut salah seorang Koordinator BPP pada sesi diskusi FGD.

BSIP Aceh berhasil menghimpun beberapa persoalan yang menyelimuti kondisi eksisting petani dalam melakukan budidaya padi sawah. Diantara permasalahan tersebut antara lain minimnya modal usaha tani, serangan hama seperti wereng dan tikus sangat tinggi pada saat menjelang panen sehingga produksi padi menurun, disamping itu penggunaan benih belum terstandar.

Petani juga mengeluh panjangnya rantai produksi sehingga keuntungan petani sangat rendah dan belum adanya kilang padi atau Rice Milling Unit (RMU) yang representatif sehingga beras lokal kalah bersaing dengan beras dari luar daerah yang masuk ke Simeulue. 

Related News